Hati-hati, Ini 10 Risiko Kesehatan akibat Paparan Polusi Udara

Bukan hanya bahaya untuk pernapasan

Khususnya buat yang tinggal di kota-kota besar, mungkin karena sudah terbiasa, sering kali kita mengabaikan ancaman polusi udara. Ya, hingga kini polusi udara masih menjadi masalah di berbagai negara, salah satunya Indonesia. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) kualitas udara di Jakarta lima kali lebih buruk sejak tahun 2019.

Bukan cuma dari aktivitas luar ruangan, ternyata polusi udara dapat memengaruhi lingkungan dalam rumah. Malah, Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) mengatakan bahwa polusi udara dalam rumah bisa 100 kali lebih buruk dari luar ruangan. Lantas, apa dampaknya terhadap kesehatan kita?

1. Gangguan kesehatan jangka pendek dan panjang akibat polusi udara

Polusi udara dalam ruangan sama berbahayanya dengan polusi luar ruangan karena efeknya pada kesehatan. Dalam jangka pendek, akibat yang dapat ditimbulkan meliputi:

  • Iritasi mata hidung dan tenggorokan.
  • Sulit bernapas.
  • Sakit kepala.
  • Sering pusing.
  • Kelelahan.

Bahkan, dalam jangka panjang, polusi udara dapat menyebabkan atau memperparah penyakit pernapasan (asma, bronkitis, emfisema, hingga kanker) dan mempercepat penuaan dan penurunan paru-paru, serta penyakit kardiovaskular.

Faktanya, menurut data WHO tahun 2018, sepertiga kematian pada pasien stroke, kanker paru-paru, dan penyakit jantung disebabkan oleh polusi udara.

2. Ibarat merokok 25 batang sehari

Hati-hati, Ini 10 Risiko Kesehatan akibat Paparan Polusi Udarailustrasi polusi udara dari asap kendaraan bermotor (pexels.com/Ingo Joseph)

Bisa dibilang, masyarakat di kota-kota besar hidup berdampingan dengan polusi. Masalahnya, makin tinggi paparan polusi udara, makin buruk pula dampaknya. Di kota-kota besar, polusi udara terjadi secara konstan sehingga paru-paru kita tidak ada waktu "istirahat". Beberapa polutan yang terus mengintai termasuk:

  • Karbon monoksida.
  • Timbal.
  • Nitrogen oksida.
  • Nitrogen dioksida.
  • Ozon.
  • Partikulat (PM 2.5).
  • Sulfur dioksida.

Menurut riset dari Berkeley Earth tahun 2015, paparan polusi udara jangka panjang menghasilkan komplikasi kesehatan sama seperti merokok 25 batang sehari! Baru disadari setelah terlambat, efek polusi udara dapat terlihat pada seluruh tubuh, terutama sistem pernapasan, kardiovaskular, dan neurologis.

3. Penurunan angka harapan hidup

Menurut data dari situs AirNow, pada 2019, kualitas udara Jakarta memang tidak sedang baik-baik saja. Pasalnya, ternyata kualitas udara Jakarta 4-5 kali lipat lebih buruk dari standar WHO!

Menurut data Air Quality Life Index 2020: Annual Update pada Juli 2020, Jakarta dapat kehilangan angka harapan hidup hingga 5,2 tahun jika tidak segera membenahi kualitas udaranya. Tidak jauh berbeda, daerah Bekasi, Tangerang Selatan, dan Bogor juga dapat kehilangan 5 tahun! Faktor-faktor yang memperburuk kualitas udara antara lain:

  • Emisi kendaraan
  • Pembangkit listrik tenaga batu bara
  • Limbah industri dan manufaktur
  • Emisi rumah tangga
  • Konstruksi
  • Debu
  • Pembakaran sampah domestik
  • Kebakaran hutan musiman.

Di Jakarta sendiri, emisi kendaraan mendominasi udara. Biasanya, kualitas udara di Jakarta membaik selama liburan Idulfitri, bersamaan dengan keputusan sebagian besar penduduk untuk mudik. Namun, pada Idulfitri 2019, laporan aplikasi AirVisual dari IQAir mencatatkan AQI tetap berada di atas 210, terburuk di dunia saat itu!

4. Memudahkan penyebaran virus

Hati-hati, Ini 10 Risiko Kesehatan akibat Paparan Polusi Udarailustrasi virus corona (IDN Times/Mardya Shakti)

Virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 diketahui bisa ada di udara melalui droplet yang dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, udara dalam rumah pun harus dijaga. Dengan cara apa?

Pertama, kelembapan udara. Mengutip sebuah penelitian gabungan antara Jerman dan India dalam jurnal Aerosol & Air Quality Research pada Juli 2020, kelembapan udara di tingkat 40–60 persen adalah yang terbaik untuk kesehatan.

Kedua, suhu udara. Menurut sebuah studi di Amerika Serikat (AS) dalam jurnal Occupational and Environmental Medicine tahun 2020, mempertahankan suhu antara 20–24 derajat Celsius adalah yang optimal untuk mencegah penyebaran SARS-CoV-2 dalam ruangan.

Terakhir, kondisi partikulat (PM2.5 atau PM10) di udara. Menurut riset di Italia dalam jurnal Environmental Research tahun 2020, partikel SARS-CoV-2 ditemukan dapat bergabung dengan partikulat dalam polusi udara dan menyebar hingga ke tempat yang jauh.

Baca Juga: Gambaran Kondisi Nyata Udara, yuk Pahami Apa Itu Indeks Kualitas Udara

5. Mengganggu kualitas tidur

Polusi udara dalam rumah dapat mengganggu kualitas tidur. Faktor seperti tingkat PM2.5 dan nitrogen dioksida yang tinggi dapat mengurangi efisiensi tidur, perbandingan waktu saat terjaga di tempat tidur dan waktu tidur.

Menurut penelitian di AS yang diterbitkan oleh American Thoracic Society tahun 2019, polusi udara adalah salah satu faktor dari berkurangnya kualitas dan efisiensi tidur, sehingga lebih banyak terjaga di tempat tidur daripada bangun. Jika dibiarkan, maka risiko penyakit kronis pun lebih besar, seperti penyakit kardiovaskular hingga diabetes.

6. Mengakibatkan sleep apnea

Hati-hati, Ini 10 Risiko Kesehatan akibat Paparan Polusi Udarailustrasi obstructive sleep apnea atau sleep apnea obstruktif (pexels.com/Kampus Production)

Penelitian American Thoracic Society juga menjelaskan kalau henti napas saat tidur (sleep apnea) yang mengganggu tidur dapat disebabkan oleh polusi udara. Kemungkinan polusi udara menyebabkan sleep apnea berkisar di angka 60 persen.

Sleep apnea membuat dinding tenggorokan menyempit dan membuat saluran pernapasan tersumbat selama beberapa waktu. Inilah sebabnya, napas berhenti dan kita terbangun tiba-tiba.

Menurut sebuah riset dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine tahun 2020, paparan PM2.5 tinggi meningkatkan risiko sleep apnea. Jika dibiarkan, sleep apnea dapat mengganggu tidur dan menyebabkan hipertensi, serangan jantung, hingga stroke.

7. Mengurangi tingkat IQ anak-anak

Polusi udara dapat memengaruhi tumbuh kembang anak. Baik di dalam maupun luar rumah, polusi udara bukan hanya membahayakan perkembangan sistem pernapasan, melainkan juga dapat mengganggu perkembangan intelektual anak-anak dan mengurangi IQ mereka.

Sebuah penelitian di AS  dalam jurnal PLOS One pada Desember 2017 menemukan bahwa peningkatan konsentrasi PM2.5 hanya 5 mikrogram/m3 saja dapat mengurangi IQ hingga 2 poin. Risiko tersebut setara dengan satu tahun masa pendidikan.

8. Mengganggu perkembangan paru-paru

Hati-hati, Ini 10 Risiko Kesehatan akibat Paparan Polusi Udarailustrasi asma pada anak (pexels.com/cottonbro studio)

Menurut American Lung Association, paru-paru anak baru tumbuh saat mereka lahir, terutama alveoli yang 80 persennya baru tumbuh saat bayi lahir dan baru sempurna saat sudah dewasa. Dengan kata lain, paru-paru anak amat rentan rusak jika terpapar polusi udara dalam jangka panjang.

Berdasarkan studi di AS dalam jurnal Proceedings of the American Thoracic Society tahun 2010, sebanyak 90 persen anak-anak menghabiskan waktu di dalam ruangan. Oleh karena itu, kualitas udara dalam ruangan juga harus dijaga.

9. Menyebabkan asma pada anak

Berbagai studi menemukan bahwa PM2.5 dalam ruangan dapat merusak paru-paru lebih dari luar ruangan. Pada anak-anak dengan asma, peningkatan konsentrasi PM2.5 setiap 10 mikrogram/m3 berarti menambah keparahan gejala batuk, mengi, dan sesak dada.

Karena masih dalam masa pertumbuhan, anak-anak lebih rentan terhadap infeksi paru-paru, terutama asma. Saat polusi udara memburuk, semakin banyak infeksi paru-paru pada anak. Pada tahun 2016, WHO mencatat sekitar 600.000 anak-anak meninggal dunia karena infeksi saluran pernapasan bawah akibat polusi udara.

10. Berbahaya untuk ibu hamil dan janin

Hati-hati, Ini 10 Risiko Kesehatan akibat Paparan Polusi Udarailustrasi ibu hamil (unsplash.com/Suhyeon Choi)

Polusi udara dalam ruangan bisa berbahaya buat ibu hamil dan anak-anak. Menurut WHO, ibu hamil lebih mungkin meninggal dunia akibat penyakit pernapasan jika terpapar polusi ruangan tingkat tinggi. Selain itu, ibu hamil lebih mungkin mengalami keguguran atau melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.

Bahkan, menurut studi di India dalam jurnal PLOS One pada Agustus 2020 lalu, paru-paru anak amat rentan terhadap efek destruktif polusi udara. Anak-anak di bawah usia 5 tahun dapat meninggal dunia karena pneumonia akibat tingginya PM2.5 dari polusi dalam ruangan.

Itulah beberapa risiko kesehatan yang diakibatkan oleh polusi udara. Jika tidak ditangani secepatnya, polusi udara dapat memengaruhi kesehatan dalam jangka pendek dan panjang. Lebih parahnya lagi, polusi udara dapat mengurangi angka harapan hidup secara signifikan.

Kesadaran akan pentingnya udara bersih amat penting, karena kita semua berhak untuk menghirup udara yang bersih dan bernapas lega. Diharapkan, baik pemerintah hingga masyarakat, dari kota besar hingga yang terpencil pun, dapat melakukan berbagai cara demi meningkatkan kualitas udara demi kesehatan bersama.

Baca Juga: Studi: Terpapar Polusi Udara Sejak Dini Ancam Kesehatan Mental

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya