Studi: Gejala Awal Penyakit Alzheimer Bisa Terlihat dari Mata

Perubahan di otak juga tampak di sampel retina pasien

Pernahkah kamu mendengar pepatah ini?

"Mata adalah jendela jiwa."

Mata bisa memperlihatkan segala hal tentang diri seseorang. Hal ini termasuk kesehatan kognitifnya. Malah, studi terbaru menunjukkan kalau mata bisa memperlihatkan gejala awal penyakit Alzheimer. Benarkah?

Melibatkan sampel retina dan otak langsung

Studi: Gejala Awal Penyakit Alzheimer Bisa Terlihat dari Matailustrasi mata (unsplash.com/Ion Fet)

Sebagai jenis demensia paling umum, gejala awal penyakit Alzheimer ternyata bisa terlihat dari retina. Namun, sifat dan distribusi topografinya saat tahap awal Alzheimer serta kaitannya dengan perkembangan Alzheimer masih belum diketahui jelas.

Dimuat dalam jurnal Acta Neuropathologica pada Februari 2023, inilah yang coba dicari oleh para peneliti dari Amerika Serikat (AS). Dipimpin oleh Cedars-Sinai Medical Center, penelitian ini melibatkan investigasi terhadap 86 jaringan retina dan otak donor manusia yang sudah wafat.

Sampel jaringan tersebut dikumpulkan selama 14 tahun dan adalah kelompok sampel terbesar dari pasien manusia dalam sejarah penelitian penyakit Alzheimer dan gangguan kognitif ringan. Para peneliti kemudian membandingkan sampel dari kognitif normal dengan penyakit Alzheimer saat masih dini dan sudah parah.

Baca Juga: Studi: Cuma Olahraga 6 Menit Bisa Bantu Cegah Penyakit Alzheimer

Hasil: Perubahan di otak pasien Alzheimer terlihat juga di sampel retina

Penelitian ini menelusuri ciri khas fisik retina para pasien, mengukur dan memetakan penanda inflamasi dan meluruhnya sel fungsional, serta menganalisis protein yang hadir di jaringan retina dan otak. Umumnya, protein yang sering muncul pada penyakit Alzheimer adalah beta amiloid, yang membentuk plak yang menghadang fungsi otak.

Para peneliti menemukan bahwa di sampel para pasien Alzheimer dan pasien gangguan kognitif ringan, terdapat kadar amiloid beta yang tinggi. Akumulasi protein ini terlihat di sel ganglion, sel yang menghantarkan input visual dari retina ke saraf mata.

Selain itu, ditemukan juga kadar tinggi astrosit dan sel imun mikroglia yang mengelilingi plak beta amiloid tersebut. Meski begitu, para peneliti menemukan bahwa kurang dari 80 persen sel mikroglia bisa menyingkirkan protein beta amiloid dari retina dan otak.

Jalan baru untuk diagnosis penyakit Alzheimer yang lebih nyaman

Penyakit Alzheimer bukanlah hal asing di Tanah Air. Menurut Alzheimer's Indonesia (ALZI) diperkirakan 1,2 juta orang menderita Alzheimer di Tanah Air pada 2016. Angka ini dikhawatirkan naik menjadi 2 juta pada 2030 dan naik 2x lipat pada 2050. Selain tak ada diagnosis pasti, perawatan hanya mampu memperlambat perkembangan penyakit, bukan menghentikannya.

Peneliti senior dari Cedars-Sinai, Maya Koronyo-Hamaoui, PhD., mengatakan bahwa studi ini adalah yang pertama memaparkan analisis mendalam tentang profil protein dan efek penyakit Alzheimer terhadap molekul, sel, dan struktur di retina.

"Temuan ini bisa akhirnya mengarah ke perkembangan teknik pencitraan yang memampukan  manusia mendiagnosis penyakit Alzheimer lebih dini dan lebih akurat, serta memantau keparahannya secara non invasif, hanya dari mata," ucap Maya.

Bertajuk Retinal pathological features and proteome signatures of Alzheimer’s disease, penelitian ini memperlihatkan efek yang terlihat di retina sesuai dengan perubahan di fungsi otak dan kognitif. Perubahan di retina ternyata sesuai dengan perubahan korteks entorhinal dan temporal, pusat memori, navigasi, dan persepsi terhadap waktu.

Studi: Gejala Awal Penyakit Alzheimer Bisa Terlihat dari Matailustrasi pemeriksaan retina (eyemichigan.com)

Selain itu, perubahan retina pasien Alzheimer dan gangguan kognitif ringan lainnya juga terkait dengan tahap patologis penyakit Alzheimer (disebut tahap Braak) dan status kognitif para pasien. Bahkan, hal ini ditemukan di pasien yang terlihat normal atau dengan sedikit gangguan kognitif, sebagai tanda awal penurunan kognitif di masa depan.

Setuju dengan Maya, sang rekan peneliti, Yosef Koronyo, MSc., mengatakan bahwa retina adalah "perpanjangan tangan" otak. Oleh sebab itu, retina seharusnya membuka kesempatan untuk mengembangkan metode pemantauan baru terhadap sistem saraf pusat secara non invasif dengan harga lebih terjangkau.

"Dengan bantuan rekan kami, kami menemukan akumulasi protein beracun di retina pasien penyakit Alzheimer dan gangguan kognitif ringan yang menyebabkan degenerasi sel parah," tutur Yosef.

Rekan peneliti, Keith L. Black, MD., mengatakan bahwa temuan penelitian ini memberi pemahaman lebih dalam terhadap efek penyakit Alzheimer terhadap retina. Demikian, penelitian ini menjadi bukti bahwa mata bisa menolong diagnosis dini Alzheimer. Kalau sudah memengaruhi memori dan perilaku, maka sudah terlampau parah.

"Karena perubahan ini sesuai dengan perubahan di otak dan bisa dideteksi di tahap gangguan paling dini, ini bisa menjadi dasar metode diagnosis baru penyakit Alzheimer dan sarana untuk mengevaluasi bentuk perawatan lebih baru," tandas Keith.

Baca Juga: Masalah Ingatan yang Tampak seperti Alzheimer, tetapi Bukan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya