Waspadai 5 Faktor Risiko yang Memperburuk COVID-19

Kematian karena COVID-19 tinggi karena mereka yang berisiko

Menjelang petang, berita yang paling ditunggu adalah pengumuman angka penyebaran penyakit virus corona baru (COVID-19) yang disebabkan oleh virus corona baru (SARS-CoV-2). Ribuan angka masuk dari puluhan ribu sampel. Di samping itu, ratusan orang sembuh dari COVID-19, sementara ada puluhan atau belasan yang wafat karenanya.

Hal tersebut membuat kita kadang bertanya, "Kenapa bisa ada yang wafat dan sembuh karena COVID-19?" Apa sih yang membuat penyakit dari Wuhan, Tiongkok Tengah, ini mematikan?

1. Usia yang rentan

Waspadai 5 Faktor Risiko yang Memperburuk COVID-19fox13news.com

Bukan rahasia jika kaum manusia lanjut usia (manula) berusia 65 tahun ke atas harus dijaga ketat agar tidak terjangkit COVID-19. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat (AS), delapan dari 10 kematian karena COVID-19 berasal dari kaum manula 65 tahun ke atas.

Mengutip data dari CDC Tiongkok, Statnews mengatakan bahwa hal tersebut dikarenakan sistem kekebalan tubuh semakin menipis seiring bertambahnya usia.

Namun, dilansir dari CNN pada April 2020, seorang wanita tua bernama Angelina Friedman dari New York lolos dari cengkeraman COVID-19. Ia berusia 101 tahun, lebih dari seabad! Kok bisa? CDC menjelaskan lebih lanjut bahwa terdapat faktor lainnya, yaitu penyakit penyerta, yang memperbesar keganasan COVID-19 pada kaum manula.

2. Penyakit penyerta yang memperparah COVID-19

Waspadai 5 Faktor Risiko yang Memperburuk COVID-19diabetes.co.uk

CDC menyalahkan diabetes dan penyakit jantung sebagai faktor risiko utama COVID-19. Mari kita bahas satu persatu, mulai dari diabetes terlebih dulu.

Pada 23 April 2020, lewat penelitiannya yang berjudul "Risk Factors of Critical & Mortal COVID-19 Cases: A Systematic Literature Review and Meta-Analysis", para peneliti Tiongkok mengemukakan bahwa mereka dengan diabetes tipe-2 lebih rentan terkena COVID-19.

Sebagai dasar penelitian tersebut, pada April 2020, penelitian gabungan AS dan Brazil yang berjudul "COVID-19 and diabetes: Knowledge in progress" mengemukakan bahwa penderita diabetes tipe-2 lebih rentan terkena penyakit pernapasan seperti flu dan paru-paru dikarenakan "inflamasi kronis, pengentalan darah, respons imun yang menurun dan potensi kerusakan pankreas karena SARS-CoV-2." 

Apakah mutlak penderita diabetes tipe-2 akan wafat karena COVID-19? Tidak juga. Menurut sebuah penelitian di Tiongkok pada 1 Mei 2020 berjudul "Association of Blood Glucose Control and Outcomes in Patients with COVID-19 and Pre-existing Type 2 Diabetes", pengidap diabetes tipe-2 dapat tetap menjaga diri dari COVID-19. Dengan syarat, mereka menjaga kadar gula darah.

Waspadai 5 Faktor Risiko yang Memperburuk COVID-19pexels.com/freestocks.org

Menurut American Heart Association (AHA), pengidap penyakit jantung dan hipertensi juga dirugikan saat terjangkit COVID-19. Situs LiveScience melaporkan bahwa terdapat satu kasus kematian diawali dengan "gejala mirip flu" yang kemudian berhubungan dengan penyakit jantung yang menimpa seorang wanita berusia 57 tahun di San Jose, AS.

Laporan otopsi menyatakan bahwa sang korban, Patricia Dowd, ternyata mengidap COVID-19. Mengutip Mercury News, SARS-CoV-2 membuat katup dalam jantung Dowd pecah. Dowd dikatakan tidak memiliki riwayat penyakit jantung dan hidup sehat sebelum wafat karena COVID-19.

Mengutip para peneliti, LiveScience mengatakan bahwa SARS-CoV-2 menyerang paru-paru, sehingga menguras pasokan oksigen tubuh ke titik dan menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah teroksigenasi ke seluruh tubuh. SARS-CoV-2 juga dapat menyerang jantung secara langsung, karena jaringan jantung mengandung enzim pengubah angiotensin 2 (ACE2), senjata virus untuk menginfeksi sel.

Pada beberapa orang, COVID-19 juga dapat memicu respons kekebalan yang berlebihan yang dikenal sebagai badai sitokin yang menyebabkan inflamasi kronis pada tubuh, sehingga merusak jantung.

Baca Juga: Protokol Ketat dan Disiplin, Ini Cara Thailand Menekan Kasus COVID-19

3. Kebiasaan merokok yang mengganggu pernapasan

Waspadai 5 Faktor Risiko yang Memperburuk COVID-19Unsplash.com/zafarrancho

COVID-19 menyerang pernapasan, jadi perokok, baik aktif maupun pasif, amat dirugikan jika terjangkit COVID-19. Menurut sebuah penelitian di Tiongkok berjudul "Clinical Characteristics of Coronavirus Disease 2019 in China", 12,3 persen perokok yang terkena COVID-10 ditempatkan di ICU, membutuhkan alat bantu pernapasan, hingga wafat lebih cepat, dibandingkan dengan 4,7 persen yang non-perokok.

"Merokok membunuhmu", itulah tagline yang terdapat pada bungkus rokok. LiveScience melaporkan bahwa rokok dapat melemahkan sistem imun dalam memerangi COVID-19, merusak jaringan saluran pernapasan, dan menyebabkan inflamasi kronis.

Menurut sebuah penelitian pada 31 Maret 2020 yang dimuat di situs bioRxiv berjudul "Cigarette smoke triggers the expansion of a subpopulation of respiratory epithelial cells that express the SARS-CoV-2 receptor ACE2", paparan terhadap rokok memperbanyak ACE2 dalam paru-paru, sehingga lebih rentan terjangkit COVID-19.

Hubungan kadar ACE2 dengan COVID-19 pada perokok aktif dan pasif serta penderita penyakit paru-paru kronis masih dicari tahu. Namun, hal yang pasti adalah ACE2 tumbuh subur di paru-paru perokok baik aktif dan pasif.

4. Obesitas yang memberi ruang untuk COVID-19

Waspadai 5 Faktor Risiko yang Memperburuk COVID-19hellosehat.com

Obesitas atau kelebihan berat badan dapat membuka celah bagi SARS-CoV-2 untuk memasuki tubuh! Dan, berbagai penelitian (baik yang sudah diulas secara sejawat ataupun belum) menyatakan hal yang senada.

Dimuat dalam jurnal Obesity pada 9 April 2020, penelitian berjudul "High Prevalence of Obesity in Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus‐2 (SARS‐CoV‐2) Requiring Invasive Mechanical Ventilation" dari Prancis menemukan bahwa hampir setengah dari 124 pasien COVID-19 yang dilarikan ke ICU di Lille, Prancis, mengidap obesitas!

Bagaimana dengan yang tidak diulas secara sejawat? Menurut penelitian di Tiongkok pada 1 April 2020 berjudul "Obesity and COVID-19 Severity in a Designated Hospital in Shenzhen, China" yang dimuat di The Lancet, pengidap COVID-19 dan obesitas dua kali lebih berisiko mengalami gejala kronis, sementara yang di ambang obesitas berisiko hingga 86 persen.

Hingga saat ini, hubungan antara obesitas dan COVID-19 pun masih dicari tahu. Namun, salah satu skenario menyatakan bahwa penderita obesitas memiliki kinerja paru-paru lemah dan inflamasi tubuh lebih besar. Molekul dari inflamasi tersebutlah yang memicu respons imun berbahaya, sehingga mengakibatkan penyakit mematikan termasuk COVID-19.

5. Faktor genetis yang membuatmu rentan terkena COVID-19

Waspadai 5 Faktor Risiko yang Memperburuk COVID-19pixabay.com/geralt

Kalau Dowd yang sehat bisa tiba-tiba mengidap COVID-19 dan penyakit jantung, mengapa orang sehat bisa ikut terancam COVID-19? Para peneliti mengungkapkan bahwa terdapat faktor genetis yang membuat seseorang rentan terhadap SARS-CoV-2. Hal tersebut masih dicari tahu hingga saat ini. Inilah yang dunia temukan.

Dalam salah satu skenario yang dimuat di majalah Sciences, kemampuan gen membangun reseptor ACE2 berbeda-beda pada tiap individu. Itulah yang membuat seseorang kebal atau rentan terhadap SARS-CoV-2. Dengan kata lain, kemampuan gen untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh pun berbeda-beda.

Para peneliti AS, lewat penelitiannya berjudul "Human Leukocyte Antigen Susceptibility Map for Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2" mengungkap hubungan antigen leukosit manusia (HLA) dengan COVID-19. Menurut penelitian pada 17 April tersebut, kombinasi gen HLA tertentu dapat melatih tubuh untuk memerangi atau malah membuat tubuh rentan terhadap SARS-CoV-2

Itulah lima faktor yang membuat COVID-19 semakin mematikan bagi manusia. Beberapa faktor tidak dapat dihindari, namun beberapa faktor bisa dicegah! Bagi yang rentan terkena COVID-19, cobalah untuk merawat diri dengan mengikuti panduan kesehatan dari instansi kesehatan dunia seperti CDC atau WHO dan pemerintah setempat, yaitu:

  • Cuci tangan dengan air dan sabun selama minimal 20 detik,
  • #DiRumahAja jika sedang tidak fit atau keluar hanya jika perlu,
  • Pembatasan sosial minimal 1,8 - 2 meter,
  • Memakai masker saat keluar rumah, dan
  • Tidak menyentuh mata, hidung, serta mulut.

Taati semua protokol kesehatan demi kebaikanmu dan orang-orang yang kamu sayang, ya! Semoga pandemik ini segera usai.

Baca Juga: Perangi Artikel Hoaks COVID-19, Ini 5 Tips agar Tidak Mudah Tertipu

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya