Studi: Hubungan Sosial Bantu Pemulihan Pasien Gagal Jantung

Jangan terbiasa menyendiri, ya!

Mendengar penyakit "gagal jantung", mungkin yang tebersit dalam pikiran kamu adalah kondisi jantung yang umumnya dialami lansia. Meski pengobatan sudah berkembang dan kesadaran akan kesehatan jantung meningkat, nyatanya angka kasus gagal jantung masih tinggi.

Percayakah kamu kalau terlalu sering menyendiri tidak baik? Nyatanya, sebuah studi terbaru menemukan bahwa kerapuhan hubungan sosial, dari keluarga hingga sahabat, ternyata bisa berdampak ke potensi pemulihan pasien gagal jantung.

Melibatkan ratusan pasien jantung lansia

Studi: Hubungan Sosial Bantu Pemulihan Pasien Gagal Jantungilustrasi gagal jantung (freepik.com/freepik)

Data tentang faktor fisik dan efek rehabilitasi jantung pada pasien gagal jantung sudah umum tercatat. Namun, faktor sosial masih belum jelas. Dimuat dalam jurnal Frontiers in Cardiovascular Medicine pada 20 Desember 2022, para peneliti Jepang ingin mengetahui bagaimana aspek sosial bisa memengaruhi pasien gagal jantung lansia.

Penelitian ini melibatkan 310 pasien gagal jantung berusia lebih dari 65 tahun yang dirawat di rumah sakit Sapporo pada 1 Maret 2015 sampai 31 Desember 2020. Untuk memastikan aspek sosial, para peneliti Jepang menggunakan metode lima pertanyaan Makizako, yang meliputi:

  1. Apakah kurang bepergian dibanding tahun lalu?
  2. Apakah mengunjungi sahabat?
  3. Apakah merasa sudah jadi pribadi yang menolong sahabat atau keluarga?
  4. Apakah hidup sendiri?
  5. Apakah berbincang setiap hari?

Jika pertanyaan 1 dan 4 dijawab "iya", dan pertanyaan 2, 3, dan 5 dijawab "tidak", maka ini adalah respons negatif. Aspek sosial negatif adalah jika respons negatif lebih dari dua kali.

Hasil: Rapuh secara sosial meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular hingga wafat

Setelah dipantau selama hampir 3 tahun, dari 310 pasien gagal jantung lansia, sebanyak 188 pasien terdeteksi rapuh dalam aspek sosial (lebih dari separuh populasi). Lalu, sebanyak 75 pasien mengalami kejadian kardiovaskular atau meninggal dunia.

Para peneliti melihat bahwa pasien dengan kerapuhan sosial dua kali lipat lebih tinggi risikonya mengalami kejadian kardiovaskular atau meninggal dalam kurun waktu dua tahun. Dari lima pertanyaan Makizako, perasaan tidak berguna di lingkungan keluarga dan lingkaran pertemanan memicu kejadian kardiovaskular hingga kematian terutama.

"Ini adalah studi pertama yang menunjukkan hubungan erat antara hilangnya peran sosial dan akibat klinis pada pasien gagal jantung lansia," tulis para peneliti Jepang.

Baca Juga: 4 Stadium Gagal Jantung, dari A hingga D

Mengapa bisa begitu?

Studi: Hubungan Sosial Bantu Pemulihan Pasien Gagal Jantungilustrasi lansia yang menyendiri (unsplash.com/Ross Sneddon)

Perasaan tidak berguna di lingkungan keluarga dan lingkaran pertemanan disebut sebagai tanda seseorang kehilangan peran sosial yang sejak dulu diembannya. Salah satu peneliti dari Sapporo Medical University Hospital, Satoshi Kitano, Ph.D., menjelaskan bagaimana hal tersebut memengaruhi prognosis gagal jantung pada lansia.

Menurut Kitano, mereka yang merasa tidak berguna ternyata memiliki hubungan sosial yang lebih minim. Selain itu, mereka memiliki pengendalian diri yang lebih rendah, dukungan sosial yang lebih rendah, dan resiliensi yang lebih minim dibanding pasien yang merasa dirinya masih berguna untuk sekitarnya.

"Merasa tidak berguna mengakibatkan seseorang tidak mencari pertolongan medis yang optimal dan kurang mengikuti aktivitas preventif atau menyehatkan. Hal ini berakibat terhadap kesehatan atau memperburuk keadaan pasien," papar Kitano.

Didukung penelitian lainnya

Dilansir Medical News Today, profesor di Florida State University College of Medicine, Amerika Serikat, Angelina R. Sutin, PhD., menjelaskan lebih lanjut mengapa kerapuhan aspek sosial berarti hal buruk untuk pasien gagal jantung. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang butuh interaksi dan dukungan.

"Ada banyak penelitian yang menunjukkan akibatnya bila keperluan tersebut tidak dipenuhi," tutur Sutin.

Sutin sebelumnya terlibat dalam sebuah penelitian mengenai pengaruh aspek sosial terhadap kejadian kardiovaskular. Akan dimuat dalam jurnal Psychosomatic Medicine pada Januari 2023 mendatang, kesepian, hidup menyendiri, dan isolasi sosial meningkatkan risiko mortalitas terhadap pasien kardiovaskular.

"Kesepian mendorong perilaku sedenter dan penyalahgunaan obat. Pasien juga memiliki beban penyakit berlebih, kesehatan kognitif buruk, dan keparahan penyakit yang lebih cepat. Faktor-faktor ini lebih mengancam pasien jantung saat diskoneksi sosial sudah merugikan tubuh," kata Sutin.

Bagaimana agar tetap fit secara sosial?

Studi: Hubungan Sosial Bantu Pemulihan Pasien Gagal Jantungilustrasi lansia (pexels.com/Tristan Le)

Seperti yang dituliskan para peneliti Jepang, penelitian ini digadang-gadang sebagai yang pertama menunjukkan hubungan kerapuhan aspek sosial dengan keparahan gagal jantung lansia. Namun, ada beberapa kekurangan dari penelitian ini.

Pertama, penelitian ini hanya melibatkan lansia Jepang, sehingga hasil mungkin berbeda jika dilakukan di luar Jepang dan populasi muda. Selain itu, ada potensi kalau kondisi medis justru membuat pasien jadi kurang bersosialisasi sehingga penelitian ini harusnya mengontrol komorbiditas untuk mengisolasi efek variabel kerapuhan sosial.

Jadi, adakah cara untuk memperkuat koneksi sosial untuk para pasien? Tentu saja ada! Beberapa cara untuk memperkuat koneksi sosial bisa dengan cara:

  • Menjaga koneksi dengan keluarga dan sahabat.
  • Menikah atau memiliki pasangan.
  • Tetap giat bekerja.
  • Berpartisipasi di kegiatan sukarela untuk menjaga nilai diri.
  • Memiliki hewan peliharaan.

Demikian, menjaga koneksi sosial bisa menjaga diri, terutama jika memiliki komorbiditas jantung. Apakah kamu masih merasa sendiri? Yuk, keluar dan beraktivitas dengan orang-orang tersayang!

Baca Juga: Studi: Makan Sendirian Gak Baik untuk Kesehatan Jantung

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya