Studi: Akibat COVID-19, Bagian Otak Bisa Menyusut!

Bagian otak mana yang menyusut?

Hingga detik ini, COVID-19 masih dipelajari oleh berbagai ahli di dunia. Selain pernapasan, infeksi akibat virus corona SARS-CoV-2 ini juga dapat memengaruhi berbagai organ tubuh.

Salah satu organ tubuh yang terdampak akibat COVID-19 adalah otak dan saraf. Sebuah studi terbaru di Inggris menemukan adanya perubahan daerah otak pada pasien COVID-19. Ini fakta selengkapnya!

1. Libatkan hampir 1.000 partisipan

Studi: Akibat COVID-19, Bagian Otak Bisa Menyusut!ilustrasi memakai masker medis (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Dampak COVID-19 gejala berat terhadap otak sudah diketahui jelas. Dimuat dalam jurnal Nature pada 7 Maret 2022 lalu, para peneliti dari University of Oxford, Inggris, ingin mencari tahu apakah dampak COVID-19 terhadap otak ini juga berlaku pada COVID-19 ringan dan mekanisme patologis otaknya.

Untuk itu, para peneliti mengandalkan data dari UK Biobank. Dari sana, para peneliti mendapatkan 785 partisipan berusia 51–81 tahun yang terbagi menjadi dua kelompok:

  • Sebanyak 401 partisipan terdiagnosis positif COVID-19.
  • Sebanyak 384 partisipan terdiagnosis negatif COVID-19.

2. Pemindaian otak dengan teknologi terkini

Untuk pertama kalinya di dunia medis, para peneliti Inggris meneliti citra otak sebelum dan sesudah COVID-19 pada kelompok positif COVID-19. Pemindaian otak diberi jeda waktu 141 hari setelah diagnosis COVID-19 pada kelompok pasien COVID-19.

Para peneliti menggunakan program untuk menganalisis citra otak dan menghitung image-derived phenotype (IDP). Setiap IDP menggambarkan struktur atau fungsi otak tertentu seperti perubahan aktivitas daerah otak hingga volume struktur otak tertentu. Dalam studi tersebut, lebih dari 2.500 IDP terlihat pada partisipan.

Baca Juga: Kerusakan Otak pada COVID-19 Lebih Parah dari Alzheimer

3. Hasil: terdapat perubahan struktur otak pada pasien COVID-19

Studi: Akibat COVID-19, Bagian Otak Bisa Menyusut!ilustrasi otak manusia (freepik.com/kjpargeter

Berkurangnya indra penciuman atau anosmia umum ditemukan pada pasien COVID-19. Oleh karena itu, para peneliti Inggris berfokus pada bagian otak yang terhubung langsung dengan sistem olfaktori.

Pada pasien COVID-19, mereka menemukan penyusutan volume materi abu-abu di otak dan penambahan penanda kerusakan jaringan pada bagian otak yang terhubung dengan sistem olfaktori. Selain pada bagian tersebut, para peneliti Inggris juga melihat penyusutan materi abu-abu di seluruh daerah otak pasien COVID-19.

4. Penurunan fungsi eksekusi otak

Selain itu, para peneliti melihat bahwa para partisipan yang terinfeksi COVID-19 menunjukkan penurunan kognitif lebih buruk. Malah, hasil pencitraan otak dan efeknya masih terlihat bahkan setelah 15 kasus COVID-19 rawat inap disingkirkan dari penelitian.

Setelah para partisipan COVID-19 dites, para peneliti juga melihat perubahan pada fungsi eksekusi yang melibatkan proses-proses seperti berpikir, logika, dan pengambilan keputusan. Ditemukan adanya hubungan antara penurunan fungsi eksekusi dan perubahan daerah otak yang terlibat dalam fungsi kognitif.

5. Kekurangan studi tersebut

Studi: Akibat COVID-19, Bagian Otak Bisa Menyusut!ilustrasi virus corona (pixabay.com/Cassiopeia_Arts)

Terlepas dari ukuran sampel yang besar, para peneliti tidak mencatat keparahan kasus selain informasi apakah para pasien pernah dirawat inap atau tidak. Karena diagnosis tidak menggunakan polymerase chain reaction (PCR), akurasi diagnosis COVID-19 bisa berbeda-beda.

Kurangnya informasi tersebut menunjukkan bahwa beberapa pasien tidak termasuk dalam catatan medis COVID-19 UK Biobank. Penelitian ini juga tidak menyertakan secara spesifik strain SARS-CoV-2 yang diteliti. Kemudian, kurangnya keberagaman partisipan belum dapat memastikan hasil penelitian ini berlaku untuk etnis lainnya.

Penelitian ini memang menunjukkan dampak COVID-19 pada daerah otak yang terhubung dengan sistem penciuman. Namun, apakah dampak ini bisa dibalikkan atau bisa menjelma menjadi salah satu gejala long COVID jangka panjang? Diharapkan, penelitian di masa depan bisa menjawabnya.

Baca Juga: 22 Gejala Long COVID setelah Sembuh dari Omicron, Hati-hati!

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya