Studi: Lansia dengan COVID-19 Lebih Rentan Terkena Alzheimer
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Demensia adalah istilah payung untuk beragam kondisi penurunan kognitif. Salah satu kondisi demensia yang paling umum adalah penyakit Alzheimer.
Di tengah pandemik COVID-19 ini, ternyata tren demensia tidak kunjung turun. Malah, salah satu riset terbaru memperingatkan bahwa lansia yang terkena COVID-19 lebih berisiko mengembangkan kondisi Alzheimer.
1. Meneliti jutaan lansia di tengah pandemik COVID-19
Apakah infeksi SARS-CoV-2 meningkatkan risiko terkena Alzheimer? Inilah hal yang dicari tahu oleh para peneliti Amerika Serikat (AS) dalam penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Alzheimer's Disease pada 13 September 2022.
Menggunakan TriNetX Analytics Platform, para peneliti merekrut sebanyak 6.245.282 partisipan yang berusia di atas 65 tahun dari 50 negara bagian AS yang memiliki latar belakang beragam, dari ras hingga asuransi. Sempat menerima perawatan medis pada periode Februari 2020–Mei 2021, para partisipan tidak memiliki riwayat penyakit Alzheimer.
Penelitian yang dipimpin oleh Case Western Reserve University ini lalu membagi para partisipan menjadi dua kelompok:
- Terkena COVID-19 pada Februari 2020–Mei 2021: 410.748 partisipan.
- Tidak terkena COVID-19 pada Februari 2020–Mei 2021: 5.834.534 partisipan.
2. COVID-19 bikin risiko penyakit Alzheimer meningkat
Hasilnya pun tak mengejutkan. Penelitian ini mencatat bahwa lansia yang terinfeksi SARS-CoV-2 lebih berisiko terkena Alzheimer. Dibanding mereka yang tak terkena COVID-19, risiko Alzheimer meningkat sekitar 50–80 persen untuk yang terkena COVID-19.
Para peneliti AS mengatakan bahwa risiko mengembangkan Alzheimer di kalangan lansia hampir naik dua kali lipat dalam setahun setelah infeksi SARS-CoV-2. Secara khusus, risiko Alzheimer tertinggi terlihat di pasien COVID-19 perempuan berusia 85 tahun ke atas.
"Banyak orang yakin Alzheimer disebabkan oleh berbagai faktor yang memicu penurunan kognitif. Kami khawatir inilah yang terjadi saat COVID-19. Inflamasi parah dan aktivitas virus di otak bisa jadi faktor risiko," ujar salah satu peneliti, Dr. Pamela B. Davis.
Baca Juga: Jalan 10.000 Langkah Cegah Demensia? Ini Kata Studi!
3. Demensia, COVID-19, dan lingkaran setan
Editor’s picks
Sebelum studi ini, Dr. Pamela sebenarnya sudah melakukan studi lainnya mengenai COVID-19 dan demensia. Dimuat dalam jurnal Alzheimer's & Dementia pada Februari 2021, Dr. Pamela dan tim meneliti bagaimana risiko COVID-19 di kalangan pasien demensia.
Meneliti riwayat medis 61,9 juta pasien di AS pada Agustus 2020, Dr. Pamela dan tim menemukan bahwa pasien demensia berisiko tinggi. Penelitian ini menyorot orang dengan demensia vaskular sebagai yang paling berisiko terhadap COVID-19. Dalam 6 bulan, risiko rawat inap dan mortalitas akibat COVID-19 di kalangan demensia adalah 21 dan 59,3 persen.
4. Butuh penelitian lebih lanjut
Sementara riset terbaru Dr. Pamela mengungkapkan hubungan antara COVID-19 dan demensia, masih perlu penelitian lebih lanjut. Menurut Dr. Pamela, kita tak bisa menuduh COVID-19 sebagai penyebab penyakit Alzheimer.
"Bisa dibilang [COVID-19 dan Alzheimer] memiliki hubungan, tetapi bukan hubungan kausalitas," kata Dr. Pamela.
Selain itu, SARS-CoV-2 masih tergolong virus baru, sementara demensia bukanlah kondisi medis baru. Oleh karena itu, perlu waktu untuk menelaah hubungan COVID-19 dan demensia. Partisipan studi terkena COVID-19 sebelum perawatan ditemukan. Jadi, perlu penelitian apakah terapi antivirus COVID-19 menekan Alzheimer.
Pada 2019, para peneliti dari Case Western Reserve University juga meneliti terapi untuk perkembangan Alzheimer. Para peneliti kemudian menemukan bahwa pasien yang menggunakan agen faktor nekrosis antitumor untuk inflamasi ternyata diuntungkan dengan berkurangnya risiko Alzheimer.
5. Mencegah Alzheimer
Jadi, ada hubungan antara COVID-19 dan penyakit Alzheimer. Oleh karena itu, pencegahan COVID-19 harusnya makin diutamakan. Selain menjaga protokol kesehatan, vaksinasi dan booster COVID-19 bisa mencegah infeksi yang memperbesar risiko Alzheimer. Ditambah lagi, memelihara gaya hidup sehat juga bisa memperkecil risiko demensia.
Bagaimana jika lansia terkena COVID-19? Lansia yang terkena COVID-19 disarankan untuk segera berkonsultasi dengan ahlinya. Dengan terapi yang tepat dan cepat, komplikasi akibat COVID-19 juga bisa dicegah agar tidak parah, salah satunya adalah Alzheimer.
"Jika saya lansia dan terkena COVID-19, saya akan mengonsumsi obat antivirus agar tubuh tidak terbeban virus. COVID-19 yang lebih ringan bisa meringankan efek lanjutannya," pungkas Dr. Pamela.
Baca Juga: Mirip, Ini Perbedaan Demensia dan Penyakit Alzheimer