Studi: Tidur dengan Lampu Menyala Meningkatkan Risiko Diabetes

Apakah tidur di ruangan gelap lebih baik?

Sudah lelah beraktivitas seharian, saatnya bobok. Nah, seperti bubur diaduk atau tidak, apakah kamu tim "tidur lampu dimatikan" atau "tidur lampu dinyalakan"?

Jika kamu suka tidur dengan lampu dinyalakan, ada berita buruk, nih. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa tidur di lingkungan terang bisa meningkatkan risiko diabetes. Kok, bisa? Simak fakta selengkapnya berikut ini!

1. Tidur dengan cahaya atau tanpa cahaya?

Studi: Tidur dengan Lampu Menyala Meningkatkan Risiko Diabetesilustrasi tidur dengan lampu menyala (pexels.com/Pixabay)

Sementara dampak paparan cahaya pada malam hari sudah umum diteliti, dampaknya terhadap kesehatan kardiometabolik masih belum jelas. Dimuat dalam jurnal PNAS pada 14 Maret 2022, para peneliti Amerika Serikat (AS) ingin mencari tahu hal tersebut.

Dilaksanakan di Northwestern University Feinberg School of Medicine, AS, para peneliti merekrut 20 orang dewasa yang tidur di lingkungan laboratorium selama 3 hari 2 malam. Para partisipan kemudian dibagi menjadi dua kelompok:

  • Terang: Partisipan tidur di ruangan redup dengan lampu kurang dari 3 lux (lx) pada malam pertama dan lampu atas seterang 100 lx pada malam kedua.
  • Redup: Partisipan tidur di ruangan dengan lampu kurang dari 3 lx pada malam pertama dan kedua.

Seminggu sebelum masa studi, para peneliti memantau kebiasaan tidur para partisipan dengan actigraphy dan diari tidur. Pada hari pertama dan kedua, para partisipan dites darah sebelum dan sesudah makan untuk memantau kadar melatonin dan glukosa dalam darah.

Untuk mengukur kualitas tidur, para peneliti menggunakan polisomnograf (PSG). Jika terbangun, para partisipan juga mengisi survei setiap 2 jam untuk mengevaluasi kantuk, rasa lapar, dan perubahan suasana hati. Selain itu, para peneliti juga mengukur tekanan darah tiap jam dan detak jantung setiap 4 jam.

2. Hasil: cahaya terang saat tidur membuat risiko diabetes meroket

Dalam penelitian bertajuk "Light exposure during sleep impairs cardiometabolic function", para peneliti menemukan bahwa paparan cahaya 100 lx semalam saja meningkatkan detak jantung saat tidur dan resistansi insulin pagi keesokan harinya. Resistansi insulin dikaitkan dengan penyebab utama diabetes.

Dibanding kelompok kondisi redup, partisipan yang terpapar cahaya 100 lx saat tidur mengalami lebih banyak tahap tidur N2 (di mana temperatur tubuh dan detak jantung menurun) dan kekurangan tidur nyenyak (slow-wave sleep/SWS). Selain itu, mereka juga kekurangan tahap tidur REM (tahap tidur bermimpi)

Para peneliti mencatat tidak ada perubahan pada hasil PSG pada rangsangan korteks, fragmentasi tidur, stabilitas tahap tidur-bangun, dan tak ada perbedaan kadar melatonin antara dua kelompok. Mereka menduga hal ini terjadi karena hanya 5–9 persen cahaya masuk melalui kelopak mata.

"Menghindari paparan cahaya di malam hari saat tidur dapat menguntungkan kesehatan kardiometabolik," penelitian tersebut menyimpulkan.

Baca Juga: 7 Fakta soal Jam Tidur, Tidur Kamu Sudah Cukup atau Belum?

3. Kekurangan studi tersebut

Studi: Tidur dengan Lampu Menyala Meningkatkan Risiko Diabetesilustrasi diabetes (freepik.com/xb100)

Tentu saja, studi ini tidak sempurna. Selain jumlah sampel yang minim, partisipan tergolong sehat. Oleh karena itu, dampak paparan cahaya terhadap kesehatan kardiometabolik mungkin berbeda di kelompok usia, etnis, dan gender lain yang tak terlibat dalam studi.

Selain itu, efek perubahan intensitas, durasi, dan panjang gelombang cahaya tidak dipantau dalam studi ini. Padahal, hubungan cahaya biru dan gangguan kardiometabolik amat penting, mengingat paparan cahaya biru dari gawai tidak kalah tinggi pada malam hari.

Yang tak kalah penting, eksperimen ini hanya melibatkan satu malam paparan cahaya 100 lx. Padahal, obesitas dan diabetes tidak mungkin terjadi dalam semalam. Jadi, penelitian selanjutnya diharapkan menetapkan durasi pemantauan lebih lama untuk melihat efek paparan cahaya di malam hari dalam jangka panjang.

4. Studi sebelumnya mengonfirmasi hubungan paparan cahaya saat tidur dan risiko diabetes

Studi sebelumnya juga mengonfirmasi jika paparan cahaya pada waktu tidur bisa meningkatkan risiko diabetes. Sebelumnya, sebuah studi di Jepang pada tahun 2020 menemukan bahwa paparan cahaya pada waktu malam berkaitan dengan tingkat kasus diabetes tipe 2 yang lebih tinggi.

Kemudian, sebuah studi di AS yang dimuat dalam jurnal JAMA Internal Medicine tahun 2019 menemukan bahwa paparan cahaya dari lampu tidur atau TV bisa memicu risiko obesitas pada perempuan karena mengganggu regulasi metabolisme.

Sebuah riset di AS dalam jurnal PLOS One tahun 2016 juga menemukan bahwa paparan cahaya biru pada pagi dan malam hari mengubah metabolisme glukosa dalam tubuh. Hasilnya, risiko resistansi insulin meningkat dibanding orang-orang yang terpapar cahaya redup.

5. Penjelasan di balik fenomena tersebut

Studi: Tidur dengan Lampu Menyala Meningkatkan Risiko Diabetesilustrasi tidur (pexels.com/cottonbro)

Koresponden penelitian tersebut, Phyllis C. Zee, M.D., Ph.D., menjelaskan lebih lanjut mengenai hubungan paparan cahaya terhadap kesehatan kardiometabolik. Menurutnya, ada tiga kemungkinan mengapa paparan cahaya buruk untuk tidur:

  • Cahaya bisa membuat susah tidur atau sering terbangun.
  • Cahaya memengaruhi ritme sirkadian dan sekresi melatonin.
  • Cahaya mengaktifkan bagian otak yang mengendalikan sistem saraf otonom.

Phyllis mengatakan bahwa kemungkinan pertama dan kedua tidak bisa diterima karena tak berhubungan dengan resistansi insulin dan tak ada perubahan pada kadar melatonin.

"Maka, hipotesis kami adalah cahaya mengaktifkan daerah otak yang mengendalikan sistem saraf otonom karena ada hubungan antara perubahan variabilitas jantung dan resistansi insulin," ujar Phyllis mengutip Medical News Today.

Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan diabetes dan beberapa faktor tersebut bisa dikendalikan. Dalam menerapkan gaya hidup sehat, kualitas tidur adalah salah satunya. Dengan mematikan lampu, tidur jadi lebih nyenyak dan risiko mengembangkan gangguan kardiometabolik seperti diabetes jadi lebih kecil.

Baca Juga: Tidur Tanpa Mimpi? Ini Penjelasan Ilmiahnya!

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya