Gejala Parkinson pada Pasien COVID-19? Ini Temuannya

Meski langka, tetapi tetap mungkin terjadi

Sudah setahun lebih pandemi penyakit virus corona baru (COVID-19) melanda dunia. Dalam mempelajari COVID-19, selain strain virus corona baru SARS-CoV-2, para ilmuwan juga telah menemukan berbagai komplikasi yang diakibatkan COVID-19 pada pasiennya, dari kulit hingga jantung.

Seperti penyakit lainnya, COVID-19 ternyata memiliki gejala-gejala yang mirip dengan penyakit umum lain. Salah satu gejala yang menyertai COVID-19 adalah menurunnya kemampuan indra penciuman atau hiposmia. Ternyata, gejala hiposmia dapat ditemukan pada penderita penyakit Parkinson.

Dengan temuan tersebut, para ahli pun mempertanyakan mengenai adanya hubungan antara gejala penyakit Parkinson dengan COVID-19. Inilah fakta selengkapnya!

1. Penjelasan singkat mengenai penyakit Parkinson

Gejala Parkinson pada Pasien COVID-19? Ini Temuannyailustrasi penyakit Parkinson (parkinson.org)

Penyakit Parkinson adalah kondisi pergerakan tubuh yang disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf. Kondisi ini terjadi akibat kerusakan sel saraf yang bertugas untuk mengontrol gerak tubuh. Rendahnya tingkat dopamin atau norepinefrin, dan adanya senyawa "Lewy body" di otak juga memengaruhi pasien Parkinson.

Selain itu, faktor genetik dan lingkungan juga ikut bermain dalam perkembangan penyakit Parkinson. Gejala-gejala penyakit Parkinson hadir dan berkembang seiring waktu. Beberapa gejalanya meliputi:

  • Tremor
  • Gangguan koordinasi dan keseimbangan tubuh yang dapat menyebabkan seseorang mudah terjatuh
  • Hilangnya indra penciuman atau hiposmia
  • Perubahan pada gaya berjalan, dengan tubuh sedikit condong ke depan dan terseok-seok saat berjalan
  • Kesusahan mengubah ekspresi wajah karena gangguan saraf yang mengontrol otot wajah
  • Suara terdengar bergetar atau kecil
  • Tulisan tangan lebih rapat dan kecil
  • Kesulitan mengunyah dan menelan
  • Sembelit
  • Masalah kulit

Karena penyakit Parkinson juga mengganggu kinerja otak, maka beberapa gejala seperti perubahan perilaku, depresi, demensia, halusinasi, mengalami gangguan tidur akibat tremor, gangguan tidur pada siklus rapid eye movement (REM), dan kelelahan.

2. Apa itu Parkinsonisme?

Gejala Parkinson pada Pasien COVID-19? Ini Temuannyailustrasi tremor (ceufast.com)

Selain penyakit Parkinson, dunia medis pun juga mengenal kondisi Parkinsonisme. Sesuai namanya, pasien Parkinsonisme menunjukkan gejala yang mirip dengan penyakit Parkinson, tetapi disertai dengan gejala-gejala lain yang biasa bermula di usia 50-80 tahun.

Jadi, memiliki gejala Parkinson belum tentu mengidap Parkinson. Sebagai contoh, penderita Parkinsonisme umumnya malah tidak mengalami tremor tangan seperti yang memengaruhi banyak pasien penyakit Parkinson. Gejala lain yang terkait dengan Parkinsonisme meliputi:

  • Demensia
  • Masalah dengan sistem saraf otonom, seperti kejang
  • Gangguan keseimbangan tubuh
  • Gejala yang muncul dan berkembang dengan cepat
Gejala Parkinson pada Pasien COVID-19? Ini Temuannyatheconversation.com

Beberapa penyebab Parkinsonisme meliputi corticobasal degeneration:

  • Corticobasal degeneration (CBD): menyebabkan demensia dan gangguan pergerakan tubuh di satu sisi

  • Demensia dengan Lewy body (Lewy body dementia atau DLB): biasanya disebabkan karena penumpukan Lewy body dan dapat menyebabkan halusinasi visual

  • Multiple system atrophy (MSA): gangguan koordinasi tubuh, termasuk gangguan buang air besar dan kecil

  • Progressive supranuclear palsy: selain gejala-gejala umum Parkinson, kondisi ini menyebabkan demensia, sering jatuh ke belakang, dan kesulitan menggerakkan mata ke atas dan ke bawah

  • Parkinsonisme vaskular: mengganggu keseimbangan, cara berjalan, dan ingatan

  • Parkinsonisme akibat konsumsi obat: disebabkan oleh konsumsi obat seperti aripiprazole, haloperidol, dan metoclopramide

Baca Juga: Cek Fakta: COVID-19 adalah Bakteri yang Terpapar Radiasi 5G?

3. Apakah ada hubungan antara penyakit Parkinson dan infeksi virus?

Gejala Parkinson pada Pasien COVID-19? Ini Temuannyailustrasi pasien Parkinson (elationhealth.com)

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dilakukanlah sebuah riset gabungan di Polandia dan Italia pada 2019 bertajuk "Infectious Etiologies of Parkinsonism". Ini karena beredarnya temuan gejala Parkinson pada pasien influenza.

Para peneliti kemudian menganalisis data virus influenza, herpes simpleks tipe 1 (HSV-1), Epstein-Barr, varicella-zoster, hepatitis C, Japanese encephalitis, West Nile, dan HIV. Mereka juga mengemukakan bahwa beberapa pasien pandemi influenza pada tahun 1918 juga mengidap Parkinsonisme.

Meskipun begitu, para peneliti tidak menemukan adanya hubungan antara infeksi influenza dengan Parkinsonisme. Ini karena inflamasi pada pasien tidak selalu mengarah ke penyakit Parkinson. Malah, Parkinsonisme bisa dianggap sebagai bagian dari respons tubuh terhadap gangguan sistem kekebalan.

Gejala Parkinson pada Pasien COVID-19? Ini Temuannyailustrasi tremor (microbiomepost.com)

Akan tetapi, di sisi lain, terdapat banyak laporan yang mengatakan adanya gejala Parkinson yang menyertai pasien dengan influenza. Pada beberapa minggu pertama setelah infeksi, beberapa pasien melaporkan kesulitan berjalan dan tremor.

Menurut sebuah riset tahun 1999 di Jepang, "Viral etiology for Parkinson's disease", beberapa peneliti mengungkapkan bahwa virus influenza A bisa memiliki peran dalam gejala mirip Parkinson pada pasiennya.

Meskipun mungkin, para peneliti juga berspekulasi bahwa Parkinsonisme jarang terjadi pada kasus influenza parah karena inflamasi yang terkait dengan respons sistem imun terhadap invasi virus. Oleh karena itu, beberapa ilmuwan yakin ada hubungan antara Parkinsonisme dan infeksi virus, termasuk SARS-CoV-2.

4. Temuan tiga pasien COVID-19 dengan gejala mirip penyakit Parkinson

Gejala Parkinson pada Pasien COVID-19? Ini Temuannyailustrasi tremor di tangan (imagenesdevidaysalud.com)

Pada 27 November 2020, studi berjudul "SARS-CoV-2 and the risk of Parkinson's disease"  diterbitkan di jurnal The Lancet Neurology. Studi ini meneliti tiga pasien COVID-19 dengan gejala mirip penyakit Parkinson.

Menurut studi tersebut, dua pasien laki-laki berusia 45 dan 58 tahun serta satu pasien perempuan berusia 35 tahun melaporkan masalah pada pergerakan tubuh yang disertai dengan kaku dan kejang otot, gangguan gerakan mata, serta tremor. Selain itu, mereka juga menunjukkan penurunan dopamin.

Ketiga pasien tersebut tidak memiliki riwayat atau sejarah penyakit Parkinson. Dua dari tiga pasien merespons positif pengobatan, sementara satu sembuh secara spontan.

Pada akhir penelitian, para peneliti membantah adanya hubungan sebab akibat antara penyakit Parkinson dan COVID-19. Hanya, para peneliti menutup penelitian mereka dengan prospek penelitian lebih lanjut terhadap Parkinson dan COVID-19 di masa depan.

5. Kenapa gejala Parkinsonisme bisa muncul pada pasien COVID-19?

Gejala Parkinson pada Pasien COVID-19? Ini Temuannyailustrasi Parkinsonisme vaskular (parkinson.org)

Dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat (AS) berjudul "Is COVID-19 a Perfect Storm for Parkinson’s Disease?", para peneliti mengungkapkan tiga alasan mengapa gejala Parkinson bisa muncul pada pasien COVID-19.

Pertama, SARS-CoV-2 menyebabkan komplikasi vaskular pada otak dan organ lain. Hal ini dikatakan dapat merusak jalur otak, sebuah kondisi yang mirip dengan kondisi Parkinsonisme vaskular.

Kedua, terdapat hubungan antara inflamasi dan peningkatan risiko penyakit Parkinson. Inflamasi yang disebabkan oleh infeksi SARS-CoV-2 berpotensi memicu Parkinsonisme. Beberapa studi mengungkapkan tingginya kadar interleukin-6 dan gangguan pada jalur kynurenine pada pasien COVID-19, mirip dengan pasien penyakit Parkinson.

Selain itu, sifat neuro-invasif SARS-CoV-2 juga memperjelas hubungan antara COVID-19 dan penyakit Parkinson. Jejak RNA SARS-CoV-2 pada jaringan otak jenazah pasien COVID-19 menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat menyerang sel dan jalur otak.

Gejala Parkinson pada Pasien COVID-19? Ini Temuannyailustrasi perempuan mencium harum bunga (freepik.com/user18526052)

Beberapa penelitian terkini menekankan bahwa penyakit Parkinson dapat bermula dari sistem olfaktori yang mengatur indra penciuman. Karena salah satu gejala utama COVID-19 adalah hiposmia, para peneliti pun penasaran apakah SARS-CoV-2 dapat menjalar ke jalur otak sehingga menyebabkan gejala mirip Parkinson?

Oleh karena itu, para peneliti juga mengeluarkan hipotesis bahwa infeksi SARS-CoV-2 dapat mengungkapkan potensi Parkinson yang belum menunjukkan gejala. Bahkan, infeksi SARS-CoV-2 bisa memicu perkembangan penyakit Parkinson terhadap mereka yang secara genetik rentan terkena.

6. Kesimpulan: hubungan antara penyakit Parkinson dan COVID-19 harus dikaji lebih dalam

Gejala Parkinson pada Pasien COVID-19? Ini Temuannyavirus SARS-CoV 2 (pixabay.com/PIRO4D)

Adanya gejala mirip Parkinson saat positif COVID-19 memang tergolong langka, tetap tetap saja mungkin terjadi. Para ilmuwan menyebutkan bahwa munculnya gejala Parkinson pada COVID-19 justru membuka kesempatan untuk penelitian lebih mendalam.

Pemantauan ketat terhadap sekelompok pasien COVID-19 dengan gejala mirip penyakit Parkinson amat disarankan agar bisa menentukan adanya hubungan antara Parkinsonisme dengan COVID-19. Hal ini membantu ilmuwan agar dapat memahami COVID-19 dan mengembangkan metode perawatan yang lebih efektif.

Baca Juga: Bukan Sekadar Tremor, Ini 8 Fakta tentang Penyakit Parkinson

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya