Studi: Tidur Lebih dari 8 Jam Tingkatkan Risiko Demensia

Khususnya untuk kelompok lanjut usia

Karena usia dan riwayat keluarga tak bisa diubah, menjaga gaya hidup sehat amat penting untuk meminimalkan risiko demensia. Salah satu elemen gaya hidup sehat tersebut adalah kualitas tidur. Kebutuhan tidur orang berbeda-beda meski standar tidur adalah setidaknya 7 jam (untuk orang dewasa).

Akan tetapi, ternyata sebuah penelitian baru menemukan bahwa lansia yang tidur lebih dari 8 jam sehari dapat meningkatkan risiko demensia pada usia senja. Yuk, simak penjelasannya!

1. Libatkan ribuan lansia

Studi: Tidur Lebih dari 8 Jam Tingkatkan Risiko Demensiailustrasi pasangan lansia (pexels.com/A Koolshooter)

Dimuat dalam Journal of the American Geriatrics Society pada 4 Juli 2022, para peneliti China, Swedia, dan Inggris menguji hubungan antara durasi dan kualitas tidur terhadap penurunan kognitif, demensia, dan penyakit Alzheimer.

Para peneliti merekrut 3.274 lansia (berusia 60 tahun ke atas) yang hidup di daerah pedesaan di Shandong Barat, China. Direkrut pada tahun 2014 berdasarkan Shandong Yanggu Study of Aging and Dementia, para partisipan tidak terdiagnosis demensia.

Pada tahun 2018, sebanyak 1.982 partisipan dari grup awal berpartisipasi terhadap pengujian lanjutan. Karakteristik yang diuji setelahnya adalah:

  • Waktu di tempat tidur (Time in Bed/TIB).
  • Waktu tidur.
  • Waktu tidur tengah (median antara waktu tidur dan waktu bangun, sebagai gambaran siklus sirkadian).
  • Latensi tidur (jumlah waktu/menit yang dibutuhkan untuk tidur).
  • Efisiensi tidur (proporsi waktu yang dihabiskan tidur saat berada di tempat tidur).

2. Hasil: Tidur lebih dari 8 jam meningkatkan risiko demensia

Para peneliti menggunakan Mini-Mental Stste Exam (MMSE) untuk mengukur fungsi kognitif dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) untuk mendiagnosis demensia. Selain usia, jenis kelamin, dan pendidikan, para peneliti juga melibatkan beberapa faktor seperti:

  • Indeks massa tubuh (IMT).
  • Kebiasaan merokok.
  • Konsumsi alkohol.
  • Diabetes.
  • Riwayat penyakit kardiovaskular.
  • Genotip apolipoprotein E (APOE), faktor genetik yang memengaruhi risiko demensia, Alzheimer, dan penyakit kardiovaskular.

Para peneliti lalu memantau para partisipan selama 3,7 tahun. Sebanyak 97 dari 1.982 partisipan terdiagnosis demensia. Hasilnya, risiko demensia meningkat 69 persen di kalangan partisipan yang tidur lebih dari 8 jam. Risiko ini juga meningkat dua kali lebih tinggi jika tidur sebelum jam 9 malam, dibanding jam 10 malam atau lebih larut.

Lalu, bagaimana dengan yang tidak demensia? TIB lebih panjang, waktu tidur dan waktu tidur tengah, serta ukuran waktu bangun berhubungan dengan berkurangnya risiko penurunan kognitif, sesuai hasil MMSE.

Baca Juga: Tidur Siang Kelamaan Pertanda Demensia? Ini Penjelasannya!

3. Perbedaan hasil di kalangan usia dan gender

Studi: Tidur Lebih dari 8 Jam Tingkatkan Risiko Demensiailustrasi lansia (pexels.com/Pixabay)

Sementara hasil demensia tetap sama di kelompok demografi berbeda, hasil penurunan kognitif di kelompok non-demensia terlihat di kalangan usia 60–74 tahun, bukan 75 tahun ke atas. Selain itu, waktu bangun yang berdampak terhadap penurunan skor MMSE di kalangan laki-laki, tetapi tidak pada perempuan.

Menurut Medical News Today, peran gender dan pekerjaan memengaruhi laki-laki di daerah pedesaan China yang umumnya dipandang sebagai tulang punggung keluarga. Selain itu, gangguan apnea tidur (meski tak diteliti dalam studi) juga umum terjadi di kalangan laki-laki, sehingga bisa memengaruhi risiko demensia.

4. Fenomena gangguan tidur di pedesaan China

Tidur adalah proses biologis yang kompleks. Perubahan waktu dan kualitas tidur bisa dipicu oleh usia, serta hal ini bisa menunjukkan penurunan kognitif.

Sementara kebanyakan studi mengambil demografi dan populasi di Eropa dan Amerika, studi kali ini mengambil populasi di pedesaan China. Menurut data dalam penelitian China pada 2020, China mendominasi angka populasi demensia dunia, dengan setidaknya 1 dari 20 lansia hidup dengan demensia.

Dalam sebuah studi di China yang dimuat dalam jurnal Nature pada 2020, kelompok dewasa tua di pedesaan China umumnya tidur lebih awal dan bangun lebih pagi. Sayangnya, dibanding penduduk di perkotaan, mereka memiliki kualitas tidur yang lebih buruk. Akibatnya, demensia lebih banyak mendominasi pedesaan dibanding perkotaan.

5. Butuh penelitian yang lebih beragam

Studi: Tidur Lebih dari 8 Jam Tingkatkan Risiko Demensiailustrasi lansia (pexels.com/Tristan Le)

Sementara hasil penelitian ini membuka wawasan baru terhadap hubungan antara tidur dan demensia, tetapi ada beberapa kekurangan yang perlu diketahui. Pertama, hasil studi ini tak menunjukkan kausalitas, terutama mengapa perbedaan terkait usia dan gender bisa berpengaruh terhadap hasil kognitif.

Studi ini tidak mempertimbangkan gejala terkait mood dan/atau aktivitas tidur siang yang umum di kalangan penduduk pedesaan China. Selain itu, studi ini mengandalkan pelaporan mandiri, sehingga ada risiko kesalahan data. Karena studi ini melibatkan hanya satu daerah, peneliti menekankan untuk tidak memukulratakan hasil dengan populasi lain.

Para peneliti berharap temuan ini bisa menjadi pengetahuan untuk penduduk pedesaan China dengan status sosial ekonomi rendah dan membantu tenaga kesehatan memantau lansia laki-laki berusia 60–74 tahun dengan TIB tinggi. Lalu, bagaimana dengan penelitian selanjutnya?

"Studi intervensi di masa depan bisa membantu menjelaskan apakah mengurangi TIB dan menunda waktu tidur bisa memperlambat penurunan kognitif dan memperpanjang munculnya gejala demensia di kalangan dewasa tua," tulis para peneliti.

Baca Juga: Jalan 10.000 Langkah Cegah Demensia? Ini Kata Studi!

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya