Yuk Berantas, Ketahui Efek Rasisme pada Kesehatan Kaum Minoritas

Tak hanya jasmani, efeknya juga psikologis

Tidak cukup dunia menghadapi masalah pandemik penyakit virus corona baru (COVID-19), masalah di tengah masyarakat muncul saat seorang pria Afrika-Amerika bernama George Floyd dipersekusi hingga meninggal dunia oleh sekelompok polisi di Minneapolis, Amerika Serikat (AS).

Hasilnya, demonstrasi menentang rasisme dan kekerasan polisi berlangsung dari 26 Mei hingga saat ini di seluruh penjuru dunia. Sebanyak 30 nyawa melayang dan lebih dari 14 ribu orang ditangkap.

Kejadian naas pada Mei 2020 menggemparkan dunia sekaligus menjadi bukti nyata bahwa perilaku rasisme masih merajalela di masyarakat, baik di negara maju atau berkembang. Tidak hanya menanamkan efek psikologis seperti kebencian dan ketakutan, ternyata diskriminasi ras juga tidak baik untuk tubuh.

1. Efek rasisme pada kesehatan jasmani orang dewasa

Yuk Berantas, Ketahui Efek Rasisme pada Kesehatan Kaum Minoritaswsspaper.com

Dilansir dari situs Medical News Today, sebuah studi gabungan pada 2015 oleh peneliti Australia dan AS, merangkum 300 studi lampau terhadap efek rasisme pada kaum minoritas di AS: Asia, Afrika, dan Latin. Hasilnya, rasisme memang berdampak buruk pada kesehatan jasmani dan rohani.

Stres yang dihasilkan karena tekanan sosial pada kaum minoritas berdampak buruk pada kesehatan jasmani mereka. Hal tersebut dikarenakan stres menurunkan daya imun dan menaikkan tekanan darah.

Dengan kata lain, rasisme juga mengakibatkan hipertensi. Malah, menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di AS pada tahun yang sama, tingkat hipertensi pada kaum Afrika-Amerika lebih besar dibandingkan kaum minoritas lainnya.

Yuk Berantas, Ketahui Efek Rasisme pada Kesehatan Kaum Minoritaspexels.com/Hold my Ark

Selain itu, efek stres karena rasisme juga mengarah pada perilaku penyimpangan sosial seperti konsumsi alkohol, rokok, dan pola makan tidak sehat yang dapat mengakibatkan kanker serta obesitas. Para peneliti di Texas, AS, pada 2015 menyetujui hal tersebut dalam studinya, "Discrimination, Affect, and Cancer Risk Factors among African Americans".

"Gejala stres dan depresi masing-masing menjadi jembatan antara diskriminasi ras dan kebiasaan merokok serta faktor risiko perilaku yang memicu kanker dan obesitas," papar studi yang dimuat di American Journal of Health Behavior tersebut.

Studi pada 2019 di AS, "Experienced discrimination and racial differences in leukocyte gene expression" mengungkapkan bahwa pengalaman rasisme yang menimpa kaum Afrika - Amerika menyebabkan kadar inflamasi meningkat pada tubuh mereka. Hal tersebut dapat mengakibatkan penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskular atau penyakit ginjal!

Ternyata, selain faktor rasisme, menurut penelitian pada 2017 terhadap 1,7 responden di benua Eropa, "Socioeconomic status and the 25 × 25 risk factors as determinants of premature mortality", faktor kesenjangan sosial ekonomi yang dialami kaum minoritas juga memperparah gaya hidup dan pola makan tidak sehat, hingga mengurangi 1 - 2 tahun angka harapan hidup!

2. Kaum minoritas tidak mendapat perawatan yang layak

Yuk Berantas, Ketahui Efek Rasisme pada Kesehatan Kaum Minoritasminoritynurse.com

Pada 2016, sebuah studi di AS berjudul "Racial bias in pain assessment and treatment recommendations, and false beliefs about biological differences between blacks and whites" mengungkit bahwa sebagian besar orang Amerika "yakin" bahwa kulit orang Afrika-Amerika lebih tebal dibandingkan mereka, sehingga mereka menganggap orang Afrika-Amerika lebih tahan sakit. Padahal? Sama saja!

Sayangnya, dengan penyakit-penyakit yang ditimbulkan karena rasisme tersebut, akses kesehatan pun susah didapatkan. Lagi-lagi, hal tersebut diakibatkan karena faktor ras!

Lebih mengerikan lagi, studi pada 2015, "Racial Disparities in Pain Management of Children With Appendicitis in Emergency Departments" menunjukkan pengaruh rasisme pada perawatan radang usus buntu (apendisitis) anak-anak Afrika-Amerika. Dianggap lebih kuat, anak-anak Afrika-Amerika tidak diberi perawatan yang memadai.

"Nyeri apendisitis dipandang sebelah mata, dan hubungan antara diskriminasi ras dan pemberian analgesik nyata. Anak-anak kaum Afrika-Amerika cenderung tidak menerima analgesik untuk nyeri sedang dan tidak menerima opioid untuk nyeri parah. Hal tersebut menunjukkan ambang pengobatan yang berbeda," papar studi yang dimuat di jurnal JAMA Pediatrics tersebut.

Baca Juga: 7 Nama Penyakit Ini Cuma Orang Indonesia yang Tahu, Khas Banget!

3. Efek rasisme pada kesehatan rohani orang dewasa

Yuk Berantas, Ketahui Efek Rasisme pada Kesehatan Kaum Minoritastime.com

Dua kali lebih parah, rasisme dikatakan berdampak negatif pada kesehatan rohani dibandingkan jasmani. Sebuah studi meta-analisis gabungan AS dan Australia pada 2015 memaparkan dampak-dampak psikologis berikut pada kaum minoritas yang menjadi target rasisme:

  • Depresi;
  • Stres
  • Tekanan emosional;
  • Waswas;
  • Gangguan stres pascatrauma (PTSD); dan
  • Pikiran bunuh diri.

Setuju dengan penelitian tersebut, sebuah studi pada 2018 yang dirilis oleh lembaga yang menentang diskriminasi ras di Britania Raya, Synergi Collaborative Centre, memaparkan bahwa perundungan ras secara verbal dan fisik dapat menyebabkan depresi dan PTSD.

4. Efek rasisme pada anak-anak dan remaja

Yuk Berantas, Ketahui Efek Rasisme pada Kesehatan Kaum Minoritascbc.ca

Rasisme dapat memengaruhi persalinan. Menurut sebuah studi di AS pada 2016, "Racial Discrimination and Adverse Birth Outcomes: An Integrative Review", para ibu dari kaum minoritas yang mengalami perundungan ras cenderung melahirkan bayi dengan berat di bawah rata-rata, sehingga anak tersebut rentan terkena penyakit.

"Dari 15 studi yang memenuhi kriteria peninjauan, mayoritas studi menunjukkan hubungan yang signifikan antara diskriminasi ras dan berat lahir rendah, kelahiran prematur, serta kehamilan dini," papar studi yang dimuat di Journal of Midwifery and Women's Health tersebut

Selain itu, Medical News Today juga menekankan bahwa setelah beranjak remaja, jika mereka terpapar dengan perundungan ras yang sama seperti orangtua mereka, mereka bisa saja "jatuh" ke kebiasaan yang tidak sehat juga, sehingga mendapatkan penyakit yang sama pada poin ke-1.

Yuk Berantas, Ketahui Efek Rasisme pada Kesehatan Kaum Minoritasnjfamily.com

Dari segi psikologis, kaum remaja jauh lebih rentan dibandingkan bayi. Lembaga gizi di AS, American Academy of Pediatrics, menyarankan para remaja dari kaum minoritas terus dipantau kesehatan psikisnya. Rasisme juga menyebabkan masalah psikologis seperti:

  • PTSD;
  • Waswas;
  • Kemurungan; dan
  • Depresi.

Meskipun tidak menderita perundungan ras secara langsung, remaja dari kaum minoritas juga terancam masalah psikologis tersebut jika mereka menjadi saksi tindakan rasisme, terlebih pada rekan atau orang yang satu ras dengannya.

Medical News Today mengatakan bahwa stres yang intens dan terus-menerus akibat tindakan rasisme baik langsung atau tidak langsung dapat memengaruhi perkembangan otak, meningkatkan emosi negatif seperti rasa takut, dan memengaruhi daya belajar dan daya ingat.

5. Teruntuk kaum minoritas, kamu bisa tetap hidup meskipun dirundung rasisme!

Yuk Berantas, Ketahui Efek Rasisme pada Kesehatan Kaum Minoritasportsmouthnh.com

Jika kamu termasuk kaum minoritas, kamu tidak perlu khawatir. Hidup sebagai minoritas tidak perlu takut pada tindakan rasisme. Ini tips dari kami agar kamu tetap aman dan sehat sebagai seorang minoritas:

  • Terbuka soal pengalaman rasisme;
  • Kembangkan rasa bangga terhadap identitas ras; serta
  • Berbagi dengan orang terdekat seperti keluarga dan teman.
Yuk Berantas, Ketahui Efek Rasisme pada Kesehatan Kaum MinoritasIlustrasi Bhinneka Tunggal Ika (IDN Times/Mardya Shakti)

Menurut sebuah penelitian pada 2012 oleh para peneliti di St. John's University, AS, "Coping With Racism", bungkam terhadap pengalaman rasisme yang dialami bukanlah solusi. Malah, dengan menghadapi dan bersikap terbuka adalah solusinya.

Selain itu, rasa bangga terhadap identitas ras membuatmu lebih "kebal" secara jasmani dan rohani terhadap tindakan rasisme. Hal tersebut dituliskan dalam penelitian pada 2003 oleh University of Michigan, AS, "Racial identity, racial discrimination, perceived stress, and psychological distress among African American young adults".

"Selain merupakan faktor pemicu diskriminasi, sentralitas ras juga merupakan faktor pelindung dalam menahan dampak negatif psikologis diskriminasi ras," papar studi yang dimuat dalam jurnal Journal of Health and Social Behavior tersebut.

Sekuat-kuatnya kamu, akuilah, kamu tidak mampu sendiri. Para peneliti dari St. John's University menambahkan bahwa mendapat dukungan dari orang terdekat seperti keluarga dan teman mampu menguatkanmu dari tekanan rasial yang bisa menyebabkan depresi.

Yuk Berantas, Ketahui Efek Rasisme pada Kesehatan Kaum Minoritasfreepik.com/rawpixel

Nyata bahwa rasisme membawa dampak buruk terhadap kesehatan jasmani dan rohani di segala usia, terutama bagi kaum minoritas yang dirundung terus menerus. Sila ke-2 dan ke-3 dari Pancasila berbunyi,

"Kemanusiaan yang adil dan beradab, serta Persatuan Indonesia."

Masalah rasisme takkan selesai jika ditangani oleh minoritas sendiri. Kaum mayoritas pun harus sadar akan masalah rasisme, serta ikut aktif dalam menanggulanginya. Rasa kemanusiaan dan solidaritas itulah yang pada akhirnya mengalahkan perbedaan antara kita. Ayo perangi rasisme bersama-sama!

Baca Juga: Selain COVID-19, Ini 7 Wabah Penyakit yang Pernah Menyerang Indonesia!

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya