Studi: Pekerjaan Rumah Tangga Kurangi Risiko Demensia

Mencegah demensia bisa dari hal simpel

Bagi sebagian besar orang, demensia (seperti penyakit Alzheimer) adalah penyakit yang terkait usia. Padahal, penyakit yang umumnya ditandai dengan kepikunan ini bukanlah bagian alami dari proses penuaan.

Dengan kata lain, demensia bisa dihambat dan kualitas hidup tetap terpelihara di usia senja. Dari sekian banyak caranya, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa mencegah demensia bisa dimulai dari hal simpel seperti mengerjakan pekerjaan rumah. Berikut ini penjelasannya.

1. Libatkan ratusan ribu partisipan

Studi: Pekerjaan Rumah Tangga Kurangi Risiko Demensiailustrasi lansia berolahraga (greatseniorliving.com)

Apakah pola kegiatan fisik dan kognitif bisa memengaruhi risiko demensia? Hal inilah yang coba dicari tahu oleh para peneliti dari Sichuan University, China, dalam penelitian yang dimuat dalam jurnal Neurology pada penghujung Juni 2022.

Studi bertajuk "Physical and Mental Activity, Disease Susceptibility, and Risk of Dementia" ini melibatkan 501.376 partisipan sehat berusia rata-rata 56 tahun dari UK Biobank periode 2006–2010.

Para partisipan diminta mengisi kuesioner pada masa awal studi mengenai aktivitas fisik yang dilakukan, seperti menapaki tangga, berjalan, atau berolahraga. Selain itu, mereka juga mengisi frekuensi mengerjakan pekerjaan rumah tangga hingga mengunjungi atau dikunjungi sahabat.

2. Hasil: Olahraga hingga mengerjakan tugas rumah bisa tekan risiko demensia

Para peneliti kemudian memantau para partisipan selama 10,6 tahun, tepatnya hingga 2019. Pada akhir periode pemantauan, para peneliti menemukan bahwa 5.185 partisipan terdiagnosis demensia.

Berita baiknya, para peneliti menemukan bahwa aktivitas yang dikerjakan oleh para partisipan terlihat bisa mengurangi risiko demensia. Mereka menemukan bahwa melakukan:

  • Olahraga rutin: Menurunkan risiko demensia hingga 35 persen.
  • Mengerjakan tugas rumah: Menurunkan risiko demensia hingga 21 persen.
  • Mengunjungi keluarga atau sahabat tiap hari: Menurunkan risiko demensia hingga 15 persen.

"Pengobatan demensia masih jauh. Jadi, kami anggap penting bahwa perubahan gaya hidup lebih sehat bisa jadi intervensi efektif untuk pencegahan dini demensia," ujar salah satu peneliti, Huan Song, MD, PhD.

Baca Juga: Mirip, Ini Perbedaan Demensia dan Penyakit Alzheimer 

3. Membuktikan penelitian sebelumnya

Penelitian ini mengungkapkan manfaat aktivitas fisik dan sosial untuk mengurangi risiko demensia. Namun, penelitian ini bukanlah yang pertama menguji hal tersebut. Sebuah penelitian di Jepang pada Maret 2022 dan melibatkan 43.986 partisipan mengungkapkan bahwa aktivitas fisik bisa mengurangi risiko demensia.

Selain penelitian dari Jepang tersebut, sebuah penelitian di Korea Selatan yang dimuat dalam jurnal JAMA Network Open pada 2021 juga mengungkapkan hal yang sama. Meneliti 62.286 partisipan lansia, aktivitas fisik (meski intensitas ringan sekali pun) bisa mengurangi risiko demensia secara signifikan.

4. Men sana in corpore sano

Studi: Pekerjaan Rumah Tangga Kurangi Risiko Demensiailustrasi lansia (freepik.com/carmonaguerrero)

Meski telah membuktikan studi sebelumnya, studi di China ini masih belum bisa menjelaskan hubungan di balik aktivitas fisik dan sosial bisa mengurangi risiko demensia, dan apakah pengaruhnya bisa terlihat sedari muda. Akan tetapi, Song menjelaskan beberapa teori di balik temuan tersebut.

"Ada beberapa penjelasan, termasuk pelepasan faktor neutrofik otak, peningkatan aliran darah ke otak, hingga efek antioksidan dari aktivitas otak," ujar Song seperti dilansir Verywell Health.

Menurut definisi Natural Institute of Aging, demensia terjadi karena neuron sehat di otak mati dalam kecepatan yang abnormal. Oleh karena itu, Song memaparkan bahwa lewat penelitian ini, aktivitas fisik dan sosial bisa memelihara kesehatan dan jumlah neuron sehat di otak. 

"Lalu, aktivitas fisik bisa memengaruhi faktor kognitif lain secara tak langsung, seperti obesitas, hipertensi, resistansi insulin, depresi, dan kebugaran kardiovaskular," tambah Song.

Baca Juga: Studi: Kurang Vitamin D Dongkrak Risiko Demensia dan Stroke

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya