Studi: Reinfeksi COVID-19 Tingkatkan Risiko Kematian

Jangan anggap remeh COVID-19 dan reinfeksinya!

Sudah hampir tiga tahun berselang, pandemik COVID-19 masih belum berakhir. Bermula sejak akhir tahun 2019, hingga saat ini sudah tercatat lebih dari 500 juta kasus COVID-19 dan lebih dari 6 juta kematian akibatnya. Beruntungnya, vaksinasi COVID-19 sudah berjalan dan kita bisa sedikit bernapas lega.

Salah satu kekhawatiran akan COVID-19 adalah ini bisa menginfeksi berkali-kali meskipun sudah mendapatkan vaksinasi lengkap dan booster. Tetap waspada, studi terbaru menemukan bahwa reinfeksi COVID-19 berkali-kali bisa menggerus kesehatan dan usia seseorang. Berikut ini informasinya.

1. Studi melibatkan jutaan orang

Studi: Reinfeksi COVID-19 Tingkatkan Risiko KematianSeorang pasien COVID-19 meletakkan kedua tangan di kepalanya. (ANTARA FOTO/REUTERS/Baz Ratner)

Berbagai penelitian sudah memperlihatkan bagaimana infeksi SARS-CoV-2 kali pertama bisa menyebabkan komplikasi hingga kematian pada organ pernapasan dan organ tubuh lainnya. Namun, risiko tersebut belum pernah diteliti pada kasus reinfeksi atau infeksi COVID-19 lebih dari satu kali.

Dimuat dalam jurnal Nature Portfolio pada 17 Juni 2022, para peneliti Amerika Serikat (AS) ingin meneliti bagaimana risiko komplikasi akibat reinfeksi COVID-19. Untuk itu, studi pracetak ini menggunakan data US Department of Veterans Affairs dan menemukan para partisipan yang terbagi menjadi:

  • Baru sekali terinfeksi (257.427 partisipan).
  • Terinfeksi lebih dari 2 kali (38.926 partisipan) yang terbagi lagi menjadi:
    • Terinfeksi 2 kali (36.417 partisipan).
    • Terinfeksi 3 kali (2.263 partisipan).
    • Terinfeksi 4 kali (246 partisipan).
  • Belum pernah terinfeksi (5.396.855 partisipan).

Baca Juga: Varian Omicron Dongkrak Risiko Reinfeksi Hampir 3 Kali Lipat

2. Hasil: Risiko komplikasi dan kematian yang besar akibat reinfeksi COVID-19

Dalam studi pracetak bertajuk "Outcomes of SARS-CoV-2 Reinfection" tersebut, para peneliti AS mencatat bahwa jeda waktu antara infeksi pertama dan infeksi kedua adalah 79 hari. Lalu, jeda waktu antara infeksi SARS-CoV-2 kedua hingga ketiga adalah 65 hari. Apa dampaknya untuk para penyintas?

Masih terlihat 6 bulan pasca infeksi, para peneliti mencatat bahwa para penyintas yang terkena COVID-19 lebih dari dua kali memiliki risiko:

  • Rawat inap: 198 persen.
  • Penyakit paru: 149 persen.
  • Penyakit jantung: 136 persen.
  • Kematian: 114 persen.
  • Gangguan mental: 97 persen.

Setelah 6 bulan tersebut, para peneliti juga mencatat bahwa risiko komplikasi juga lebih besar pada mereka yang terkena reinfeksi COVID-19 dibanding mereka yang terkena COVID-19 sekali atau bahkan tidak sama sekali. Penelitian tersebut mencatat bahwa:

  • Partisipan terinfeksi COVID-19 sekali: 35 persen lebih berisiko terkena minimal 1 komplikasi.
  • Partisipan terinfeksi COVID-19 2 kali: 111 persen lebih berisiko terkena minimal 1 komplikasi.
  • Partisipan terinfeksi COVID-19 3 kali: 200 persen lebih berisiko terkena minimal 1 komplikasi.

3. Mekanisme yang belum diketahui

Berbagai pertanyaan muncul mengenai reinfeksi dan long COVID. Studi pracetak ini membuktikan bahwa reinfeksi bisa menyebabkan komplikasi, rawat inap, hingga kematian bahkan setelah fase akut sekali pun. Akan tetapi, para peneliti mengatakan bahwa mekanisme di balik temuan ini masih belum diketahui dengan jelas.

Karena SARS-CoV-2 berkembang pesat, anggapan bahwa infeksi virus bisa mengurangi reinfeksi dan keparahan sudah tidak berlaku lagi. Dengan hadirnya varian B.1.1.529 (Omicron) dan subvariannya, SARS-CoV-2 jadi lebih andal dalam menghindari imunitas, baik dari infeksi varian COVID-19 sebelumnya atau vaksinasi.

"... reinfeksi terkait dengan risiko kematian, rawat inap, minimal satu komplikasi, dan komplikasi-komplikasi lainnya di sistem organ berbeda pada orang yang tak divaksinasi, vaksinasi satu kali, atau vaksinasi dua kali dan lebih," tulis para peneliti.

Selain itu, infeksi COVID-19 menyebabkan gangguan kesehatan sehingga bisa memperparah komplikasi akibat reinfeksi. Berita buruknya lagi, bahkan imunitas dari riwayat infeksi yang digabungkan dengan vaksinasi tidak menutup risiko komplikasi akibat reinfeksi COVID-19.

Studi: Reinfeksi COVID-19 Tingkatkan Risiko Kematianilustrasi vaksin COVID-19 (IDN Times/Aditya Pratama)

Penelitian ini memperingatkan bahwa reinfeksi COVID-19 tidak bisa dianggap remeh. Bukannya kebal dan berkurang keparahannya, reinfeksi COVID-19 lebih dari dua kali bisa meningkatkan risiko komplikasi hingga kematian.

Siapa pun tidak seharusnya meremehkan COVID-19 reinfeksinya. Bukan dengan menunggu manusia kebal terhadap COVID-19, para peneliti ingin agar penelitian ini menjadi bukti bahwa strategi pencegahan reinfeksi COVID-19 seperti vaksinasi hingga booster dan protokol kesehatan amat penting.

"Keseluruhan temuan ini membuktikan bahwa strategi pencegahan reinfeksi dapat menguntungkan masyarakat, terlepas dari riwayat infeksi dan status vaksinasi," tulis para peneliti.

Disclaimer: Penelitian ini masih bersifat pracetak atau masih menunggu ulasan sejawat atau peer review, sehingga tak bisa dijadikan patokan medis absolut. Hasil penelitian bisa berubah seiring waktu.

Baca Juga: 4 Cara Mencegah Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya