Studi: Varian Delta Naikkan Risiko Rawat Inap Dua Kali Lipat

Bukan hanya lebih mudah menular!

Sejak pertama kali dilaporkan akhir 2019 lalu, virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 sudah bermutasi alias memunculkan berbagai varian baru. Pertama terdeteksi di India pada akhir 2020, B.1.617.2 alias varian Delta menebar ancaman baru di dunia.

Dianggap sebagai variant of concern oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Juni 2021, sekarang varian Delta mendominasi kasus COVID-19 dunia. Varian Delta diketahui lebih menular dari varian COVID-19 biasa. Namun, temuan baru sebuah studi di Inggris mengungkapkan bahaya varian Delta jika tak segera dibendung.

1. Riset di Inggris bandingkan varian Delta dengan Alpha

Studi: Varian Delta Naikkan Risiko Rawat Inap Dua Kali Lipatilustrasi virus corona SARS-CoV-2 (imi.europa.eu/Image courtesy of the NIH CC 0)

Dimuat di jurnal The Lancet pada 27 Agustus 2021, para peneliti dari Public Health England dan COVID-19 Genomics UK (COG-UK) Consortium penasaran dengan keganasan varian Delta. Mereka membandingkan risiko rawat inap antara varian Delta dengan varian B.1.1.7 (Alpha) yang muncul di Inggris sejak November 2020.

Penelitian bertajuk "Hospital admission and emergency care attendance risk for SARS-CoV-2 delta (B.1.617.2) compared with alpha (B.1.1.7) variants of concern" ini melibatkan 43.338 partisipan positif COVID-19 pada periode 29 Maret 2021-23 Mei 2021 dengan usia rata-rata 31 tahun. Para partisipan dibagi menjadi dua kelompok:

  • Sejumlah 8.682 dites positif COVID-19 varian Delta
  • Sebanyak 34.656 dites positif COVID-19 varian Alpha

Sebagai catatan, para peneliti mencatat bahwa rata-rata, 74 persen partisipan penelitian belum menerima vaksin COVID-19.

2. Hasil: varian Delta tingkatkan risiko rawat inap dan gawat darurat

Studi: Varian Delta Naikkan Risiko Rawat Inap Dua Kali Lipatilustrasi seorang pasien COVID-19. (ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica)

Para peneliti Inggris menemukan bahwa dari kelompok tersebut, sebanyak 2,3 persen (196 orang) partisipan kelompok varian Delta dan 2,2 persen (764 orang) kelompok varian Alpha dilarikan ke rumah sakit 2 minggu setelah tes COVID-19. Terlihat relatif sama?

Begitu para peneliti Inggris memperhitungkan beberapa faktor spesifik yang meningkatkan risiko rawat inap, seperti usia dan status vaksinasi, hasilnya adalah varian Delta dapat meningkatkan risiko rawat inap 2,26 persen dibandingkan varian Alpha.

Selain itu, mereka menemukan bahwa 5,7 persen (498 orang) kelompok varian Delta dilarikan ke unit gawat darurat, dibandingkan dengan 4,2 persen (1.448 orang) dari kelompok varian Alpha. Dengan kata lain, pasien varian Delta juga 1,45 kali lipat lebih berisiko masuk ke unit gawat darurat.

"Studi nasional ini menemukan risiko rawat inap atau perawatan unit gawat darurat yang lebih tinggi untuk pasien dengan COVID-19 yang terinfeksi varian Delta dibandingkan dengan varian Alpha," tulis para peneliti Inggris.

Baca Juga: Gejala COVID-19 Varian Delta, Tak Jauh Beda tapi Lebih Parah

3. Menyoroti pentingnya vaksinasi terhadap pengurangan keganasan varian Delta

Studi: Varian Delta Naikkan Risiko Rawat Inap Dua Kali Lipatilustrasi nakes PPU yang kelelahan setelah memberikan pelayanan pasien kepada positif COVID-19 (IDN Times/Ervan)

Salah satu peneliti studi Inggris dan ahli biostatistik dari University of Cambridge, Anne M. Presanis, menyoroti tingginya angka partisipan yang belum divaksinasi COVID-19. Jika tak segera dibendung dengan vaksinasi, varian Delta akan memberikan beban besar pada fasilitas kesehatan.

"Mendapatkan vaksinasi lengkap sangat penting untuk mengurangi risiko individu terkena infeksi varian Delta dan mengurangi risiko pasien varian Delta dari gejala parah hingga harus rawat inap," kata Anne.

Para peneliti mencatat bahwa varian Delta tengah mendominasi Inggris, hingga 74 persen kasus per akhir Mei 2021. Akhir kata, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penularan massal varian Delta pada populasi yang belum atau tidak divaksin dapat menambah beban yang lebih besar pada layanan kesehatan.

4. Peneliti lain: temuan ini tidak mengejutkan

Studi: Varian Delta Naikkan Risiko Rawat Inap Dua Kali LipatIlustrasi vaksin atau jarum suntik (IDN Times/Arief Rahmat)

Bagi dokter dan ilmuwan lain yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, sebenarnya temuan peneliti Inggris tidaklah mengejutkan. Malah, temuan tersebut adalah konfirmasi bahwa varian Delta jauh lebih mungkin menyebabkan komplikasi serius hingga harus dilarikan ke rumah sakit.

Dosen University of Exeter, Dr. David Strain, mengatakan bahwa dibandingkan varian Alpha, varian Delta dapat menyebabkan gejala yang lebih parah. Oleh karena itu, temuan tersebut tidaklah mengejutkan baginya.

"Penelitian ini menyoroti perlunya program vaksin komprehensif pada populasi dewasa muda. Tidak mengherankan karena hal-hal yang membuat varian Delta lebih menular juga berperan dalam meningkatkan keparahan varian tersebut," kata Davin mengutip Science Media Centre.

Studi: Varian Delta Naikkan Risiko Rawat Inap Dua Kali LipatIlustrasi Vaksin. IDN Times/Arief Rahmat

Setuju dengan pernyataan David, pakar imunologi viral dari University of Birmingham, Dr. Zania Stamataki, mengingatkan pentingnya vaksinasi untuk mengurangi keparahan varian Delta. Dibandingkan dengan varian Alpha yang sebelumnya dominan, varian Delta meningkatkan risiko rawat inap.

Bahkan, Zania mengatakan bahwa yang sudah divaksinasi pun harus tetap waspada karena tidak luput dari risiko infeksi varian Delta yang 50 persen lebih menular dibandingkan varian Alpha. Karena risiko pada populasi yang tidak divaksin lebih besar, alangkah lebih baik jika segera mendapatkan vaksinasi.

"Kita sedang berhadapan dengan varian yang sangat berbahaya. Oleh karena itu, vaksinasi komplet amat diperlukan untuk perlindungan maksimal," kata Zania yang dikutip oleh Science Media Centre secara terpisah.

Baca Juga: Ampuhkah Vaksin Cegah Virus Corona Varian Delta dan Lambda?

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya