Studi: Polusi Udara Tingkatkan Risiko Kematian Dini 20%

Bisa sebabkan kematian dini, polusi udara siaga 1!

Makin hari, bahaya polusi udara makin nyata. Berkontribusi terhadap 24 persen kematian akibat paparan lingkungan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa tiap tahunnya, sekitar 7 juta kematian dini disebabkan paparan polusi udara. Masalahnya, ada 9 dari 10 orang dunia yang tinggal di daerah padat polusi udara.

Sayangnya, banyak orang yang tidak sadar akan hal tersebut dan bahkan tak percaya. Padahal, berbagai studi menunjukkan kalau polusi udara bisa meningkatkan risiko kematian. Salah satunya adalah studi terbaru yang menemukan peningkatan risiko kematian akibat polusi udara sebanyak 20 persen.

1. Libatkan puluhan ribu partisipan

Studi: Polusi Udara Tingkatkan Risiko Kematian Dini 20%ilustrasi polusi udara (ccacoalition.org)

Angka kematian akibat paparan lingkungan di seluruh dunia makin meningkat. Dimuat dalam jurnal PLOS One, para peneliti dari Amerika Serikat (AS), Iran, dan Italia ingin meneliti dampak paparan polusi lingkungan pada penduduk di negara berpenghasilan rendah.

Untuk itu, penelitian bertajuk "Spatial environmental factors predict cardiovascular and all-cause mortality" ini mengambil data 50.045 partisipan berusia 40–75 tahun yang termasuk dalam Golestan Cohort Study di Iran pada periode 2004–2008. Para partisipan terbagi menjadi:

  • Kelompok derivasi: 45.042 partisipan.
  • Kelompok validasi: 5.003 partisipan.

2. Faktor-faktor yang diperhitungkan

Para peneliti bermaksud meneliti mortalitas, terutama akibat kardiovaskular. Faktor-faktor yang kemudian diteliti adalah:

  • Polusi udara partikulat halus.
  • Penggunaan bahan bakar dan ventilasi rumahan.
  • Kedekatan dengan jalan raya.
  • Jarak dengan rumah sakit atau klinik jantung terdekat.
  • Lingkungan sosial ekonomi.
  • Kepadatan penduduk.
  • Penggunaan lahan lokal.
  • Paparan cahaya di malam hari.

Baca Juga: Polusi Udara Bisa Picu Serangan Jantung dalam 1 Jam? Ini Faktanya

3. Hasil: Polusi udara meningkatkan risiko kematian dini akibat gangguan kardiovaskular

Studi: Polusi Udara Tingkatkan Risiko Kematian Dini 20%ilustrasi gangguan jantung (pexels.com/freestocks.org)

Para peneliti kemudian memantau kelompok deviasi dan validasi selama rata-rata 10 tahun. Selama periode tersebut, tercatat 2.733 kematian akibat gangguan kardiovaskular dan 5.996 kematian lainnya pada kelompok derivasi, sementara kelompok validasi mencatat 286 kematian akibat kardiovaskular dan 655 kematian lainnya.

Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa:

  • Mereka yang tinggal di daerah padat polusi udara 17 persen lebih berisiko wafat akibat gangguan kardiovaskular, dan 20 persen kematian akibat faktor lainnya.
  • Mereka yang menggunakan bahan bakar biomassa seperti kayu atau kotoran hewan tanpa cerobong asap 36 persen lebih berisiko wafat akibat gangguan kardiovaskular, dan 23 persen kematian akibat faktor lainnya.
  • Mereka yang menggunakan bahan bakar minyak tanah tanpa cerobong asap 19 persen lebih berisiko wafat akibat gangguan kardiovaskular, dan 9 persen kematian akibat faktor lainnya.

Menurut para peneliti, keterjangkauan akses ke rumah sakit atau klinik jantung terdekat juga amat menentukan. Makin jauh jarak ke intervensi kardiovaskular, makin tinggi juga risiko kematian akibat gangguan kardiovaskular.

"Polusi udara berkontribusi besar pada penyakit kardiovaskular, serupa dengan asap rokok... Studi ini menunjukkan faktor risiko lingkungan terlihat jelas di lingkungan pedesaan berpedapatan rendah," ujar pemimpin penelitian dari Icahn School of Medicine at Mount Sinai, Dr. Hadley Michael.

4. Kekurangan penelitian tersebut

Penelitian ini mencakup jumlah partisipan yang cukup besar serta faktor risiko yang ekstensif. Namun, para peneliti hanya memasukkan data desa partisipan, bukan alamat detail (karena privasi). Hal ini bisa memengaruhi hasil penelitian.

Kekurangan lainnya adalah pengumpulan data berdasarkan tahun bergabungnya para partisipan ke penelitian. Akibatnya, para peneliti tidak dapat memperhitungkan paparan polutan sebelumnya, perubahan seiring waktu, atau paparan polutan akut.

Selain itu, pengumpulan data untuk analisis polusi udara seperti data sosial ekonomi, penggunaan bahan bakar, dan tingkat ventilasi tidak begitu akurat. Akibatnya, hal ini bisa memengaruhi hasil.

5. Perlunya menindaklanjuti polusi udara

Studi: Polusi Udara Tingkatkan Risiko Kematian Dini 20%ilustrasi memakai masker medis (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Penelitian ini menekankan pentingnya menanggulangi dan mengawasi faktor risiko lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan kardiovaskular, terutama polusi udara. Para peneliti mencatat bahwa untuk mewujudkannya, perlu usaha terintegrasi dari seluruh lapisan masyarakat.

Dokter Michael menjelaskan bahwa para tenaga kesehatan memiliki andil dalam melindungi masyarakat dari polusi udara, yaitu dengan menyuluhkan bahaya polusi udara, menyarankan, dan memberikan intervensi. Oleh karena itu, perlu penelitian lebih lanjut.

"Berbagai uji coba dibutuhkan untuk menguji efikasi intervensi untuk melindungi para pasien dari faktor risiko lingkungan, seperti filtrasi udara atau masker untuk mengurangi risiko paparan polusi udara," ucap Dr. Michael.

Baca Juga: Bahaya Polusi Udara terhadap Hati, Sebabkan Perlemakan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya