Studi Indonesia Paparkan Maraknya Fenomena Long COVID

Dari sakit kepala sampai kelelahan ekstrem!

Sejak masuk ke Indonesia pada Maret 2020 silam, pandemik COVID-19 masih menjadi permasalahan di Tanah Air. Tak bisa lengah, belakangan ini pun kasus COVID-19 kembali melonjak. Oleh karena itu, program vaksinasi COVID-19 harus diperluas dan protokol kesehatan terhadap COVID-19 juga harus diperketat.

Perlu diingat, bukan hanya berpotensi mematikan, COVID-19 dilaporkan dapat menyebabkan fenomena long COVID yang memengaruhi kualitas hidup para penyintasnya. Namun, seberapa besar insiden long COVID di Indonesia? Sebuah penelitian terbaru di Indonesia menyingkap hal tersebut.

1. Libatkan ratusan partisipan

Studi Indonesia Paparkan Maraknya Fenomena Long COVIDilustrasi pasien COVID-19 berhasil sembuh (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)

Dimuat dalam jurnal Germs pada Juni 2022, sebuah penelitian oleh para peneliti Universitas Indonesia (UI) berniat untuk mencari tahu lebih dalam mengenai fenomena long COVID di Indonesia dan faktor yang melatarbelakanginya. Penelitian ini dilangsungkan pada saat Indonesia menghadapi gelombang COVID-19 pertama.

Para peneliti mengumpulkan data lewat kuesioner online pada 9–28 Januari 2021. Hasilnya, penelitian ini melibatkan 385 responden berusia 18–40 tahun, dan 36,9 persen merupakan tenaga kesehatan. Para responden dipastikan pernah terinfeksi SARS-CoV-2, telah sembuh lewat tes RT-PCR, dan menjalani isolasi lagi selama 14 hari.

2. Hasil: Long COVID menghantui penyintas COVID-19 di Indonesia

Dari data yang didapat, mayoritas (57,1 persen) partisipan mengalami gejala COVID-19 ringan, yang kebanyakan ditangani dengan isolasi di rumah sakit atau isolasi mandiri di rumah selama rata-rata 1–2 minggu. Sebanyak 87 subjek harus menerima bantuan oksigen dan 146 partisipan menderita pneumonia lewat pindaian rontgen.

Para peneliti UI menemukan bahwa sebanyak 256 partisipan (66,5 persen) mengalami gejala COVID-19 persisten atau long COVID. Bahkan, sebanyak 16,8 persen dari seluruh subjek melaporkan long COVID lebih dari 3 bulan.

Baca Juga: Studi: Sepertiga Penyintas COVID-19 Laporkan Long COVID

3. Gejala long COVID paling umum di Indonesia

Studi Indonesia Paparkan Maraknya Fenomena Long COVIDilustrasi kelelahan (freepik.com/yanalya)

Selanjutnya, para peneliti menjabarkan gejala long COVID apa saja yang paling umum dirasakan oleh pasien COVID-19 di Indonesia. Di kalangan pasien COVID-19 akut, demam adalah gejala paling umum (53 persen). Akan tetapi, insiden demam hanya terjadi pada 1,9 kasus di kalangan long COVID.

Para peneliti justru mencatat gejala long COVID paling umum adalah:

  • Kecapekan (29,4 persen)
  • Batuk (15,5 persen)
  • Nyeri otot (11,7 persen)
  • Gangguan napas/dispnea (11,2 persen)
  • Sakit kepala (11 persen)

4. Pneumonia dan komorbiditas dongkrak risiko keparahan long COVID

Studi Indonesia Paparkan Maraknya Fenomena Long COVIDilustrasi hasil sinar-X yang menunjukkan pneumonia (commons.wikimedia.org)

Para peneliti UI memperingatkan bahwa long COVID lebih besar risikonya pada partisipan berusia lebih dari 40 tahun, memiliki komorbiditas, menderita COVID-19 parah, hingga membutuhkan bantuan oksigen.

Bercuit mengenai hasil temuannya, salah satu peneliti UI, dr. Irandi Putra Pratomo, Ph.D, SpP(K), FAPSR, memperingatkan bahwa risiko long COVID paling parah pada mereka yang terdiagnosis pneumonia dan komorbiditas. Meski begitu, komorbiditas tidak sesignifikan pneumonia.

"Risikonya bisa mencapai 2 hingga 3 kali lipat menderita #LongCOVID," cuit dr. Irandi (@dokterparu) yang juga spesialis paru di Mayapada Hospital Kuningan.

Setuju dengan penelitan terdahulu, ini karena keparahan COVID-19 berarti kerusakan jaringan dan disfungsi sistem imun yang lebih parah. Selain itu, pneumonia juga adalah tanda gangguan pada jaringan paru-paru yang juga berdampak pada fungsi paru-paru secara keseluruhan.

5. Harapan studi selanjutnya

Studi ini adalah yang pertama mencari tahu fenomena long COVID di Indonesia. Para peneliti mencatat bahwa kebanyakan penyintas COVID-19 tidak menghadapi kendala mobilitas atau perawatan diri. Namun, tak diragukan adanya masalah dalam menjalani keseharian, mengalami rasa sakit, dan dihantui depresi atau kecemasan.

"Tidak kami sertakan dalam teks tersebut: lama terjadi #LongCOVID ini bervariasi antara 2–6 bulan, dengan beberapa kasus (sedikit sekali) hingga 9 bulan," tulis dr. Irandi.

Para peneliti mencatat beberapa kekurangan dalam studi tersebut. Salah satu kekurangan yang fatal adalah proporsi nakes yang besar dalam populasi responden. Hal ini bisa memengaruhi definisi gejala dan validitas respons kuesioner sehingga memengaruhi hasil.

Jadi, apa yang bisa dicerna dari studi ini? Masyarakat Indonesia perlu mencegah komorbiditas dengan menjalankan pola hidup bersih nan sehat. Selain itu, prokes COVID-19 juga harus digalakkan serta vaksinasi COVID-19 perlu diperluas demi mencegah ledakan kasus dan insiden long COVID.

Baca Juga: 22 Gejala Long COVID setelah Sembuh dari Omicron, Hati-hati!

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya