Studi: Obat Hipertensi Berpotensi Lawan Gejala COVID-19 Berat

Bisa untuk meredakan badai sitokin?

Sejak pertama kali dilaporkan di China pada akhir 2019 lalu, para ahli di berbagai penjuru dunia masih mencoba memahami penyakit akibat virus corona SARS-CoV-2 ini lewat berbagai penelitian, termasuk cara mengobati dan vaksinnya.

COVID-19 dapat menyerang tanpa gejala, ataupun gejala ringan, sedang, hingga berat. Sudah menginfeksi lebih dari 200 juta populasi dunia dan menyebabkan lebih dari 4 juta kematian, penyakit ini tidak bisa dianggap remeh.

Nah, ada studi terbaru yang mengungkap potensi obat hipertensi untuk pengobatan COVID-19 berat. Berikut ini ulasan penelitiannya.

1. Respons imun yang berlebihan

Studi: Obat Hipertensi Berpotensi Lawan Gejala COVID-19 Beratilustrasi COVID-19 dan badai sitokin (scitechdaily.com)

Seperti penyakit pada umumnya, COVID-19 mengaktifkan respons imun. Namun, pada gejala COVID-19 parah, sistem kekebalan menjadi tidak terkendali untuk mengimbangi SARS-CoV-2 yang bereplikasi dengan cepat.

Infeksi SARS-CoV-2 menghasilkan sinyal sitokin. Jaringan rusak mengajak sel-sel imun seperti neutrofil dan makrofag untuk menuju ke paru-paru. Sampai di paru-paru, neutrofil dan makrofag aktif dan menghasilkan sitokin. Selain sitokin, neutrofil juga melepaskan neutrophil extracellular traps (NET) untuk membunuh virus dan bakteri.

Masalahnya, produksi sitokin berlebihan atau istilah medisnya adalah badai sitokin, serta aktivasi neutrofil dan makrofag yang juga berlebihan dapat mengakibatkan gangguan pernapasan akut yang terjadi saat cairan menumpuk di kantung-kantung udara (alveoli) di paru-paru atau acute respiratory distress syndrome (ARDS) pada pasien COVID-19 parah.

2. ARDS, salah satu komplikasi berbahaya COVID-19

Studi: Obat Hipertensi Berpotensi Lawan Gejala COVID-19 Beratilustrasi paru-paru (unsplash.com/averey)

Menurut sebuah studi pada 2021 di China yang dimuat dalam jurnal Nature, sebanyak 14-33 persen pasien COVID-19 mengalami gejala parah. Dari angka tersebut, dua pertiga mengalami ARDS.

Akumulasi cairan di alveoli diakibatkan oleh kebocoran pembuluh darah, sehingga kemampuan paru-paru untuk memasok oksigen ke seluruh tubuh menjadi terganggu. Oleh karena itu, pasien dengan kondisi tersebut membutuhkan bantuan ventilator invasif untuk membantu kerja paru-paru.

Studi: Obat Hipertensi Berpotensi Lawan Gejala COVID-19 Beratilustrasi paru-paru yang mengalami ARDS (medicalnewstoday.com)

Neutrofil memang memainkan peran penting untuk melindungi tubuh dari virus. Namun, hiperaktivasi neutrofil malah merusak jaringan paru-paru dan pembuluh darah, seperti yang terjadi pada ARDS.

Oleh karena itu, tingkat neutrofil pada paru-paru berbanding lurus dengan keparahan COVID-19 dan memprediksi risiko komplikasi, seperti ARDS. Saat ini, ARDS adalah salah satu komplikasi utama yang menyebabkan kematian pada pasien COVID-19.

Nahasnya, hingga saat ini tak ada pengobatan yang langsung menarget gejala ARDS pada pasien COVID-19 parah. Namun, penelitian terbaru di Spanyol membawa pencerahan akan hal tersebut.

3. Studi terbaru membandingkan obat hipertensi untuk merawat gejala COVID-19 parah

Studi: Obat Hipertensi Berpotensi Lawan Gejala COVID-19 Beratilustrasi pemasangan infus (freepik.com/user6740038)

Dimuat dalam jurnal Journal of the American College of Cardiology pada September 2021, para peneliti ingin mengetahui apakah obat beta-blocker untuk hipertensi, Metoprolol, dapat mengurangi inflamasi paru-paru dan meningkatkan fungsi pernapasan pada pasien COVID-19 dengan komplikasi ARDS.

Para peneliti dari Centro Nacional de Investigaciones Cardiovasculares (CNIC) dan IIS-Fundación Jiménez Díaz University Hospital merekrut 20 pasien COVID-19 dengan komplikasi paru-paru parah hingga membutuhkan bantuan ventilator invasif. Para pasien dibagi menjadi dua kelompok:

  • Sebanyak 12 pasien: diberikan obat Metoprolol sebanyak 15 miligram (mg) per hari selama 3 hari via infus
  • Sebanyak 8 pasien: tidak diberikan pengobatan Metoprolol

Para peneliti Spanyol mengumpulkan sampel darah dan cairan paru-paru dari para partisipan sehari sebelum pemberian Metoprolol dan 24 jam setelah dosis terakhir.

Baca Juga: Jintan Hitam atau Habatusauda Berpotensi Obati COVID-19? Cek Faktanya!

4. Hasil: obat Metoprolol dapat membantu komplikasi ARDS pada gejala pasien COVID-19

Studi: Obat Hipertensi Berpotensi Lawan Gejala COVID-19 Beratilustrasi Metoprolol via IV (wikimedia.org)

Hasilnya, para peneliti Spanyol menemukan, dibandingkan dengan perawatan standar, kelompok Metoprolol memperlihatkan pengurangan jumlah sel imun neutrofil dalam cairan paru-paru pasien COVID-19.

Selain itu, pengobatan Metoprolol juga mengurangi tingkat sitokin pro-inflamasi, seperti monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1) di paru-paru dan interleukin-8 (IL-8) dalam darah.

Para peneliti juga melihat bahwa Metoprolol memperlihatkan penurunan aktivasi neutrofil yang berhubungan dengan produksi NET. Oleh karena itu, Metoprolol dapat mengurangi inflamasi paru-paru dan membatasi masuk dan aktivasi neutrofil pada paru-paru pasien COVID-19 dengan ARDS.

"Penggunaan Metoprolol untuk pasien COVID-19 dengan komplikasi ARDS adalah strategi yang aman dan murah untuk meringankan beban pandemik COVID-19," tulis para peneliti Spanyol.

Studi: Obat Hipertensi Berpotensi Lawan Gejala COVID-19 Beratilustrasi sel darah merah (pixabay.com/qimono)

Dalam hasil klinis, para peneliti Spanyol menemukan bahwa Metoprolol dapat meningkatkan kadar oksigen dalam darah pada pasien COVID-19 bergejala parah dengan ARDS.

Meskipun ada hubungan antara pemberian Metoprolol dan durasi pemberian ventilator invasif dan perawatan unit perawatan intensif (ICU) yang lebih singkat, hasilnya tidak signifikan secara statistik. Untungnya, tidak ada efek samping pada pemberian Metoprolol.

"Pemberian beta-blocker Metoprolol via infus yang disetujui secara klinis untuk pasien ARDS kronis karena COVID-19 bersifat aman dan meringankan inflamasi paru-paru karena COVID-19," para peneliti Spanyol menyimpulkan.

5. Selain kardiovaskular, beta-blocker bisa berguna untuk paru-paru

Studi: Obat Hipertensi Berpotensi Lawan Gejala COVID-19 Beratilustrasi penyakit jantung koroner (healthline.com)

Obat beta-blocker seperti Metoprolol dapat memblokir efek hormon epinefrin dan norepinefrin yang menyebabkan respons fight-or-flight pada tubuh. Beta-blocker sering kali digunakan untuk mengobati pasien dengan kondisi kardiovaskular.

Dilansir Medical News Today, profesor Departemen Kardiologi dan Nefrologi dari University of Oslo di Norwegia, Sverre E. Kjeldsen, mengatakan bahwa epinefrin dan norepinefrin dalam pasien COVID-19 dilepaskan dalam jumlah besar. Akibatnya, beberapa organ pun rusak, dan salah satunya adalah paru-paru.

“Pengobatan dengan Metoprolol, beta-blocker adrenoreseptor selektif beta-1, setidaknya menghambat sebagian efek destruktif ini,” kata Sverre yang tak terlibat dalam penelitian di Spanyol tersebut.

Selain itu, dalam penelitiannya yang dimuat pada 2020 dalam jurnal Blood Pressure, Sverre mengatakan bahwa obat beta-blocker dapat menjadi kandidat pengobatan untuk pasien COVID-19 gejala parah. Ini karena kemampuan obat beta-blocker yang mengurangi inflamasi dan akumulasi cairan paru-paru.

Studi: Obat Hipertensi Berpotensi Lawan Gejala COVID-19 Beratilustrasi paru-paru (livescience.com)

Prediksi Sverre kemudian dibuktikan oleh para peneliti Spanyol dengan temuan tersebut. Metoprolol ditemukan dapat mengurangi kadar neutrofil pada paru-paru, sehingga aktivasi neutrofil lebih rendah. Dengan begitu, inflamasi paru-paru berkurang dan kadar oksigen dalam darah pun bertambah.

Para peneliti Spanyol mengungkapkan bahwa temuan tersebut memberikan wawasan terbaru mengenai peran beta-blocker Metoprolol terhadap neutrofil yang mendorong respons inflamasi pada paru-paru. Dengan begitu, Metoprolol bisa menjadi opsi terbaru yang efektif dan terjangkau untuk merawat COVID-19 parah.

"Kami melihat sangat sedikit terapi yang terbukti signifikan pada tahap akhir COVID-19... Dengan penelitian ini, jika teruji, akan membuka pendekatan baru dengan obat yang harganya sangat terjangkau," ujar Dr. Valentín F. Carulla, rekan peneliti dari CNIC.

6. Kelebihan dan kekurangan studi ini

Studi: Obat Hipertensi Berpotensi Lawan Gejala COVID-19 Beratilustrasi pemberian obat via infus (myamericannurse.com)

Kepala tim peneliti Spanyol dari CNIC, Agustín Clemente-Moragón, mengatakan bahwa Metoprolol beredar untuk penggunaan klinis dengan harga terjangkau. Oleh karena itu, Metoprolol memiliki potensi untuk mengurangi beban ICU ekstrem akibat COVID-19.

"Pengobatan ini bermanfaat untuk semua pasien COVID-19, terutama yang tanpa kontraindikasi Metoprolol. Manfaat ini mungkin berpotensi lebih besar jika Metoprolol diberikan sebelum masa intubasi," kata Agustín.

Namun, para peneliti melihat bahwa penelitian ini memiliki ukuran sampel yang minim dan hanya berlangsung di satu lokasi. Selain itu, ada potensi bias karena para peneliti tahu pasien mana yang ada di kelompok Metoprolol dan kontrol.

Oleh karena itu, Valentín mengatakan bahwa di masa depan, penelitian selanjutnya akan melibatkan uji coba acak dengan skala yang lebih besar. Tujuannya? Tetap mengenai potensi Metoprolol untuk mengurangi inflamasi paru-paru pada pasien COVID-19 dengan ARDS.

Studi: Obat Hipertensi Berpotensi Lawan Gejala COVID-19 Beratilustrasi pemberian obat via infus (elitecme.com)

Meski penelitian ini membuka potensi terapi efektif dengan harga terjangkau dengan Metoprolol untuk pasien COVID-19 parah dengan ARDS, tetapi perlu diingat, obat ini bukanlah obat untuk COVID-19! Lagi pula, terapi dengan Metoprolol masih dikaji dan belum disahkan untuk COVID-19 oleh Badan Kesehatan Dunia.

Pada pasien COVID-19 parah dengan komplikasi ARDS, Metoprolol dapat melemahkan inflamasi intens pada paru-paru, terutama jika diberikan lebih awal. Namun, Metoprolol tidak berarti bisa diberikan sembarangan. Jadi, jangan asal pakai!

Baca Juga: Napas Lega, Ini 8 Cara Ampuh Menjaga Kesehatan Paru-paru

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya