Mengenal Jenis Hepatitis, Waspadai Juga Hepatitis Akut Misterius

Penularan hepatitis tergolong cepat

Hepatitis bukanlah penyakit yang langka atau baru ditemukan layaknya COVID-19. Namun, belakangan ini, pembicaraan hepatitis misterius yang dikaitkan dengan COVID-19 makin ramai menjadi perbincangan.

Oleh karena itu, edukasi mengenai hepatitis amat diperlukan demi mencegah penyakit peradangan hati ini. Inilah pembahasan mengenai serba-serbi hepatitis bersama dokter spesialis penyakit dalam RSCM, dr. Virly Nanda Muzellina, SpPD.

1. Penyebab hepatitis bervariasi

Mengenal Jenis Hepatitis, Waspadai Juga Hepatitis Akut Misteriusilustrasi organ hati atau lever (badgut.org)

Secara definisi, dr. Virly mengartikan hepatitis sebagai kondisi peradangan atau inflamasi di hati yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Selain gangguan fungsi hati, hepatitis umumnya ditandai dengan kadar serum glutamic-oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) yang meningkat.

“Ini yang kita sebut hepatitis... radang di hati dan bisa macam-macam penyebabnya," kata dr. Virly saat Health Talk bersama IDN Times di Instagram pada 20 Mei 2022 kemarin.

Umumnya, hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis (A, B, C, D, dan E). Selain virus, hepatitis juga disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebihan dan dalam selang waktu berdekatan. Kemudian, penyebab lainnya adalah konsumsi obat-obatan, tetapi tergantung dari faktor sensitivitas seseorang terhadap obat-obatan tersebut.

Selain virus, dr. Virly menekankan bahwa infeksi bakteri bisa menyebabkan hepatitis. Kondisi kecapekan ekstrem juga bisa membuat hati meradang meski ringan. Perlemakan hati juga menjadi salah satu penyebab radang hati paling umum, yang disebabkan oleh konsumsi lemak berlebih dan gaya hidup sedenter.

“Penyebabnya banyak, tetapi saat ini di Indonesia, paling banyak penyebabnya adalah virus hepatitis, terutama varian A, B, dan C,” imbuh dr. Virly.

2. Penularan hepatitis tergolong cepat

Mengetahui cara penularan hepatitis adalah cara terbaik untuk mencegahnya. Jadi, bagaimana hepatitis bisa menyebar antar individu?

Hepatitis A umumnya ditularkan melalui jalur mulut (kontaminasi dalam makanan/minuman) dan dari kotoran. Lalu, hepatitis B dan C umumnya ditularkan melalui cairan tubuh (hubungan seksual hingga darah dari luka), penggunaan jarum suntik bergilir (terutama penggunaan narkoba) dan transfusi darah (meski saat ini risikonya minim).

“Hepatitis A jauh lebih mudah penularannya dibanding B dan C,” kata dr. Virly.

Selain faktor-faktor tersebut, faktor genetik juga berperan besar dalam menularkan hepatitis. Ibu yang memiliki riwayat hepatitis B atau C lebih berisiko menularkan hepatitis tersebut pada janin dalam kandungan atau bayi yang baru lahir.

3. Bagaimana dengan hepatitis akut misterius?

Mengenal Jenis Hepatitis, Waspadai Juga Hepatitis Akut Misteriusilustrasi virus hepatitis (scientificanimations.com)

Berbicara mengenai fenomena hepatitis akut misterius yang saat ini tengah ramai dibicarakan, dr. Virly mengatakan bahwa memang ada dugaan bahwa hepatitis yang misterius dan menjangkit anak-anak ini disebabkan oleh virus. Ini karena saat pemeriksaan tinja ditemukan jejak adenovirus.

“Untuk hepatitis A, B, dan C, umumnya tidak menular melalui droplet," imbuh dr. Virly.

Meski begitu, studi saat ini memperlihatkan bahwa ada hubungan antara riwayat COVID-19 dengan hepatitis misterius pada anak-anak. Oleh karena itu, diduga hepatitis misterius ini lebih berisiko menyerang anak-anak yang memiliki riwayat terkena COVID-19, sehingga amat disarankan menjaga protokol kesehatan layaknya terhadap COVID-19.

“Orang-orang yang terkena COVID-19 lebih rentan terjangkit adenovirus tersebut. Namun, untuk varian hepatitis lainnya, tidak menular melalui droplet,” ucap dr. Virly.

Baca Juga: Hepatitis Akut Misterius: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

4. Gejala hepatitis yang berbeda-beda

Mengenai gejala hepatitis, dr. Virly mengingatkan bahwa gejalanya bisa dibagi menjadi dua, yaitu akut dan kronis. Gejala akut umumnya muncul mendadak dan eksplosif atau "langsung keluar semua, dari muntah hingga penyakit kuning". Sementara itu, gejala kronis bersifat perlahan dan laten, serta umumnya dipicu komplikasi.

"Bahkan, kronis bisa tak bergejala sama sekali... Saat medical check-up  lamar kerja atau check-up rutin, baru ketahuan, padahal tak ada gejalanya. Bisa tak bergejala kalau kronis. Kalau akut, gejalanya bisa mual, muntah, penyakit kuning, lemas, hingga urine berwarna pekat, ini gejala yang khas dari hepatitis,” papar dr. Virly.

Penyakit kuning (jaundice) umum dikaitkan dengan hepatitis. Dokter Virly mengatakan bahwa penyakit kuning bisa terlihat pertama kali di organ mata. Penyakit kuning disebabkan oleh tingginya kadar bilirubin dalam darah, salah satu sinyal gangguan hati. Inilah yang menyebabkan tubuh berubah berwarna kuning.

5. Pentingnya skrining

Mengenal Jenis Hepatitis, Waspadai Juga Hepatitis Akut Misteriusilustrasi sampel darah untuk tes darah (pexels.com/Los Muertos Crew)

Sebagai langkah pencegahan, skrining amat penting. Hepatitis A umumnya akut dan bisa sembuh sendiri. Namun, hepatitis B dan C kronis dan bisa berkembang hingga menyebabkan komplikasi fatal.

Oleh karena itu, dr. Virly mengatakan bahwa skrining hepatitis A biasanya tidak dilakukan secara rutin. Akan tetapi, bila pasien positif hepatitis B atau C, skrining biasanya dilakukan dengan tes darah. Ibu hamil juga harus memeriksa kesehatan secara rutin untuk mencegah penularan hepatitis ke janin.

“Jika terjangkit hepatitis B atau C, kita memiliki risiko besar untuk menularkan ke keluarga dan orang sekitar,” kata dr. Virly.

6. Pengobatan hepatitis sampai pulih

“Pengobatan hepatitis tergantung pada penyebabnya... Yang terpenting adalah pasti akan diberikan terapi untuk mengurangi peradangan hati dan mengatasi penyebabnya,” ucap dr. Virly.

Jika sudah diketahui jenis hepatitis dan penyebabnya, saatnya pasien menerima intervensi pengobatan. Menurut dr. Virly, karena hepatitis A tidak berkembang ke arah fatal dan bisa sembuh dengan sendirinya, maka intervensi lebih ke arah suportif agar sistem imun tubuh bisa memerangi hepatitis A.

Bagaimana dengan hepatitis B dan C? Karena bersifat kronis dan bisa menyebabkan komplikasi fatal (dari gagal hati hingga kanker hati), maka perlu intervensi antivirus. Dengan antivirus, maka virus hepatitis B dan C bisa ditekan sehingga tidak menyebabkan komplikasi-komplikasi fatal tersebut.

Lalu, jika penyebabnya adalah obat-obatan atau alkohol, maka diberikan terapi untuk mengurangi radang dan penyebabnya yang ditangani. Obat-obatan yang tidak cocok akan disesuaikan, dan pastinya, jangan konsumsi alkohol lagi. Hal tersebut berlaku untuk menangani infeksi bakteri dan parasit penyebab hepatitis lainnya. 

"Transplantasi hati adalah opsi terakhir jika hati sudah mengalami gangguan berat dan tak tertolong, seperti gagal hati," imbuh dr. Virly.

7. Lebih baik mencegah daripada mengobati

Jadi, bagaimana cara mencegah hepatitis? Jika sudah mengetahui risiko penularannya, maka tinggal mencegahnya. Dokter Virly menyarankan makan di tempat yang bersih, dan menjaga kebersihan saat makan. Hal ini bisa dilakukan dengan membawa alat makan sendiri dan ingat untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.

Lalu, jika ada luka di tangan dan/atau kaki, maka bisa diperban. Saat menggunakan fasilitas umum seperti toilet, usahakan membawa alat kebersihan diri sendiri. Jangan lupa untuk melakukan skrining dan check-up rutin untuk mencegah hepatitis terselubung.

“Ibu hamil harus melakukan skrining untuk mengantisipasi hepatitis. Yang melakukan transfusi darah, jangan gunakan jarum suntik bergiliran,” kata dr. Virly.

Untuk hepatitis misterius ini, dr. Virly menyarankan untuk tetap menjaga protokol kesehatan layaknya COVID-19. Sementara kasus kebanyakan dialami anak-anak, masyarakat perlu tetap berhati-hati, terutama untuk para orang tua.

Mengenal Jenis Hepatitis, Waspadai Juga Hepatitis Akut Misteriusilustrasi vaksin hepatitis B (4muda.com)

Langkah utama mencegah hepatitis adalah dengan vaksinasi. Sayangnya, vaksinasi hepatitis baru terbatas di hepatitis A dan B. Untuk hepatitis B, dr. Virly menyarankan bayi yang baru lahir untuk langsung divaksinasi, sesuai dengan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

"Untuk hepatitis A, mulai dari bayi berusia 1 tahun, dan akan terus berlanjut. Untuk hepatitis B, vaksinasi diulang hingga 3 kali," ujar dr. Virly.

Selain anak, vaksin hepatitis B juga berlaku untuk kelompok dewasa, terutama yang imunnya menipis terhadap hepatitis B. Sebelum vaksinasi, akan dilakukan pemeriksaan antibodi. Jika antibodi terhadap hepatitis B menipis atau habis, maka perlu booster.

“Vaksinasi hepatitis A tidak begitu dianjurkan, tetapi booster vaksinasi hepatitis B amat dianjurkan pada orang dewasa," ucap dr. Virly.

Baca Juga: Spesialis Hepatitis Dr Soetomo: Hepatitis Anak Tak Pernah Parah

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya