Combiphar Tekankan OBH Combi Aman Asal Sesuai Aturan Pakai

Tetap ikuti kebutuhan kesehatan anak dan resep dokter

Beberapa bulan belakangan, Indonesia tengah digemparkan dengan kasus gagal ginjal akut progresif atipikal (GgGAPA). Mirip di Gambia, kasus GgGAPA yang mayoritas menjangkit anak-anak diduga disebabkan oleh cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) dalam obat sirop anak.

Melakukan pemeriksaan besar-besaran, pada 17 November 2022, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM) kembali merilis daftar obat yang aman dikonsumsi. Melalui Health Desk pada Kamis (24/11/2022), produsen obat Indonesia, Combiphar, menekankan bahwa obat siropnya sudah melalui verifikasi BPOM sehingga aman untuk dikonsumsi asal sesuai aturan pakai.

Mengenal GgGAPA secara singkat

Combiphar Tekankan OBH Combi Aman Asal Sesuai Aturan Pakaiilustrasi ginjal (IDN Times/Aditya Pratama)

Turut hadir untuk memberikan penjelasan, dokter spesialis anak, dr. Kurniawan Satria Denta, MSc., SpA., mengatakan bahwa ginjal adalah salah satu organ vital tubuh. Hadir sepasang dengan ukuran kurang dari sekepal tangan, ginjal menyeimbangkan tubuh dengan fungsi filtrasi darah, memerangi sisa metabolisme dan racun dalam tubuh.

Dokter Denta kemudian menjelaskan bahwa gangguan ginjal akut adalah komplikasi tersering yang mengancam pasien anak yang dirawat inap di rumah sakit. Hal ini ditandai dengan penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba sehingga ginjal tak lagi menjalankan fungsi filtrasinya.

Gejala dan penyebab GgGAPA secara singkat

Sementara EG dan DEG berpotensi jadi salah satu penyebab, penyebab utama GgGAPA masih belum diketahui secara pasti, masih dicari tahu. Beberapa potensi penyebab gangguan ginjal akut adalah:

  • Trauma hingga pendarahan hebat.
  • Dehidrasi (terutama di kalangan bayi dan anak-anak).
  • Penyakit atau infeksi virus/bakteri berat.
  • Kondisi autoimun.
  • Riwayat gangguan ginjal di keluarga.
  • Keracunan.

Berbicara mengenai gejala, dr. Denta mengatakan bahwa orang tua perlu memperhatikan beberapa gejala berikut:

  • Berkurangnya volume urine hingga tidak kencing sama sekali: 6 jam (1–2 kali kencing). Kalau warna urine masih kuning jernih, berarti kadar cairan cukup. Orang tua harus selalu waspada dengan kondisi anak. Kalau urine jarang dan keruh, mulai tambah air dan ASI (untuk bayi).
  • Bengkak di kelopak mata, tungkai, atau perut: Tanda penumpukan cairan dalam tubuh yang seharusnya dibuang lewat urine. Lalu, jika racun tersisa dalam tubuh, beberapa gejala yang bisa terjadi adalah:
    • Lemah/lesu/kulit pucat.
    • Muntah.
    • Kejang.
    • Penurunan kesadaran.
    • Sesak napas.
    • Palpitasi jantung.

Lalu, apa bedanya dengan GgGAPA? Dokter Denta menjelaskan bahwa gejala-gejala GgGAPA yang umum dilaporkan dokter spesialis anak adalah:

  • Diare.
  • Muntah.
  • Demam 3–5 hari.
  • Batuk pilek.
  • Jumlah urine menurun hingga tak buang air kecil sama sekali (dalam kurun waktu 6 jam).

“Ketika anak sakit, yang harus dimonitor adalah bagaimana jumlah, frekuensi, dan warna urine. Ini harus dilaporkan ke dotker sebagai parameter keparahan gejala yang diderita," tutur dr. Denta.

Baca Juga: Daftar Lengkap dan Terbaru 294 Obat Sirop Aman Menurut BPOM

DEG dan EG bukan satu-satunya penyebab

Combiphar Tekankan OBH Combi Aman Asal Sesuai Aturan Pakaiilustrasi obat sirop (pexels.com/cottonbro)

Dokter Denta menjelaskan bahwa selain bahan aktif, obat perlu bahan lainnya sebagai zat tambahan untuk pelarut hingga perisa. Hal ini sudah diatur oleh BPOM. Digunakan dalam industri lain, dr. Denta menekankan bahwa EG dan DEG tidak bisa digunakan dalam farmasi.

"EG dan DEG tidak boleh ditambahkan ke dalam obat mana pun," kata dr. Denta menekankan.

Masalahnya, saat proses manufaktur, penyimpanan, hingga obat sampai ke tangan konsumen, dr. Denta menekankan bahwa cemaran adalah hal yang tak bisa dihindari, termasuk EG dan DEG. Oleh karena itu, BPOM menetapkan ambang batas aman untuk cemaran EG dan DEG.

Lalu, mengapa EG dan DEG sekarang menjadi masalah besar? Kata dr. Denta, ini karena jumlah kasus naik serentak dan secara drastis, serta tidak ada penyebab pastinya sehingga memicu kebingungan massal.

"Kita pastikan bahwa kalau supplier berbeda, cemaran harus sesuai dengan ambang batas BPOM. Obat memang sama, bahan pebuatan bisa berbeda sumbernya," imbuh dr. Denta

Karena perbedaan bahan dalam pembuatan obat, maka hasilnya dirasakan saat ini. Meski begitu, dr. Denta menekankan bahwa EG dan DEG bukan penyebab satu-satunya karena ada kasus-kasus GgGAPA yang tidak melibatkan konsumsi obat.

Obat umum produksi Combiphar masih aman

Mengemban visi Championing A Healthy Tomorrow, Wakil Presiden Direktur Combiphar, Lim Soeyantho, menjelaskan bahwa selama lebih dari satu bulan, cemaran EG dan DEG dalam obat sirop menjadi kekhawatiran masyarakat. Mengikuti rilis BPOM minggu lalu, Lim mengatakan bahwa produk Combiphar aman.

"Masyarakat bisa lega karena varian OBH Combi untuk anak dan dewasa, termasuk OBH Batuk Berdahak, sebagai obat sirop yang sudah dinyatakan aman oleh BPOM untuk digunakan sepanjang mengikuti aturan pakai," tutur Lim secara daring.

Berdiri sejak 1971, Lim menekankan bahwa Combiphar berusaha membangun dan menjaga kepercayaan masyarakat, dokter, pemerintah, dan regulator. Hal ini dilakukan dengan produksi obat dengan bahan baku memenuhi standar BPOM dan diproduksi sesuai pedoman cara pembuatan obat yang baik (CPOB).

Combiphar Tekankan OBH Combi Aman Asal Sesuai Aturan Pakaivisi Combiphar untuk generasi hari esok yang lebih sehat (combiphar.com)

Sebagai bentuk komitmen kepatuhan dan profil keamanan, Lim menekankan bahwa Combiphar terus memantau efek samping obatnya sesuai ketentuan. Hal ini terbukti dari uji mandiri Combiphar terhadap bahan baku obat yang telah disampaikan ke BPOM untuk diverifikasi secara menyeluruh.

"Kami memproduksi obat berkualitas sesuai standar pembuatan obat yang baik, dan tetap terjangkau untuk masyarakat," tutur Lim dalam webinar bertajuk Lega! OBH Combi Telah Dinyatakan Aman Sesuai Aturan Pakai.

Alhasil, per 17 November, Lim menekankan bahwa seluruh varian OBH Combi, termasuk OBH Batuk dan Flu (anak dan dewasa) dan OBH Combi Batuk Berdahak aman digunakan. Selain itu, obat sirop Levopront, Maltofer dan ZincPro juga diklaim aman oleh BPOM.

Mencegah GgGAPA mulai dari sekarang

Lebih baik mencegah daripada mengobati, terutama GgGAPA. Oleh karena itu, dr. Denta menganjurkan para orang tua untuk mencukupi kebutuhan cairan anak. Ketahui bahwa kebutuhan cairan bisa berubah-ubah tergantung kondisi, seperti saat cuaca sedang terik, beraktivitas atau bermain, dan saat anak sedang sakit.

"Jangan mengevaluasi dari seberapa banyak anak minum, melainkan juga urinenya," kata dr. Denta.

Selain masalah cairan, dr. Denta menganjurkan orang tua untuk menjaga anak agar tidak gampang sakit, terutama di masa pandemi COVID-19. Hal ini bisa dilakukan dengan memelihara perilaku hidup sehat dan bersih, serta memastikan anak mendapatkan imunisasi lengkap.

Combiphar Tekankan OBH Combi Aman Asal Sesuai Aturan Pakaiilustrasi obat sirop (IDN Times/Aditya Pratama)

Lalu, bagaimana jika anak jatuh sakit? Dokter Denta menyarankan untuk tidak langsung minum obat. Ikuti kebutuhan kesehatan anak dan resep dokter.

"Kalau BPOM sudah rilis, boleh konfirmasikan ke dokter atau apoteker. Dikonfirmasikan aman, ikuti aturan pakainya," ucap dr. Denta.

Lalu, jika memutuskan obat bebas, berikan ke anak sesuai aturan pakai, dan jangan ragu bertanya ke dokter atau apoteker jika bingung. Bacalah label kemasan obat, sehingga aturan pakai bisa lebih jelas dan menekan risiko timbulnya efek samping.

Untuk obat sirop, dr. Denta menekankan bahwa BPOM adalah standar emas. Oleh karena itu, masyarakat harus terus memperbarui informasi tentang kesehatan anak dan keluarga dari sumber yang kredibel. Ini perlu ditekankan karena misinformasi bisa menimbulkan kepanikan hingga membahayakan anak dan keluarga.

“Terlalu khawatir membuat kita tak bisa memutuskan yang terbaik ... Kita harus bisa mengalahkan informasi yang tidak bertanggung jawab,” tutur dr. Denta.

Terakhir adalah memantau reaksi obat di anak dan diri sendiri. Memantau berarti memastikan reaksi obat sesuai ekspektasi dan munculnya efek samping tertentu. Kalau obat tak bereaksi atau ada efek samping yang tak kunjung hilang, dr. Denta memperingatkan untuk segera berkonsultasi ke dokter.

Baca Juga: IDAI: Tidak Ada Laporan Kasus Gagal Ginjal Akut dalam 2 Pekan Terakhir

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya