Pelecehan pada Masa Kecil Tingkatkan Risiko Multiple Sclerosis

Bukan hanya psikis, tubuh pun dirugikan!

Tidak sedikit dari kita yang pernah mengalami hal buruk pada masa kanak-kanak. Akibatnya, terbentuklah trauma masa lalu. Kondisi ini sering kali dikaitkan dengan gangguan psikis.

Bukan rahasia kalau kondisi psikis bisa memengaruhi kondisi tubuh masa kini. Hal ini dibuktikan oleh penelitian terbaru, bahwa trauma masa kecil bisa menyebabkan multiple sclerosis (MS), gangguan saraf pada gerak tubuh serta penglihatan. Mari simak fakta selengkapnya!

1. Penelitian libatkan hampir 80.000 partisipan

Dimuat dalam jurnal Journal of Neurology, Neurosurgery & Psychiatry pada April 2022, para peneliti Norwegia ingin mengetahui apakah trauma pelecehan fisik, seksual, dan emosional memengaruhi risiko MS di kemudian hari. Untuk itu, para peneliti merekrut 77.997 perempuan hamil.

Para partisipan termasuk dalam studi Mother, Father and Child (MoBa) sejak tahun 1998 sampai 2008. Dengan kuesioner, beberapa partisipan mengungkapkan bahwa mereka pernah mengalami salah satu dari tiga jenis pelecehan tersebut sebelum usia 18 tahun. Oleh sebab itu, para peneliti membagi para partisipan menjadi dua:

  • Sebanyak 14.477 mengalami pelecehan di masa kanak-kanak.
  • Sebanyak 63.520 tidak mengalami pelecehan.

2. Hasil: Trauma pelecehan tingkatkan risiko multiple sclerosis

Pelecehan pada Masa Kecil Tingkatkan Risiko Multiple Sclerosisilustrasi pelecehan seksual (pexels.com/Rodnae Productions)

Para peneliti kemudian memantau kesehatan para partisipan hingga Desember 2018. Sementara perempuan berisiko tinggi mengalami MS, penelitian ini menemukan bahwa perempuan yang mengalami pelecehan pada masa kanak-kanak adalah perokok atau mantan perokok (faktor penyebab MS), obesitas, hingga memiliki gejala depresi.

Pada akhir masa pemantauan, penelitian bertajuk "Association of adverse childhood experiences with the development of multiple sclerosis" ini mencatat bahwa 300 partisipan terdiagnosis MS. Dari angka tersebut, sebanyak 71 pasien (24 persen) MS mengatakan pernah mengalami pelecehan pada masa lampau.

Baca Juga: Multiple Sclerosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

3. Jenis pelecehan seperti apa yang paling berisiko?

Meskipun para peneliti telah menyesuaikan hasil dengan berbagai faktor, hasilnya, para perempuan yang mengalami pelecehan pada masa kanak-kanak memang lebih rentan terkena MS. Tim peneliti mencatat bahwa risiko MS paling besar pada pelecehan:

  • Seksual: 65 persen.
  • Emosional: 40 persen.
  • Fisik: 31 persen.

Selain itu, para peneliti mencatat bahwa jika seorang perempuan terpapar dua jenis pelecehan, maka risiko bertambah jadi 66 persen. Lebih parah lagi, jika mereka terpapar tiga jenis pelecehan tersebut, maka risiko meroket jadi 93 persen.

4. Mengapa pelecehan bisa menyebabkan multiple sclerosis?

Pelecehan pada Masa Kecil Tingkatkan Risiko Multiple Sclerosisilustrasi multiple sclerosis (stemcellstransplantinstitute.com)

Hubungan antara pelecehan pada masa kanak-kanak dan risiko MS bisa dijelaskan secara medis. Pertama, pelecehan pada masa kanak-kanak menyebabkan disregulasi pada poros hipotalamus-pituitari-adrenalin (HPA) yang mengatur sistem tubuh, dari metabolisme sampai reproduksi.

Kondisi ini lalu menyebabkan stres oksidatif dan inflamasi yang berlanjut hingga dewasa. Lalu, stres psikis juga terbukti bisa mengganggu kinerja sawar darah-otak sehingga menyebabkan perubahan epigenetik. Digabungkan, inilah yang akhirnya meningkatkan risiko terkena penyakit neurodegeneratif, seperti MS.

Selain faktor pelecehan seksual, fisik, dan emosional pada masa kanak-kanak, National Multiple Sclerosis Society juga melansir bahwa ada beberapa faktor utama yang bisa menyebabkan MS, yaitu:

  • Rokok.
  • Obesitas.
  • Kekurangan vitamin D.
  • Riwayat keluarga.
  • Faktor geografis.

5. Diagnosis multiple sclerosis tidak boleh mengesampingkan pelecehan yang dialami pada masa lampau

Dalam kesimpulannya, para peneliti mengakui bahwa studi ini sebenarnya tidak secara langsung menarik hubungan antara pelecehan pada masa kanak-kanak dengan MS. Ini karena faktor tertentu seperti pola makan, asupan gizi, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok orang tua bisa memengaruhi risiko MS.

Meski terlihat bahwa pelecehan bisa meningkatkan risiko MS, para peneliti mengakui tidak mencatat keparahan pelecehan, durasinya, atau kapan pelecehan itu terjadi. Selain itu, keberadaan dukungan emosional untuk para partisipan yang mengalami pelecehan pada masa kanak-kanak juga tidak diketahui.

Akhirnya, studi ini menunjukkan bahwa MS tidak hanya mengenai gaya hidup, melainkan pelecehan pada masa lampau juga. Selain itu, dampak trauma juga bisa menyebabkan gangguan psikis yang menyulitkan para pasien MS merawat dirinya. Oleh karena itu, intervensi psikologis untuk pasien MS yang mengalami trauma amat dibutuhkan.

Baca Juga: 17 Cara Mengatasi Trauma pada Anak pasca Peristiwa Traumatis

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya