Studi: Long COVID Berakhir dalam 1 Tahun untuk COVID-19 Ringan

Waktu yang cukup lama, kan?

Sembuh dari COVID-19 bukan berarti selesai sepenuhnya. Meski sudah pulih, tidak sedikit penyintas COVID-19 yang masih mengeluhkan gejala-gejala mirip COVID-19, fenomena yang disebut long COVID.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), long COVID umumnya terjadi tiga bulan setelah COVID-19 mereda dan membandel minimal dua bulan. Selain kelelahan, gangguan kognitif (brain fog) atau seak napas, WHO mencatat lebih dari 200 gejala long COVID yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.

Parahnya, WHO mencatat bahwa 10–20 persen penyintas COVID-19 berisiko mengembangkan long COVID. Namun, sebenarnya berapa lama long COVID bisa bertahan? Studi terbaru mencoba untuk menjawabnya.

Libatkan jutaan partisipan

Studi: Long COVID Berakhir dalam 1 Tahun untuk COVID-19 Ringanilustrasi tes pcr COVID-19 (unsplash.com/JC Gellidon)

Dalam penelitian yang dimuat dalam BMJ pada 28 November 2022, para peneliti Israel dari KI Institute dan Maccabi Healthcare Services ingin mengetahui long COVID setahun setelah infeksi SARS-CoV-2 ringan. Selain itu, faktor seperti usia, varian SARS-CoV-2, dan status vaksinasi COVID-19 para penyintas juga menjadi bahan pertimbangan.

Penelitian bertajuk "Long covid outcomes at one year after mild SARS-CoV-2 infection" ini menyeleksi data 1.913.234 partisipan yang terdaftar menjalani tes polymerase chain reaction (PCR) di Maccabi Healthcare Services pada Maret 2020 sampai Oktober 2021. Sebanyak 299.870 partisipan pernah positif COVID-19, dan terbagi menjadi:

  • Sebanyak 70.862 partisipan sudah divaksinasi:
    • Sebanyak 17.952 partisipan mendapatkan satu dosis.
    • Sebanyak 49.066 partisipan mendapatkan dua dosis.
    • Sebanyak 3.844 partisipan mendapatkan tiga dosis.
  • Sebanyak 229.008 partisipan belum divaksinasi dan terkena varian:
    • Sebanyak 72.317 partisipan: SARS-CoV-2 varian Wuhan.
    • Sebanyak 97.963 partisipan: SARS-CoV-2 varian B.1.1.7 (Alpha)
    • Sebanyak 58.728 partisipan: SARS-CoV-2 varian B.1.617.2 (Delta)

Diadakan di tengah maraknya varian Delta, para pasien mengalami COVID-19 ringan yang tidak membutuhkan rawat inap. Para partisipan juga dibandingkan dengan jumlah partisipan yang sama tetapi tidak terkena COVID-19. Selain itu, dari kedua kelompok, sebanyak 229.008 partisipan tidak menerima vaksin COVID-19.

Baca Juga: 22 Gejala Long COVID setelah Sembuh dari Omicron, Hati-hati!

Hasil: long COVID bertahan hingga 1 tahun. Apa gejalanya?

Para peneliti Israel membandingkan 31.903 partisipan yang sudah pulih dari COVID-19 dan dibandingkan dengan mereka yang tidak terkena COVID-19. Para peneliti memantau sebanyak 70 kondisi kesehatan yang terdaftar sebagai gejala long COVID.

Hasilnya, mereka mencatat beberapa gejala long COVID yang membandel selama satu tahun setelah infeksi SARS-CoV-2. Beberapa gejala tersebut adalah:

  • Hilangnya sensasi indra penciuman (anosmia) dan pengecapan (disgeusia).
  • Gangguan konsentrasi dan daya ingat (brain fog).
  • Sesak napas.
  • Keletihan ekstrem.
  • Palpitasi jantung.
  • Radang amandel (tonsilitis) akibat infeksi Streptococcus.
  • Pusing.

Para peneliti Israel mencatat bahwa long COVID minimal enam bulan lebih banyak ditemukan di kalangan partisipan berusia 41 hingga 60 tahun. Sementara varian SARS-CoV-2 diketahui, penelitian ini mengatakan bahwa hal tersebut tidak berdampak apa pun terhadap durasi long COVID. Dengan kata lain, bahayanya tetap sama.

Vaksinasi mempersingkat long COVID

Studi: Long COVID Berakhir dalam 1 Tahun untuk COVID-19 Ringanilustrasi vaksin COVID-19 (IDN Times/Aditya Pratama)

Selain itu, para peneliti membandingkan pasien COVID-19 yang sudah divaksinasi (breakthrough infection) dengan pasien COVID-19 yang tidak divaksinasi. Sesuai dugaan, mereka yang divaksinasi mengalami infeksi SARS-CoV-2 yang lebih ringan.

Lalu, bagaimana dengan efeknya terhadap long COVID? Mereka yang sudah divaksinasi ternyata memiliki risiko sesak napas yang lebih kecil. Pertolongan dari vaksin COVID-19 terhadap gejala long COVID ini terlihat setidaknya tiga bulan setelah infeksi.

"Analisis kami menunjukkan bahwa kelompok vaksinasi yang terinfeksi menunjukkan gejala ringan dan memiliki risiko lebih rendah mengalami sesak napas dibanding yang tidak divaksinasi," tulis para peneliti Israel.

Dalam kesimpulannya, para peneliti mencatat bahwa sementara beberapa gejala bertahan selama lebih dari dua bulan, long COVID umumnya reda dalam waktu satu tahun. Selain itu, gejala ringan COVID-19 tidak mengarah ke kompolikasi serius atau kronis hingga kematian.

Meski begitu, ini bukan berarti kamu bisa meremehkan COVID-19 walaupun gejalanya ringan. Long COVID bukanlah kondisi yang bisa dianggap sepele, jadi selalu jaga protokol kesehatan dan dapatkan vaksinasi COVID-19 beserta booster-nya sesuai rekomendasi otoritas kesehatan setempat.

Baca Juga: Infeksi Ulang COVID-19 Bisa Memperburuk Long COVID

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya