Studi: Antibodi Vaksin COVID-19 Turun dalam 4 Bulan

Apakah memang harus pakai booster?

Demi memerangi pandemik COVID-19, dunia berpacu melawan waktu untuk meramu vaksin. Hasilnya, dalam kurun waktu satu tahun, vaksin strain virus corona SARS-CoV-2 pun rampung, dan pada 2021 vaksin mulai digulirkan ke masyarakat.

Akan tetapi, karena SARS-CoV-2 masih terus dipelajari, vaksin pun kerap menghadapi kendala, seperti virus yang "menghindar" hingga penurunan efektivitas. Penelitian terbaru di India menemukan penurunan antibodi yang signifikan pada vaksin COVID-19. Simak ulasan selengkapnya.

1. Membandingkan vaksin buatan sendiri dengan AstraZeneca

Studi: Antibodi Vaksin COVID-19 Turun dalam 4 Bulanvaksin yang dipakai di India, Covishield dan Covaxin (thequint.com)

Dimuat dalam jurnal Research Square pada 10 September, penelitian bertajuk "Persistence of antibodies against Spike glycoprotein of SARS-CoV-2 in health care workers post double dose of BBV-152 and AZD1222 vaccines" ingin melihat dinamika antibodi vaksin terhadap SARS-CoV-2. Penelitian ini belum diulas sejawat (peer reviewed).

Berlangsung pada 16 Januari 2021 hingga 31 Juli 2021, penelitian ini melibatkan 614 partisipan dengan usia rata-rata 37 tahun. Para partisipan terbagi menjadi dua kelompok:

  • Sejumlah 308 orang disuntik satu dosis CoviShield/AZD1222 (AstraZeneca-Oxford)
  • Sebanyak 306 orang disuntik satu dosis Covaxin/BBV-152 (Bharat Biotech-Indian Council of Medical Research)

Dari angka tersebut, sebanyak 257 partisipan memiliki riwayat positif COVID-19 sebelumnya. Penelitian di India ini adalah yang pertama untuk membandingkan vaksin buatan sendiri dengan vaksin dari negara lain.

2. Hasil: antibodi vaksin turun drastis dalam 4 bulan

Studi: Antibodi Vaksin COVID-19 Turun dalam 4 BulanCovaxin, vaksin COVID-19 buatan India (scroll.in)

Dari 614 partisipan, para peneliti menemukan sebanyak 81 orang terkena COVID-19 setelah vaksinasi atau dikenal sebagai breakthrough infection. Selain itu, dari 257 partisipan dengan riwayat COVID-19, sebanyak 33 orang terkena COVID-19 pasca menyelesaikan dua dosis vaksinasi.

Kemudian, para peneliti India menemukan bahwa dari 533 partisipan yang bertugas sebagai tenaga kesehatan dan tak tercatat terkena breakthrough infection, baik antibodi vaksin Covishield dan Covaxin sama-sama menurun antara 2-4 bulan.

"Dalam penelitian ini, kami melaporkan penurunan antibodi yang signifikan setelah 2 bulan dan 4 bulan di antara penerima Covaxin dan Covishield setelah dua dosis vaksin BBV-152 dan AZD1222," tulis para peneliti India.

Baca Juga: Studi: Vaksin AstraZeneca Ampuh Cegah COVID-19 Varian Delta

3. Produksi antibodi Covishield lebih tinggi dari Covaxin

Studi: Antibodi Vaksin COVID-19 Turun dalam 4 Bulanvaksin Covishield, produksi AstraZeneca di India (timesofindia.indiatimes.com)

Para peneliti mencatat India telah memvaksinasi 351,6 juta warganya, dan 97,9 juta dari angka tersebut menggunakan Covishield dan Covaxin. Dalam penelitian tersebut, para peneliti India juga ikut memantau imunoglobulin G (IgG) selama 24 minggu setelah vaksinasi dosis pertama.

Hasilnya, para peneliti mengatakan kalau produksi antibodi vaksin AstraZeneca-Oxford jauh lebih tinggi dibandingkan vaksin buatan negeri sendiri. Covishield tercatat memproduksi antibodi sebesar 1223,2 AU/mL, sementara Covaxin hanya menciptakan 342,7 AU/mL.

4. Berkurang bukan berarti tidak melindungi

Studi: Antibodi Vaksin COVID-19 Turun dalam 4 Bulanilustrasi penyuntikan vaksin (ANTARA FOTO/REUTERS/Amit Dave)

Dihubungi oleh IDN Times pada Selasa (15/9/2021), Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), Prof. Dr. dr. Hindra Irawan Satari, SpA(K), M.TropPaed, mengomentari temuan penelitian tersebut. Tak menyangkal mengenai penurunan antibodi, Prof. Hindra mengingatkan kalau vaksin COVID-19 tetap melindungi.

"Berkurang, kan, artinya masih ada," ujar Prof. Hindra yang sekaligus merupakan dokter spesialis anak di RSCM Kencana dan RS Pondok Indah lewat pesan teks.

Para peneliti India juga mencatat bahwa pengurangan tingkat antibodi pasca vaksinasi komplet masih belum bisa dipahami sepenuhnya. Oleh karena itu, vaksinasi demi membentuk antibodi terhadap COVID-19 amat penting.

5. Apakah berarti perlu booster secepatnya?

Studi: Antibodi Vaksin COVID-19 Turun dalam 4 BulanVaksinator menunjukkan vaksin Moderna untuk dosis ketiga atau booster di RSUD Matraman, Jakarta Timur, Jumat (6/8/2021). (ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah)

Para peneliti India berharap kalau penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi pemerintah India untuk "memproduksi vaksin yang dimodifikasi" atau vaksin dosis ketiga (booster).

Untuk saat ini, Prof. Hindra mengatakan kalau booster masih tetap diprioritaskan untuk para tenaga kesehatan (nakes). Saat ini, memang vaksin dosis ketiga masih diprioritaskan untuk mereka yang bertugas sebagai garda terdepan dalam menghadapi COVID-19.

"Yang urgent saat ini menurut Kemenkes adalah nakes, selanjutnya masyarakat umum. Kemenkes sudah memperhitungkan," imbuh Prof. Hindra.

Mengenai kapan masyarakat umum bisa mendapatkan booster, Prof. Hindra mengisyaratkan tahun depan. Untuk vaksinasi dosis ketiga, beliau pun berharap pada ketersediaan vaksin dan rilisnya vaksin buatan anak bangsa, vaksin Merah Putih.

Baca Juga: Booster Sinovac Dongkrak Imun Lawan Virus Corona Varian Delta

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya