Studi: Jalan Lambat Bisa Menandakan Demensia pada Lansia

Kecepatan berjalan ternyata pengaruh dari otak?

Saat usia senja, lumrah jika pergerakan menjadi lambat. Selain butuh pertolongan, pergerakan yang terlalu cepat bisa berisiko cedera. Bukan hanya bisa menurunkan kualitas hidup, cedera bisa berakibat fatal dalam kelompok lansia.

Pergerakan lansia ternyata bisa menjadi indikator kesehatan. Selain tekanan darah, ternyata kecepatan berjalan lansia bisa menandakan kondisi otak. Hal ini dibuktikan oleh sebuah studi terbaru.

1. Libatkan belasan ribu partisipan lansia

Studi: Jalan Lambat Bisa Menandakan Demensia pada Lansiailustrasi lansia dengan demensia (pexel.com/Kindel Media)

Penurunan kecepatan berjalan dan kemampuan kognitif sering ditemukan terkait dengan risiko demensia. Namun, apakah risiko ini bergantung pada daerah otak spesifik yang mengatur kognitif dan kecepatan berjalan?

Dimuat dalam JAMA Network Open pada akhir Mei 2022, sebuah penelitian di Australia meneliti bagaimana kecepatan dalam berjalan dan kognitif bisa menentukan risiko demensia. Pada tahun 2010–2014, para peneliti merekrut 16.855 partisipan asal Australia berusia 70 tahun ke atas dan Amerika Serikat usia 65 tahun ke atas.

Berlangsung hingga 2017, kecepatan jalan (meter/detik) para partisipan diukur pada tahun 0, 2, 4, dan 6. Para partisipan diminta menyelesaikan dua kali jalan dengan jarak 3 meter setidaknya setahun untuk dijadikan kecepatan jalan rata-rata.

2. Hasil: Kecepatan jalan menunjukkan risiko demensia

Dalam penelitian bertajuk "Association of Dual Decline in Cognition and Gait Speed With Risk of Dementia in Older Adults" ini, para peneliti mendefinisikan kecepatan jalan lambat yaitu 0,05 meter/detik atau lebih per tahun. Sementara itu, standar kognitif yang buruk diukur dari nilai tes kognitif tiap tahunnya.

Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa mereka yang mencetak skor kognitif buruk dan memiliki kecepatan jalan lambat (fenomena yang disebut dual declincer) memiliki risiko tertinggi demensia.

"Tidak mengejutkan kalau penurunan memori berisiko tinggi mengalami demensia. Namun, faktor kecepatan jalan tampaknya menambah risiko tersebut," tulis salah satu peneliti dari Monash University, Michele L. Callisaya, PhD.

Baca Juga: Demensia: Gejala, Penyebab, Jenis, Diagnosis, Pengobatan

3. Kecepatan jalan bisa jadi penanda kondisi otak?

Menurut Michele, hasil penelitian ini menekankan pentingnya menyertakan analisis kecepatan jalan (yang mudah dan tak mahal) untuk menimbang risiko demensia. Terlihat dari hasil penelitian tersebut, kecepatan jalan dan pengukuran kemampuan daya ingat adalah kombinasi terbaik untuk menakar risiko demensia terhadap lansia.

Mengapa para dual decliner berisiko paling tinggi mengembangkan demensia? Hal ini kemungkinan besar dikarenakan kecepatan jalan mencerminkan fungsi kognitif lain, seperti fungsi eksekutif. Menurut Alzheimer's Society, jalan yang lambat bisa menandakan kurangnya aktivitas fisik, obesitas, hingga diabetes, yang merupakan beberapa faktor risiko demensia.

"Penurunan kecepatan jalan kemungkinan besar adalah akumulasi dari penyakit kronis dan efeknya terhadap otak," imbuh Michele, dilansir Verywell Health.

Selain itu, kegiatan berjalan memang berkaitan dengan pengaruh otak. Selain memori atau perhatian, fungsi jasmani seperti berjalan kaki bisa menjadi penanda kondisi otak, terutama demensia.

4. Bagaimana agar kecepatan jalan tetap stabil?

Studi: Jalan Lambat Bisa Menandakan Demensia pada Lansiailustrasi lansia berolahraga (greatseniorliving.com)

Seperti mencegah penyakit pada umumnya, jika ingin kecepatan jalan tetap stabil, maka penting bagi para lansia untuk menerapkan gaya hidup sehat. Hal ini bisa dilakukan dengan berolahraga rutin, mengonsumsi makanan/minuman bergizi seimbang, tetap bahagia, menjaga kualitas tidur, dan mengontrol tekanan darah.

"Paling penting, olahraga adalah cara baik untuk menjaga kecepatan jalan karena bisa menjaga keseimbangan dan kekuatan," ujar Michele.

Selain itu, kegiatan yang memicu kognitif serta mental juga bisa menjaga otak tetap aktif. Jika kecepatan jalan berkurang diikuti dengan penurunan fungsi kognitif, maka segera berkonsultasi ke dokter agar bisa ditangani segera.

Baca Juga: Studi: Rajin Makan Ikan Pelihara Kesehatan Otak pada Lansia

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya