Tenang, AC Rumah Tak Sebarkan Virus Corona tapi Tetap Rajin Bersihkan

Desas-desus menjelang musim panas

Hampir empat bulan telah berlalu, dunia tengah berjibaku melawan virus corona baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan COVID-19. Di satu sisi, dunia juga mengalami pergantian musim ke musim panas.

Selain es krim, apalagi yang menjadi opsi untuk menangkal panas tersebut? Pastinya pendingin ruangan (air conditioner/AC). Apalagi, saat masyarakat diharuskan untuk tetap di rumah dan mengisolasi diri, AC adalah jawaban satu-satunya untuk melawan musim panas.

Namun, masyarakat pun menjadi paranoid dan bertanya,

"Apakah AC bisa menyebarkan SARS-CoV-2?"

1. Apakah virus termasuk partikel aerosol?

Tenang, AC Rumah Tak Sebarkan Virus Corona tapi Tetap Rajin Bersihkanwikipedia.org

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pertama, kita harus tahu definisi dari aerosol. Apa itu aerosol? Menurut Paul Baron dari National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC),

"Aerosol adalah partikel halus atau cairan yang 'tertahan' di udara."

Hal tersebut juga menjadi definisi "aerosol" di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

"Sistem tersebarnya partikel halus zat padat atau cairan dalam gas atau udara, misalnya asap dan kabut."

Partikel aerosol dapat tersebar melalui dua cara sebelum terhirup oleh pernapasan kita:

  • Di udara lalu menempel ke permukaan, atau
  • Resuspensi: partikel aerosol yang menempel ke benda kemudian tertiup angin.

Baron mengatakan bahwa oksigen yang kamu hirup sambil membaca artikel ini juga adalah partikel aerosol.

Tenang, AC Rumah Tak Sebarkan Virus Corona tapi Tetap Rajin BersihkanIlustrasi penanganan Covid-19 (IDN Times/Candra Irawan)

Baron mengemukakan bahwa partikel biologis seperti virus dan bakteri pada dasarnya adalah partikel aerosol dengan ukuran yang cukup besar, lebih dari ~0,5 mikrometer.

Biasanya, partikel-partikel biologis tersebut tersebar ke udara dari pecahnya cairan atau bubuk. Oleh karena itu, agak susah bagi partikel biologis untuk pecah lebih kecil dari 0,5 mikrometer.

"Partikel biologis biasanya tersebar di udara dari bentuk cair atau bubuk, sehingga partikel-partikel ini biasanya lebih besar dari ~0,5 mikrometer."

Lalu, kapan partikel aerosol menjadi berbahaya? Saat partikel aerosol tersebut terkonsentrasi sehingga menjadi racun bagi tubuh, apalagi bila sampai masuk ke sistem pernapasan.

Partikel aerosol yang toksik tersebut bisa menempel pada permukaan kulit atau mata sehingga menimbulkan iritasi. Baron juga mengatakan bahwa jika ukuran partikel tersebut cukup kecil, bisa menembus kulit. Namun tidak untuk kasus SARS-CoV-2 ya, karena penularannya melalui kontak droplet dengan mata, hidung dan mulut.

2. Apakah SARS-CoV-2 bisa tersebar lewat udara?

Tenang, AC Rumah Tak Sebarkan Virus Corona tapi Tetap Rajin BersihkanNational Institute of Health (NIH)

"Wah, kalau bisa tertiup ke udara, berarti SARS-CoV-2 bisa menyebar di udara?"

Tidak juga, kawan. Menurut Sambuddha Chaudhuri, pakar epidemiologi di Indian Institute of Technology, Bombay, cara penyebaran SARS-CoV-2 tidak sama seperi virus flu.

Misalnya, seseorang dengan SARS-CoV-2 bersin, partikel virus memang akan melewati udara. Namun, menurut World Health Organization (WHO), tidak untuk waktu yang lama karena droplet yang membawa virus tersebut terlalu berat untuk terbawa angin atau udara karena terlalu berat, sehingga langsung jatuh ke tanah atau menempel di benda.

Nah, permasalahannya adalah SARS-CoV-2 dapat tinggal cukup lama di permukaan benda-benda tertentu. Kamu bisa membaca keterangan lebih lengkapnya tentang ketahanan virus corona di berbagai permukaan benda.

Baca Juga: Lama Hidup Virus Corona di 10 Jenis Benda Berbeda, yuk Jaga Kebersihan

3. AC di pusat keramaian? Beda cerita

Tenang, AC Rumah Tak Sebarkan Virus Corona tapi Tetap Rajin Bersihkanpxhere.com

Untuk mengetahui apakah SARS-CoV-2 bisa menyebar secara efektif di lingkungan ber-AC, kita mengacu pada pendahulunya pada 2003, SARS-CoV-1.

Menurut sebuah penelitian pada 2011 berjudul "The Effects of Temperature and Relative Humidity on the Viability of the SARS Coronavirus" yang dilakukan oleh para peneliti dari Departemen Mikrobiologi di The University of Hong Kong, tingkat suhu udara dan kelembapan rendah dapat memperpanjang umur SARS-CoV-1 di permukaan benda.

Apakah prinsip yang sama dapat diterapkan pada SARS-CoV-2? Nanti dulu.

Tenang, AC Rumah Tak Sebarkan Virus Corona tapi Tetap Rajin BersihkanKapal pesiar Diamond Princess berlabuh di pelabuhan Yokohama, Jepang, pada 5 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Kyung-Hoon

Baru-baru ini, pada Februari 2020, Chen Qingyan, Profesor Teknik Mesin di Purdue University, melakukan penelitian pada sistem udara kapal pesiar Jepang, Diamond Princess, yang menjadi salah satu titik penyebaran SARS-CoV-2 terbesar di Negeri Sakura.

Sebagai catatan, Qingyan adalah salah satu peneliti yang mengungkap penyebaran SARS-CoV-1 di sistem udara pesawat.

Mengutip data dari CDC, 46,5 persen penumpang Diamond Princess telah terinfeksi saat melakukan uji coba. Ternyata, jejak-jejak partikel SARS-CoV-2 terdeteksi dari permukaan benda di dalam kabin mereka.

Dengan mantap, Qingyan mengatakan bahwa jika kapal pesiar memiliki sistem peredaran udara yang sama dengan pesawat, maka besar kemungkinan SARS-CoV-2 memang tersebar lewat AC.

"Biasanya, sistem pendingin udara kapal pesiar mencampur udara luar dengan udara dalam untuk menghemat energi. Masalahnya, sistem tersebut tidak dapat menyaring partikel yang lebih kecil dari 5.000 nanometer. Jika coronavirus seukuran dengan SARS, yang berdiameter 120 nanometer, maka sistem pendingin udara akan membawa virus ke setiap kabin," papar Qingyan.

Tenang, AC Rumah Tak Sebarkan Virus Corona tapi Tetap Rajin Bersihkanfreepik.com

Lalu bagaimana dengan AC di mal? AC di mal, pusat perbelanjaan, bahkan bandara menggunakan AC tipe central. Seperti namanya, AC central menghantarkan aliran udara dari satu titik luar ruangan (melalui condensing unit) ke seluruh arah dan lokasi di dalam ruangan (melalui internal evaporative unit).

Meskipun tidak berbahaya secara umum, di masa pandemik COVID-19, penyebaran SARS-CoV-2 bisa lebih berbahaya jika masyarakat, baik yang sakit dan yang sehat, sama-sama diperbolehkan untuk masuk ke dalam pusat perbelanjaan yang memiliki AC central.

Chaudhuri mengatakan bahwa langkah untuk menahan masyarakat agar tidak melancong ke mal sementara waktu adalah hal yang tepat. Pasalnya, partikel SARS-CoV-2 dapat terus mengalami siklus daur ulang di lingkungan ber-AC.

"Beda halnya dengan AC rumahan, tempat-tempat perkumpulan banyak orang seperti pusat perbelanjaan ber-AC, virus dapat terus mengalami siklus daur ulang di udara dalam rentang waktu singkat."

Demikian, jika mengunjungi mal di tengah pandemik COVID-19, orang sehat memiliki tingkat ancaman yang sama untuk terinfeksi oleh SARS-CoV-2.

Untuk AC central, Qingyan menyarankan untuk tidak mendistribusikan return air, atau udara yang didinginkan kembali setelah melalui ruangan yang memiliki beban panas. Sarannya adalah lebih menggunakan udara luar.

"Jika menggunakan sistem pendingin udara sentral, SARS-CoV-2 dapat ditransmisikan ke semua ruang yang dikondisikan, jika menggunakan return air. Lebih direkomendasikan untuk menggunakan 100 persen udara luar," papar Qingyan.

4. AC rumahmu tidak sebarkan SARS-CoV-2

Tenang, AC Rumah Tak Sebarkan Virus Corona tapi Tetap Rajin Bersihkanfreepik.com

Chaudhuri menambahkan bahwa dikarenakan virus corona tidak bertahan lama di udara, maka pendingin ruangan (AC) rumahan tidak perlu dipermasalahkan. Syaratnya satu, orang rumah tidak keluar dan melakukan kontak dengan yang terinfeksi oleh SARS-CoV-2.

"Karena tidak bertahan di udara untuk waktu yang sangat lama, AC seharusnya tidak menjadi ancaman, apalagi jika di rumah tidak ada yang terinfeksi," imbuh Chaudhuri.

Qingyan lebih menyarankan rumah memakai dua jenis AC ini:

  • AC jenis split: jenis pendingin ruangan yang mengeluarkan suhu lebih dingin, atau
  • AC jenis window: jenis pendingin ruangan yang mengeluarkan suhu dingin ke dalam ruangan dan melepas udara panas ke luar.

Masa kini, masyarakat lebih memilih untuk menggunakan AC split dibandingkan window.

"Untuk AC split, disarankan untuk membuka jendela sedikit untuk membiarkan udara luar masuk. Untuk AC window, usahakan untuk meningkatkan laju aliran udara di luar ruangan dengan cara membuka jendela untuk membiarkan udara luar masuk," jelas Qingyan.

5. Pentingnya ventilasi udara

Tenang, AC Rumah Tak Sebarkan Virus Corona tapi Tetap Rajin Bersihkanfreepik.com

Jika Qingyan dan Chaudhuri membicarakan penggunaan AC yang optimal di pusat keramaian dan rumah, maka Federation of European Heating, Ventilation and Air Conditioning Associations (REHVA) lebih menekankan ventilasi udara dalam mencegah penyebaran SARS-CoV-2.

CDC pun mendukung pernyataan tersebut. Baron mengatakan bahwa partikel toksik yang biasanya berukuran mikroskopik akan cepat menghilang jika menggunakan sistem ventilasi.

Melalui panduannya yang diterbitkan pada 17 Maret, REHVA menyarankan tempat-tempat dengan sistem ventilasi mekanis untuk memperpanjang durasi penggunaan ventilasi jika tidak mungkin untuk menyalakan sistem ventilasi 24/7.

REHVA menyuluhkan agar membiarkan exhaust ventilation system di toilet tetap menyala sepanjang hari. Akan tetapi, jendela pada toilet tidak boleh dibuka agar partikel kotor di toilet tidak menyebar ke ruangan lain.

Jika sudah tidak ada orang, maka ventilasi dapat diaktifkan dalam mode rendah energi untuk tetap mengeluarkan partikel jahat dari dalam ruangan dan gedung.

Lalu, bagaimana dengan tempat tanpa sistem ventilasi mekanis? REHVA menyarankan untuk membuka jendela setidaknya 15 menit sebelum orang berdatangan, apalagi jika sebelumnya seseorang menempati tempat tersebut.

Itulah fakta dan saran mengenai penyebaran SARS-CoV-2 melalui pendingin ruangan. Jangan paranoid lagi dengan AC-mu di tengah panas terik ini.

Pembaca bisa membantu kelengkapan perlindungan bagi para tenaga medis dengan donasi di program #KitaIDN: Bergandeng Tangan Melawan Corona di Kitabisa.com (http://kitabisa.com/kitaidnlawancorona)

Baca Juga: 7 Kesalahan Olahraga saat Pandemi COVID-19, Bijak Cegah Virus Corona

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya