Studi: Kualitas Udara Buruk Tingkatkan Risiko Aritmia

Jangan remehkan polusi udara harian!

Polusi udara sama sekali tidak bisa diremehkan. Selain berbahaya untuk pernapasan, sudah ada banyak bukti bahwa paparan polusi udara bisa berbahaya untuk organ tubuh lain, dari otak hingga jantung.

Masalahnya, bagaimana pengaruh polusi udara terhadap mereka yang sudah memiliki gangguan jantung seperti aritmia? Tanpa disadari bisa fatal. Simak fakta penelitian terbarunya berikut ini!

1. Piacenza, salah satu kota dengan utara terkotor di Italia

Studi: Kualitas Udara Buruk Tingkatkan Risiko Aritmiapatung Adipati Parma dan Piacenza, Ranuccio I Farnese, di Piazza dei cavalli, Piacenza (wikimedia.org)

Dalam acara Heart Failure 2022 oleh European Society of Cardiology (ESC), para peneliti Italia mempresentasikan hasil penelitian mereka mengenai dampak polusi udara untuk jantung. Studi ini dilakukan di Piacenza, Emilia Romagna, Italia utara. Piacenza diklaim sebagai salah satu kota dengan polusi udara terparah di Eropa.

Hal ini terbukti lewat data European Environment Agency pada 2021 yang mengukur polusi udara di kota-kota benua Eropa. Menempati peringkat 307 dari 323 kota, Piacenza memiliki konsentrasi PM2,5 tahunan 20,8μg/m3 (2019–2020), melanggar standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) di kisaran 10μg/m3 (sebelum direvisi jadi 5μg/m3 pada 2021).

2. Pasien penyakit jantung amat dirugikan

Menurut data WHO, polusi udara luar ruangan diprakirakan membunuh 4,2 juta orang tiap tahun. Selain itu, sekitar 1 dari 5 kematian akibat penyakit kardiovaskular adalah disebabkan oleh polusi udara, yang mana adalah penyebab kematian tertinggi selain hipertensi, rokok, dan pola makan buruk.

Peneliti utama studi tersebut, Dr. Alessia Zanni, memperhatikan bahwa kunjungan unit gawat darurat pasien dengan aritmia lebih tinggi pada hari-hari dengan tingkat polusi tinggi. 

"Oleh karena itu, kami memutuskan untuk membandingkan konsentrasi polusi udara pada hari-hari terhadap pasien dengan aritmia dibanding pasien tanpa aritmia," ujar Dr. Alessia, dikutip EurekAlert.

Baca Juga: Polusi Udara Bisa Picu Serangan Jantung dalam 1 Jam? Ini Faktanya

3. ICD bisa jadi solusi?

Studi: Kualitas Udara Buruk Tingkatkan Risiko Aritmiailustrasi ICD untuk mengontrol jantung pada pasien (dicardiology.com)

Dalam perhelatan tersebut, Dr. Aleesia juga menjelaskan bahwa implantable cardioverter-defibrillator (ICD) adalah satu-satunya pencegahan untuk aritmia ventrikular berpotensi fatal seperti takikardia ventrikular (VT) dan fibrilasi ventrikular (VF). Dari kedua kondisi ini, Dr. Aleesia mengkhawatirkan VF bisa menyebabkan henti jantung.

"ICD mampu menanggulangi aritmia ventrikular dengan kejutan, anti-tachycardia pacing (ATP), atau keduanya. ATP digunakan untuk kondisi VT dengan memacu jantung berdetak lebih kencang, lalu melambatkan detaknya hingga detak jantung normal," papar Dr. Aleesia, dilansir Medical News Today.

Saat ini, ICD diperkirakan mampu menyelamatkan pasien dari kasus VT hingga 90 persen. Lalu, bagaimana jika ATP tidak mempan dan VF terjadi?

"Saat ATP gagal atau VF terjadi, ICD menghantarkan kejutan bertegangan tinggi yang segera menghentikan aritmia. Biasanya, ATP tidak dirasakan oleh pasien, sementara kejutan dahsyat ini bisa dirasakan pasien," ucap Dr. Aleesia.

4. Studi melibatkan pasien aritmia di Piacenza

Studi Dr. Aleesia dan tim melibatkan 146 pasien jantung dengan ICD yang dipantau dari Januari 2013 hingga Desember 2017. Dari angka tersebut, 93 pasien menerima ICD karena gagal jantung pasca serangan jantung, dan 53 akibat kondisi jantung bawaan atau inflamasi jantung. Selain itu, para peneliti mencatat:

  • Sebanyak 79 pasien tidak pernah mengalami aritmia ventrikular.
  • Sebanyak 67 pasien pernah mengalami aritmia ventrikular

Data aritmia ventrikular dipantau dari sistem ICD hingga akhir 2017. Para peneliti juga mencatat terapi yang diberikan ICD, seperti ATP untuk VT atau kejut listrik untuk mengendalikan detak jantung saat kejadian VF.

Selain itu, para peneliti Italia juga mengumpulkan data paparan PM10, PM2,5, karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), dan ozon (O3) dari stasiun Regional Environment Protection Agency (ARPA). Berdasarkan alamat para partisipan, para peneliti menelaah konsentrasi polusi terhadap risiko kejadian aritmia ventrikular.

5. Kenaikan PM2,5 dan PM10 bikin risiko aritmia meningkat

Selama masa studi, para peneliti Italia mencatat 440 kasus aritmia ventrikular. Dari angka tersebut, 322 kasus ditangani dengan dan 118 ditangani dengan kejut listrik. Para peneliti Italia menemukan bahwa tiap kenaikan 1μg/m3 pada konsentrasi PM2,5, maka risiko aritmia ventrikular juga naik 1,5 persen.

Selain itu, para peneliti Italia menemukan bahwa saat PM2,5 naik 1μg/m3 seminggu penuh, maka risiko aritmia ventrikular naik hingga 2,4 persen, terlepas dari pengaruh suhu. Bagaimana dengan PM10? Saat ada kenaikan 1μg/m3 selama seminggu, risiko aritmia naik 2,1 persen.

"Partikel halus menyebabkan inflamasi akut pada otot jantung sehingga memicu aritmia. Diproduksi oleh pembangkit listrik, aktivitas industri, dan kendaraan bermotor, proyek hijau penting untuk melindungi kesehatan dan individu harus melakukan berbagai usaha untuk melindungi diri sendiri," ujar Dr. Aleesia.

Studi: Kualitas Udara Buruk Tingkatkan Risiko Aritmiailustrasi polusi udara dilingkungan rumah (asiapropertyawards.com)

Data yang dikumpulkan peneliti Italia ini adalah bukti bahwa polusi udara bukan hanya berdampak pada perubahan iklim. Baik di Italia atau belahan dunia mana pun, polusi udara bisa berdampak fatal pada kesehatan masyarakat. Terlepas dari upaya dunia kesehatan, udara yang dihirup sehari-hari tetap menentukan hidup dan mati.

"Peperangan [melawan polusi udara] bisa dimenangkan dengan perpaduan sains dan pemangku kepentingan, bukan hanya melindungi lingkungan melainkan juga kesehatan populasi dunia," seru Dr. Aleesia.

Teruntuk para pasien jantung (dan menggunakan ICD) atau mereka yang berpotensi, studi ini menjadi peringatan untuk rajin mengecek kualitas udara sehari-hari sebelum beraktivitas. Baik mengenakan masker ganda terbaik hingga air purifier, kiat-kiat ini bisa menyelamatkan dari gangguan jantung akibat polusi udara.

"Saat PM2,5 dan PM10 sedang tinggi, disarankan untuk tidak keluar ruangan. Jika harus, gunakan masker N95, terutama di kondisi lalu lintas padat. Air purifier bisa digunakan di rumah," tandas Dr. Aleesia.

Baca Juga: Gambaran Kondisi Nyata Udara, yuk Pahami Apa Itu Indeks Kualitas Udara

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya