IDAI: Leukemia Masih Jadi Kanker Paling Mematikan pada Anak

Anak berhak mendapatkan akses dini

Pada 4 Februari, dunia memperingati Hari Kanker Internasional. Lalu, pada 15 Februari, dunia juga memperingati Hari Kanker Anak Internasional. Dalam peringatannya, kanker bukan hanya penyakit tidak menular orang dewasa, melainkan anak-anak juga.

Oleh sebab itu, perlu kewaspadaan masyarakat Indonesia perlu ditingkatkan. Pada Sabtu (4/2), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan perlunya akses yang mudah dan deteksi dini untuk meningkatkan peluang kesembuhan untuk anak-anak.

"Makin dini terdeteksi, pengobatannya tidak serumit jika sudah metastasis ... Butuh sosialisasi terhadap kanker, terutama kewaspadaan dini," ujar Ketua Pengurus Pusat (PP) IDAI, Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K).

WHO ingin pasien anak 60 persen selamat per 2030

IDAI: Leukemia Masih Jadi Kanker Paling Mematikan pada Anakilustrasi leukemia pada anak (kidscancercare.ab.ca)

Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Hematologi-Onkologi IDAI, Dr. dr. Teny Tjitra Sari, Sp.A(K), MPH., mengatakan bahwa senada dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO), kanker anak seharusnya menjadi prioritas.

"Sangat diharapkan, tak ada lagi anak yang meninggal akibat kanker. Jadi, diharapkan anak-anak dengan kanker [seharusnya] memiliki akses kesehatan lebih mudah agar bisa mendapatkan pengobatan," ujar Teny secara daring via Zoom.

Teny menjabarkan bahwa tiap hari, ada lebih dari 1.000 anak terdeteksi kanker. Didominasi anak laki-laki, sebanyak 400.000 anak (0–19 tahun) yang terdeteksi kanker tiap tahunnya ternyata berasal dari negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah (LMIC), termasuk Indonesia.

Di negara-negara berpenghasilan tinggi, sebanyak 80 persen pasien kanker anak bisa bertahan hidup. Lebih parah, angka tersebut hanya 20 persen di LMIC. Oleh karena itu, Teny mengulangi visi WHO per 2030, yaitu meningkatkan persentase kesintasan pasien kanker anak hingga 60 persen.

Leukemia masih merajalela di Indonesia

Dari angka 400.000 pasien anak di dunia tiap tahunnya, sebagian besar berasal dari benua Asia, yaitu lebih dari 143.000 pasien (51,2 persen). Bagaimana dengan Indonesia?

Merunut data kanker di Indonesia pada 2016–2020 oleh SRIKANDI, Teny mengatakan bahwa kanker sel darah putih atau leukemia adalah yang paling umum dengan 14 anak dari 100.000 orang. Selain leukemia, data tersebut mencatat kanker yang paling umum di Tanah Air antara lain:

  • Limfoma Non-Hodgkin (2 anak per 100.000 orang)
  • Tumor otak (2 anak per 100.000 orang)
  • Tumor ginjal atau tumor Wilms (lebih dari 1 anak per 100.000 orang)
  • Karsinoma nasofaring (KNF) (1 anak per 100.000 orang)
  • Limfoma Hodgkin (kurang dari 1 anak per 100.000 orang)

Baca Juga: Mengenal 7 Jenis Kanker Darah yang Ganas, Bukan Hanya Leukemia! 

Penyebab leukemia bersifat multi-faktorial

IDAI: Leukemia Masih Jadi Kanker Paling Mematikan pada Anakilustrasi kehamilan (pexels.com/Leah Kelley)

Saat ditanyakan mengenai penyebab leukemia, Teny menekankan bahwa penyebab leukemia pada anak-anak tidak diketahui betul. Meski ada kaitannya dengan gen, ia mengatakan bahwa leukemia pada anak bisa bersifat multi-faktorial.

Teny menjelaskan bahwa salah satu hipotesis yang paling umum adalah adanya faktor genetik dari ibu atau ayah, yang kemudian berdampak ke anak. Mengenai pengaruh infeksi virus, ia menekankan bahwa faktor tersebut masih hipotesis dan belum bisa dibuktikan.

"Gaya hidup ortu tidak secara langsung membuat adanya leukemia. Walaupun ada gen abnormal, harus diajari pola hidup yang baik," tutur Teny.

Gejala yang harus diwaspadai

Mengulang data dari WHO, Teny mengatakan bahwa leukemia adalah kanker yang paling sering terjadi di kalangan anak-anak. Berdasarkan data dari IDAI pada 2022, Teny menjabarkan bahwa pasien leukemia anak yang terdaftar di 12 rumah sakit besar Indonesia mencapai 673 pasien per tahun.

Dengan deteksi dini, Teny mengatakan bahwa peluang kesintasan pasien kanker anak jauh lebih besar dan obatnya tidak mahal layaknya pasien kanker dewasa. Jadi, ia menjabarkan beberapa gejala umum yang terjadi di pasien leukemia anak, seperti:

  • Pucat
  • Lemah
  • Rewel
  • Nafsu makan turun
  • Demam tanpa sebab
  • Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar lainnya
  • Pendarahan
  • Nyeri tulang
  • Pembengkakan skrotum

Dijamin pengobatannya, asal patuh!

IDAI: Leukemia Masih Jadi Kanker Paling Mematikan pada Anakilustrasi kemoterapi (medicalxpress.com)

Leukemia memang parah karena memengaruhi darah yang beredar di seluruh tubuh. Akan tetapi, masih ada harapan. Jika terdeteksi leukemia, Teny menjamin bahwa seperti kanker lainnya, perawatan leukemia ditanggung oleh BPJS. Yang terpenting adalah terdeteksi dini, dan pasien anak patuh berobat.

"Negara harus menanggung karena anak-anak perlu akses tersebut biar sembuh," tambah Teny.

Pasien leukemia anak biasanya diperiksa per bulan, mulai dari 1 bulan, lalu 3 bulan, 6 bulan, dan per tahun. Kondisi anak kemudian dimonitor selama 5 tahun. Teny menekankan bahwa selalu ada potensi kekambuhan sehingga orang tua harus mengingat gejala yang harus diwaspadai.

"Ini yang selalu kami ajarkan kepada keluarga dan harus datang kalau keluhannya muncul," ujar Teny.

Salah satu yang bisa diandalkan adalah kemoterapi. Baik secara oral atau lewat suntikan ke pembuluh darah, otot, di bawah kulit, atau di ruang antara tulang belakang, Teny mengatakan bahwa pasien leukemia memang harus melewati kemoterapi.

"Dia harus sembuh dulu, baru ditransplantasi. Jadi, masih belum [bisa]," imbuh Teny.

Baca Juga: 22 Efek Samping Kemoterapi, Wajib Tahu sebelum Menjalaninya

Topik:

  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya