Tubuh Tinggi Lebih Gampang Sakit? Ini Studinya!

Ada plus dan minus saat punya tubuh tinggi.

Siapa yang mengidam-idamkan tubuh tinggi? Baik laki-laki maupun perempuan, tubuh tinggi semampai jadi sebuah kebanggaan tersendiri.

Tahukah kamu, punya tubuh tinggi punya kekurangannya, lo! Tidak, bukan jadi bahan ledekan. Menurut studi terbaru, tubuh tinggi lebih berisiko sakit. Tidak percaya? Yuk, simak fakta penelitiannya berikut ini!

1. Libatkan ratusan ribu partisipan lintas ras

Tubuh Tinggi Lebih Gampang Sakit? Ini Studinya!ilustrasi pita ukur (unsplash.com/sioraphotography)

Dimuat dalam jurnal PLOS Genetics pada awal Juni 2022, peneliti Amerika Serikat ingin mengetahui apakah tinggi badan seseorang menyebabkan penyakit atau hanya faktor sekunder selain komorbiditas.

Para peneliti kemudian menggunakan data Million Veteran Program (MVP) untuk merekam data tinggi badan dan gen. Setelah diseleksi, penelitian ini memuat total 280.451 anggota MVP (222.300 partisipan kulit putih dan 58.151 kulit hitam). Para partisipan rata-rata memiliki tinggi 176 cm.

2. Tubuh tinggi tidak rentan terkena penyakit jantung

Para peneliti membandingkan data para partisipan dengan 3.290 varian gen yang terkait dengan tinggi badan dari analisis genom terbaru. Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa 127 kondisi medis berbeda bisa dikaitkan dengan gen orang-orang bertubuh tinggi.

"Sementara hanya ada dua individu non-Hispanik berkulit hitam yang signifikan secara statistik, kami menemukan bukti konsisten efek medis berhubungan dengan tinggi badan antara pasien kulit putih dan hitam," tulis para peneliti.

Sekitar 21 persen anggota MVP berkulit hitam. Meski begitu, minimal 48 kondisi medis yang berisiko pada partisipan kulit putih juga berisiko pada partisipan kulit hitam. Kabar baiknya, tinggi badan tidak berhubungan dengan risiko penyakit jantung koroner, hipertensi, atau kolesterol tinggi.

Baca Juga: Mau Badan Berisi? Ini 19 Makanan dan Minuman yang Harus Kamu Lahap

3. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan tinggi badan

Tubuh Tinggi Lebih Gampang Sakit? Ini Studinya!ilustrasi tubuh tinggi (giphy.com)

Tidak berhenti sampai situ, sayangnya, para peneliti menemukan tinggi badan berhubungan dengan berbagai penyakit. Studi bertajuk "A multi-population phenome-wide association study of genetically-predicted height in the Million Veteran Program" tersebut mencatat bahwa beberapa penyakit yang berhubungan dengan tinggi badan antara lain:

  • Neuropati perifer (kerusakan saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang).
  • Disfungsi ereksi.
  • Retensi urine.
  • Gangguan sirkulasi darah.
  • Selulitis.
  • Abses kulit.
  • Tukak kaki kronis.
  • Osteomielitis.
  • Varises.
  • Trombosis.
  • Deformitas kaki dan jari kaki.
  • Asma (pada perempuan).
  • Gangguan saraf (pada perempuan).

Kepala penelitian dari VA Eastern Colorado Health Care System, Dr. Sridharan Raghavan, menyebut temuan neuropati perifer amat menarik. Raghavan dan tim mengaku terkejut bahwa ternyata temuan neuropati pada orang bertubuh tinggi juga telah dikonfirmasi dalam studi-studi sebelumnya.

"Neuropati perifer, gangguan aliran pembuluh darah, osteomielitis, hingga tukak kaki tidak dikumpulkan secara rutin dalam data lain yang menyertakan informasi genetik. Hubungan ini berguna untuk penelitian dan menafsirkan temuan sesuai bidang perawatan klinis," ujar Dr. Sridharan, dilansir EurekAlert!.

4. Butuh penelitian lebih lanjut

Dokter Raghavan menyebut temuannya dan tim sebagai sebuah "kontribusi penting dalam mengeri bagaimana tinggi badan bisa berhubungan dengan kondisi medis dari perspektif epidemiologi".

"Saya rasa temuan ini adalah langkah pertama terhadap penafsiran risiko penyakit di mana kita mengidentifikasi kondisi berdasarkan tinggi badan sebagai faktor risiko," kata Dr. Raghavan.

Sebagai kesimpulan, riset ini digadang-gadang sebagai bukti bahwa tinggi badan adalah faktor risiko yang penting untuk berbagai kondisi medis umum, terutama yang melibatkan kaki dan tangan. Temuan ini dapat berguna untuk menilai risiko medis dan pemantauan penyakit.

Meski begitu, ia mengatakan bahwa masih banyak riset yang perlu dilakukan agar temuan ini benar-benar bisa mengubah perawatan klinis. Selain itu, penelitian ini mencatat bahwa penelitian selanjutnya juga diharapkan berfokus pada mekanisme yang bisa mengaitkan tinggi badan dengan kondisi kesehatan.

"Penelitian selanjutnya harus menimbang apakah memadukan tinggi badan dengan penilaian risiko penyakit bisa menjadi strategi untuk mencegah faktor risiko kondisi kesehatan spesifik lainnya," kata Dr. Raghavan.

Jadi, apakah lebih baik tidak tinggi? Tidak juga. Masih banyak penelitian yang harus dilakukan mengenai hubungan tinggi badan dan kondisi medis tertentu. Jangan khawatir dan tetap bangga dengan tinggi badanmu, ya!

Baca Juga: Tambah Tinggi Minimal 1 Bulan, Coba 9 Gerakan Peregangan Simpel Ini!

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya