Puasa Ramadan Ampuh Turunkan Berat Badan tanpa Pengaruhi Massa Protein

Inilah keuntungan puasa bagi yang ingin menguruskan badan

Saat Ramadan, umat Islam melakukan puasa selama 30 hari. Selain menahan hawa nafsu dan godaan duniawi, puasa Ramadan identik dengan berpuasa seharian dari matahari terbit hingga terbenam.

Manfaat dari puasa Ramadan sudah terbukti, mulai dari meningkatkan kesehatan secara keseluruhan hingga menurunkan berat badan. Sebuah studi di Tanah Air menunjukkan keuntungan berpuasa bagi yang ingin menguruskan badan. Penasaran? Baca terus, ya!

1. Penelitian melibatkan staf medis yang berpuasa

Puasa Ramadan Ampuh Turunkan Berat Badan tanpa Pengaruhi Massa ProteinRSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (IDN Times/Margith Juita Damanik)

Dimuat dalam jurnal International Journal of Endocrinology and Metabolism pada 2016 lalu, sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk mengetahui efek puasa Ramadan terhadap komposisi tubuh manusia.

Penelitian dilaksanakan pada tahun 2013 dan melibatkan 43 partisipan berusia rata-rata 34 tahun. Para partisipan yang mengikuti penelitian ini adalah staf medis RSCM yang mayoritas adalah dokter, perawat, dan ahli gizi. Hampir setengah dari populasi partisipan mengalami kelebihan berat badan pada awal studi.

2. Hasil: Puasa ampuh menurunkan berat badan tanpa memengaruhi massa protein

Sebagai tolok ukur, pengukuran komposisi tubuh dilakukan pada hari pertama, hari ke–28, dan 4–5 minggu setelah Ramadan (25 partisipan saja). Pada hari ke–28 Ramadan, para peneliti RSCM melihat bahwa puasa Ramadan memang memiliki khasiat untuk melangsingkan tubuh.

Meski tercatat sedikit penambahan asupan kalori, para peneliti melihat penurunan signifikan pada kadar lemak tubuh dan berat badan 43 partisipan. Selain itu, para peneliti juga melihat adanya penurunan lingkar pinggang meski kecil. Uniknya, massa protein mengalami penurunan yang minim.

"Penelitian saya membuktikan hal tersebut. Kalau puasa 14 jam untuk memenuhi kebutuhan kalori, yang dihancurkan lemak saja tidak sampai protein," ujar peneliti utama, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH., MMB, FINASIM, FACP, FACG., saat dihubungi IDN Times pada Selasa (19/4/2022).

3. Pentingnya massa protein

Puasa Ramadan Ampuh Turunkan Berat Badan tanpa Pengaruhi Massa Proteinilustrasi lapar atau perut kosong (diabetes.co.uk)

Menurut Prof. Ari, memelihara massa protein kala puasa amat penting. Jika sampai massa protein hancur, hal ini bisa menurunkan performa tubuh, termasuk daya tahan tubuh, sistem penapasan, hingga jantung. Karena hanya lemak yang dihancurkan, maka puasa dijamin bagus untuk kesehatan secara keseluruhan.

"Penelitian ini membenarkan bahwa setelah berpuasa, lemak darah akan menurun. Namun, tak menyebabkan sakit karena protein tidak turun," ujar Prof. Ari sekaligus Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

Dihubungi secara terpisah pada Senin (18/4/2022), ahli gizi sekaligus dosen kesehatan masyarakat di Universitas Alma Ata, Dr. Arif Sabta Aji, S.Gz., menjelaskan pembakaran energi dimulai dari karbohidrat, kemudian glikogen (cadangan glukosa pada organ, seperti otot), barulah lemak.

Umumnya, Dr. Arif mengatakan bahwa butuh sekitar 1 jam aktivitas aerobik untuk menggerus lemak. Jika lemak tergerus habis, maka tubuh tak bisa membakar apa pun lagi. Akibatnya, saat tubuh berada di keadaan kelaparan kronis atau starvation, massa protein jadi sasaran.

"Jika kita dalam kondisi kelaparan atau starvation kronis, barulah massa protein digunakan sebagai cadangan energi. Kalau puasa, kan, kita tidak kelaparan sepanjang hari," sebut Dr. Arif.

Baca Juga: Menu Sahur yang Ampuh Dongkrak Stamina Rekomendasi Ahli Gizi

4. Meski jumlah sampel kecil, tetapi tetap disebut tepat sasaran

Tidak sedikit yang menyoroti jumlah sampel pada studi yang dirujuk 49 paper kelas internasional ini, yaitu 43 orang yang semuanya adalah staf medis. Profesor Ari menanggapi bahwa kelompok staf medis adalah representasi kelompok dewasa yang bekerja sehari-hari sambil berpuasa.

Saat ditanya apakah jumlah sampel tersebut mewakili masyarakat luas, Prof. Ari mengatakan bahwa interpretasinya relatif. Jika hasil ini dibandingkan dengan kelompok yang hanya duduk di rumah saja (tidak bekerja apalagi tidak berpuasa), menurutnya maka hasil ini tak bisa mewakili.

“(Penelitian) ini tetap mewakili orang-orang yang bekerja meski sedang berpuasa,” ujar Prof. Ari.

Setuju dengan Prof. Ari, Dr. Arif mengatakan bahwa staf medis cukup merepresentasikan populasi dewasa pekerja yang lainnya, sehingga hasil tak akan berbeda jika diuji coba pada kelompok lain. Namun, ia mengatakan bahwa agar lebih relevan, lebih baik penelitian selanjutnya melibatkan kelompok tertentu, seperti orang dengan status gizi rendah.

“Pada orang kurus, massa lemak lebih rendah dibanding status gizi normal atau lebih. Bisa digunakan perbandingan seperti itu. Pada orang yang kurus hingga gemuk karena kalau massa lemak dalam tubuh seseorang berbeda-beda,” ujar Dr. Arif.

5. Menjaga berat badan setelah Ramadan

Puasa Ramadan Ampuh Turunkan Berat Badan tanpa Pengaruhi Massa Proteinilustrasi puasa (parade.com)

Pada partisipan yang dipantau 4–5 minggu setelah Ramadan, terlihat bahwa berat badan kembali seperti semula. Apakah puasa dianggap gagal? Menurut Prof. Ari, ini adalah peringatan bahwa gaya makan sehat sebagai bagian dari hidup sehat harus diterapkan bahkan jika tak sedang puasa.

"Saat beberapa umat Islam mengatakan puasa adalah sebuah pelatihan untuk hidup yang lebih, ada yang tidak konsisten menjalankannya. Hal ini diperlihatkan oleh staf medis dalam penelitian. Kita harus mengingatkan untuk menjaga hidup sehat bahkan setelah puasa,” kata Prof. Ari.

Bagaimana cara agar berat badan tak meroket setelah Ramadan? Baik Prof. Ari dan Dr. Arif setuju bahwa menjaga pola makan, serta mengurangi camilan dan konsumsi yang tak sehat (seperti makanan atau minuman manis serta gorengan) bisa mengurangi risiko berat badan kembali naik setelah Idulfitri.

"Jika saat puasa makan hanya dua kali, saat sudah tak berpuasa maka tak ada pantangan lagi, kan? Nah, efek psikis kita mengatakan kita 'sudah bebas' dari puasa, sehingga ada efek 'balas dendam' memakan makanan yang sebelumnya tak bisa saat berpuasa," ujar Dr. Arif.

Selain itu, aktivitas fisik juga bisa menyeimbangkan berat badan. Seperti panduan kesehatan umum, amat disarankan olahraga selama 150 menit per minggu. Dengan begitu, berat badan akan tetap terkontrol.

6. Harapan penelitian di masa depan

Profesor Ari mengatakan bahwa penelitian yang ia lakukan bersama tim lebih spesifik karena "berada di tengah". Di beberapa negara, ada yang berpuasa lebih lama (hingga 20 jam) dan lebih singkat (10 jam). Sebagai negara tropis, umat Islam di Indonesia berpuasa 14 jam.

"Studi-studi mengenai puasa terhadap berbagai penyakit sudah banyak. Nah, studi ini memperkuat data yang telah ada sebelumnya," imbuh Prof. Ari.

Pengaruh puasa perlu juga dikaji pada kelompok milenial karena puasa adalah intervensi yang pasti terjadi. Kata Prof. Ari, karena puasa adalah ibadah, mereka akan melakukannya tanpa disuruh.

"Banyak hal yang bisa dikerjakan. Mungkin penelitian selanjutnya bisa memasukkan aspek lain seperti waktu tidur, segi kinerja otak, dan kualitas hidup," tutup Prof. Ari.

Baca Juga: 9 Cara Menghilangkan Ngantuk saat Puasa yang Ganggu Produktivitas

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya