Studi: Paparan Polusi Udara Tingkatkan Risiko COVID-19 Parah

Bagaimana polusi udara pengaruhi tingkat keparahan COVID-19?

Di tengah pandemik COVID-19, masih banyak hal lain yang dapat mengancam kesehatan kita. Salah satunya adalah polusi udara. Sementara COVID-19 diduga membuat mobilitas masyarakat jadi berkurang (lebih banyak kerja dari rumah) nyatanya hal tersebut tidak menurunkan tingkat polusi udara secara signifikan.

Bukan rahasia kalau polusi udara bisa berdampak negatif pada kesehatan. Studi terbaru menemukan bahwa paparan polusi udara jangka panjang bisa memengaruhi keparahan COVID-19.

1. Libatkan ratusan kota Jerman di tengah pandemik COVID-19

Studi: Paparan Polusi Udara Tingkatkan Risiko COVID-19 Parahilustrasi polusi udara (needpix.com)

Dipresentasikan dalam pertemuan tahunan European Society of Anaesthesiology and Intensive Care (ESAIC), Euroanaesthesia, di Italia pada 4–6 Juni lalu, para peneliti Jerman mencari tahu bagaimana hubungan antara paparan polusi udara dalam jangka panjang terhadap keparahan COVID-19.

Untuk studi tersebut, para peneliti menggunakan data polusi udara dari tahun 2010–2019 di 392 wilayah Jerman. Data ini digunakan untuk menghitung tingkat nitrogen dioksida (NO2) tahunan, dari 4,6µg/m³–32µg/m³. Para peneliti menemukan bahwa kota dengan kadar NO2 terendah adalah Suhl, sementara yang tertinggi adalah Frankfurt.

2. Menghitung kemungkinan keparahan COVID-19

Selain itu, para peneliti juga mengumpulkan data okupansi kasur ICU dan pemakaian bantuan pernapasan dari data German Interdisciplinary Association for Intensive Care and Emergency Medicine (DIVI). Periode studi berlangsung dari 16 April 2020 sampai 16 Mei 2020, saat pemerintah setempat memperlonggar aturan lockdown.

Data yang didapat kemudian disesuaikan dengan berbagai faktor demografis, seperti kepadatan penduduk, usia, hingga jenis kelamin. Para peneliti juga tidak lupa mencatat komorbiditas yang kemungkinan besar bisa memengaruhi keparahan COVID-19, selain paparan polusi udara.

Baca Juga: Polusi Udara Bisa Picu Serangan Jantung dalam 1 Jam? Ini Faktanya

3. Paparan polusi udara memperparah COVID-19

Studi: Paparan Polusi Udara Tingkatkan Risiko COVID-19 Parahilustrasi petugas medis melakukan perawatan terhadap pasien terinfeksi virus corona (COVID-19) di instalasi khusus. ANTARA FOTO/REUTERS/Ronen Zvulun

Pada 16 Mei 2020, para peneliti mencatat bahwa terdapat 169.840 kasus COVID-19 dan 8.433 kematian akibat COVID-19 di Jerman. Bahayanya, para peneliti menemukan bahwa tiap kenaikan 1μg/m3 kadar NO2 berarti risiko masuk ICU dan kebutuhan bantuan pernapasan naik, masing-masing 3,2 persen serta 3,5 persen.

Rata-rata, para peneliti menemukan bahwa di 10 daerah dengan kadar NO2 terendah, tercatat penggunaan 28 ICU dan 19 ventilator. Namun, di kota dengan paparan NO2 tertinggi, angkanya berubah menjadi 144 ICU dan 102 ventilator. Mengapa polusi udara bisa memperparah COVID-19?

Penelitian ini menduga bahwa gangguan ini berdasar dari protein yang mengontrol inflamasi, angiotensin-converting enzyme 2 (ACE-2). Saat SARS-CoV-2 terikat ke ACE-2, inflamasi atau peradangan tubuh tak terkontrol. Ditambah efek polusi udara jangka panjang yang juga menyebabkan inflamasi, kombinasi tersebut membuat COVID-19 jadi parah.

"Paparan NO2 jangka panjang bahkan sebelum pandemik membuat orang-orang jadi lebih rentan terinfeksi COVID-19 parah," ujar pemimpin penelitian dari Universitätsmedizin Berlin, Dr. Susanne Koch, dilansir EurekAlert!.

4. Saatnya beralih ke energi yang lebih bersih

Penelitian ini sekaligus menjadi bukti pendukung dari sebuah studi sebelumnya yang dilakukan di Jerman pada April 2020. Dimuat dalam jurnal Science of The Total Environment, studi ini menemukan bahwa paparan NO2 jangka panjang berbanding lurus dengan insiden COVID-19 yang frekuen dan tingkat kematian yang lebih tinggi.

"Paparan polusi udara bisa menyebabkan kondisi lainnya, termasuk serangan jantung, stroke, asma, dan kanker paru-paru, serta bisa terus merugikan kesehatan bahkan setelah pandemik COVID-19 selesai," tutur Dr. Susanne.

NO2 umumnya dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, terutama oleh kendaraan. Paparan jangka panjang NO2 bisa berakibat buruk untuk paru-paru karena merusak sel endotel, sel yang berperan dalam memindahkan oksigen dari udara ke darah.

Studi: Paparan Polusi Udara Tingkatkan Risiko COVID-19 Parahilustrasi panel surya sebagai energi terbarukan (unsplash.com/American Public Power Association)

Saat ditanya mengenai kekurangan penelitian ini, Dr. Susanne mengatakan bahwa penelitian ini sejatinya tidak membuktikan hubungan sebab-akibat antara paparan polusi udara dan keparahan COVID-19. Meski begitu, studi ini memiliki implikasi tersendiri untuk lingkungan.

Selain COVID-19, bukan rahasia kalau polusi udara berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat dunia. Meski Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah merevisi standar kualitas udaranya pada 2021 silam, masih banyak negara dunia yang belum menaatinya. Jika tidak segera, maka kesehatan masyarakatlah yang terkena imbasnya.

"Transisi ke energi terbarukan, transportasi hijau, dan agrikultura berkelanjutan amat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas udara. Mengurangi emisi bukan hanya soal krisis iklim, melainkan juga meningkatkan kesehatan dan taraf hidup masyarakat dunia," tanda Dr. Susanne.

Baca Juga: Gambaran Kondisi Nyata Udara, yuk Pahami Apa Itu Indeks Kualitas Udara

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya