Dari Perut sampai Kulit, 5 Gejala Terselubung Tanda Usus Tidak Beres

Gejala-gejala ini sering kali terlewatkan

Saluran pencernaan kita adalah rumah bagi berbagai mikrobioma, terutama bakteri baik dan bakteri jahat. Untuk menjaga kesehatan, amat penting bagi kita untuk tetap menjaga keseimbangan mikrobioma tersebut.

Jika tak seimbang, kita umumnya mengalami gejala-gejala seperti kembung, sakit perut, hingga diare. Namun, ada beberapa gejala lain yang bisa mengisyaratkan gangguan pada mikrobioma pencernaan. Inilah sejumlah gejala gangguan mikrobioma usus yang sering kali terlewatkan.

1. Keinginan konsumsi gula berlebihan

Dari Perut sampai Kulit, 5 Gejala Terselubung Tanda Usus Tidak Beresilustrasi gula (freepik.com/peenat)

Menurut studi dalam jurnal Bioessays pada 2014 silam, keinginan mengonsumsi gula berlebih disebabkan oleh mikroorganisme dalam usus. Keinginan berlebih tersebut adalah bentuk konflik antara tubuh dan mikrobioma dalam usus, sehingga mengubah kebiasaan makan.

Kalau kamu langsung spontan mengambil minuman atau makanan manis, bisa bahaya untuk tubuh. Jadi, apa yang bisa dilakukan? Everyday Health melansir, kamu bisa mengganti makanan atau minuman yang mengandung gula tambahan dengan makanan atau minuman lain yang memiliki rasa manis alami.

Selain itu, sebelum makan, cobalah cek label komposisi gizi dan bahan pada kemasan makanan atau minuman, sehingga kamu tidak "memuaskan" mikrobioma tersebut. Dengan begitu, mikrobioma pencernaan bisa seimbang dan ngidam gula akan turun.

2. Intoleransi makanan

Intoleransi makanan atau minuman berarti kamu kesulitan mencerna makanan atau minuman atau komponennya. Bukan reaksi alergi, intoleransi menyebabkan gejala gangguan pencernaan seperti diare, kram perut, hingga buang gas berlebihan. Nah, salah satu penyebabnya diduga adalah perubahan pada mikrobioma usus.

Salah satu riset dalam jurnal Case Reports in Clinical Nutrition tahun 2021 mengatakan bahwa prosedur fecal microbiota transplant (FMT/memindahkan mikroorganisme dari tinja orang sehat) ke orang dengan intoleransi makanan atau minuman bisa mengubah mikrobioma usus dan menanggulangi kondisi tersebut.

Kenali makanan atau minuman mana yang memicu intoleransi, lalu singkirkan selama beberapa minggu. Jika gejala mereda, coba perkenalkan makanan atau minuman tersebut secara bertahap dalam porsi kecil. Dengan begitu, bakteri usus makin terbiasa memprosesnya.

Baca Juga: 6 Perubahan Pola Makan untuk Mencegah Kanker Usus Besar

3. Kenaikan berat badan tiba-tiba

Dari Perut sampai Kulit, 5 Gejala Terselubung Tanda Usus Tidak Beresilustrasi timbangan berat badan dan rasa malu (freepik.com/drobotdean)

Sudah menerapkan gaya hidup sehat, tetapi berat badan masih naik? Mungkin bakteri usus penyebabnya. Berbagai studi meneliti bagaimana bakteri usus memengaruhi pengeluaran energi dan ekstraksi kalori. Menurut studi tahun 2020, seiring penurunan diversitas pada mikrobioma, berat badan pun naik.

Salah satu penjelasan yang masuk akal adalah karena beberapa bakteri usus lebih efisien mengurai makanan, sehingga lebih banyak kalori yang terserap. Selain itu, beberapa bakteri usus juga bisa menyebabkan inflamasi dan resistansi insulin, dua kondisi utama yang bisa memengaruhi berat badan.

Jadi, mengubah mikrobioma bisa jadi jalan untuk mengatasi kenaikan berat badan hingga obesitas. Sebuah penelitian tahun 2019 di Spanyol menjabarkan berbagai uji klinis berbagai formulasi probiotik untuk menurunkan berat badan. Meski begitu, metode ini masih belum bisa diterapkan dalam skala luas.

Cara teraman saat ini adalah dengan mengonsumsi pola makan tinggi serat nabati dari sayur, buah, dan kacang serta biji-bijian. Menurut studi dalam jurnal Preventive Nutrition and Food Science tahun 2020, pola diet tinggi serat bisa menurunkan berat badan, terlepas dari kalori yang masuk.

4. Gangguan psikis

Bukan rahasia kalau kondisi pencernaan bisa memengaruhi kondisi psikis. Menurut studi dalam jurnal Frontiers in Psychiatry tahun 2018, mikrobioma usus bisa memengaruhi sistem saraf, endokrin, dan imun. Hal inilah yang menentukan kondisi psikis.

Pasien dengan kondisi kecemasan dan depresi sering ditemukan memiliki gangguan fungsi pencernaan. Tidak hanya mengandalkan suplemen, pola makan nabati bergizi utuh sebenarnya bisa membantu menjaga keberagaman mikrobioma dan mengurangi inflamasi di usus, sehingga menjaga kondisi mental tetap sehat.

5. Iritasi kulit

Dari Perut sampai Kulit, 5 Gejala Terselubung Tanda Usus Tidak Beresilustrasi jerawat (pixabay.com/SharonMcCutcheon)

Mengonsumsi makanan atau minuman tertentu malah memicu iritasi kulit? Selain alergi, ketidakseimbangan mikrobioma pencernaan bisa menjadi pemicunya. Menurut studi di Belgia tahun 2021, makanan atau minuman tinggi lemak jenuh dan gula bisa mengacaukan mikrobioma usus. Hasilnya, imun terganggu dan memicu gangguan kulit seperti eksem, jerawat, ketombe, dan psoriasis.

Selain itu, studi tersebut juga menemukan bahwa pasien inflamasi kulit memiliki mikrobioma yang lebih buruk daripada orang sehat.

Jadi apa yang bisa dilakukan? Merujuk pada laporan dalam jurnal Gut tahun 2021, konsumsi makanan nabati utuh dan omega-3 dari ikan serta membatasi konsumsi makanan olahan hewani bisa menurunkan inflamasi dan memperbaiki mikrobioma usus, sehingga iritasi kulit bisa dihindari.

Itulah berbagai gejala gangguan mikrobioma yang umum terlewatkan. Jika mengalami gejala ini, sebaiknya konsultasi dengan ahli gizi dan perbaiki pola makan agar bakteri dalam usus seimbang lagi.

Baca Juga: Mau Badan Berisi? Ini 19 Makanan dan Minuman yang Harus Kamu Lahap

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya