Janggut Tingkatkan Risiko COVID-19? Simak Penjelasannya!

Siapa yang selama ini membiarkan janggutnya tumbuh?

Sudah setahun lebih pandemi COVID-19 berlangsung. Penyakit yang muncul pada akhir tahun 2019 ini memaksa kita untuk melindungi diri sekaligus beradaptasi dengan kebiasaan baru atau new normal lewat penerapan protokol kesehatan.

Salah satu anjuran untuk menekan laju penularan penyakit adalah dengan tetap di rumah bila tidak ada kepentingan mendesak. Pada masa ini juga banyak perusahaan menerapkan kebijakan untuk karyawannya bekerja dari rumah atau work from home (WFH).

Nah, karena banyak menghabiskan waktu di rumah, kita, khususnya laki-laki, mungkin tak lagi serajin dulu dalam mencukur bulu wajah, seperti kumis maupun janggut. Bahkan, banyak juga yang membiarkannya tumbuh lebat. Kamu di antaranya?

Memang menumbuhkan janggut tak dilarang. Akan tetapi, para ahli ternyata khawatir karena diam-diam ada risiko penularan COVID-19. Kok, bisa? Berikut ini penjelasan tentang hubungan antara janggut dan risiko COVID-19.

1. Janggut yang terlalu tebal membuat masker tidak efektif

Janggut Tingkatkan Risiko COVID-19? Simak Penjelasannya!Janggut yang terlalu tebal membuat masker tidak efektif. thenationalnews.com

Dermatolog dan anggota American Academy of Dermatology (AAD), Anthony M. Rossi, MD, FAAD, mengatakan bahwa letak masalah janggut dan COVID-19 adalah pada pemakaian masker. Menurutnya, janggut yang terlalu tebal membuat segel masker tidak efektif.

"Masalahnya adalah jika janggut terlalu lebat hingga mengganggu daerah masker, menutupi garis rahang, dan menjalar ke daerah leher. Udara dan partikel dari luar bebas masuk, sehingga masker tidak efektif," kata Anthony kepada Healthline.

2. Penjelasan lebih lanjut mengenai tidak efektifnya masker menutupi wajah berjanggut lebat

Janggut Tingkatkan Risiko COVID-19? Simak Penjelasannya!Masker dan janggut yang terlalu tebal. thenationalnews.com

Protokol kesehatan COVID-19 utama adalah memakai masker, terutama saat berada di luar rumah. Masker yang benar bisa mencegah pemakaian ya dari droplet yang mungkin berisi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Droplet ini dikeluarkan saat seseorang batuk, bersin, ataupun berbicara. 

Nah, janggut yang terlalu lebat bisa membuat masker tidak mampu menyegel hidung dan mulut dengan benar. Ini membuat adanya celah di tepian masker, sehingga sangat mungkin droplet masuk dan keluar begitu saja. Dengan kata lain, janggut yang terlalu lebat membuat laki-laki lebih rentan terhadap penularan COVID-19.

Baca Juga: Ternyata Kamu Bisa Cek Kesehatan dari Kondisi Jenggotmu, Ini Caranya!

3. Bagaimana jika tidak ingin mencukur janggut?

Janggut Tingkatkan Risiko COVID-19? Simak Penjelasannya!Memakai dua masker. wsj.com

Karena berbagai alasan, banyak kaum adam yang enggan atau tidak ingin mencukur janggutnya secara rutin. Lantas, bagaimana solusinya penggunaan masker bisa melindungi diri dengan optimal?

Juga dari AAD, Adam Friedman, MD, FAAD, mengatakan bahwa pemakaian masker ganda bisa membantu. Dengan begitu, celah pada tepian masker bisa ditutup lebih rapat. Akan tetapi, pemakaian masker ganda ini bisa menimbulkan masalah kulit seperti ruam dan iritasi di bagian belakang telinga.

"Di rumah sakit, masker N95 yang telah teruji adalah standar utama. Mereka yang berjanggut tebal menggunakan PAPR (powered air purifying respirator). Kerjanya sama mirip seperti helm yang menutupi kepala dan wajah," jelas Adam.

4. Kencangkan kawat masker dan pakai selotip bila perlu agar masker melekat sempurna di wajah

Janggut Tingkatkan Risiko COVID-19? Simak Penjelasannya!Mengencangkan bagian kawat di tepi atas masker untuk menyegel hidung. twitter.com/@elemental

Tidak ingin terkena ruam atau iritasi belakang telinga karena masker ganda? Anthony menyarankan untuk menekan bagian kawat di tepi atas masker, sehingga masker mengunci daerah sekitar hidung dengan rapat.

Meski demikian, hal tersebut tergantung ukuran wajah karena pada tiap orang bisa berbeda-beda. Jadi, pastikan masker yang kamu miliki punya segel yang dapat di seluruh area mulut, hidung, hingga dagu. Kamu juga bisa menambahkan perlindungan dengan pemakaian selotip.

"Selotip di area hidung membuat segel masker lebih rapat. Bahkan, selotip juga digunakan di bawah garis rahang agar segel masker lebih rapat. Terutama, jika kamu berada di lingkungan berisiko COVID-19 tinggi, seperti rumah sakit," jelas Anthony.

5. Janggut yang disarankan oleh CDC

Janggut Tingkatkan Risiko COVID-19? Simak Penjelasannya!Panduan CDC mengenai janggut dan masker di masa pandemi COVID-19. cdc.gov

Terakhir, beberapa gaya janggut lebih baik daripada yang lainnya agar masker menutup hidung dan mulut dengan baik. Menurut CDC, gambar di atas adalah panduan dan standar mengenai pemakaian masker untuk pria berjanggut. Silakan pilih gaya kumis dan janggut terbaik untuk maskermu.

Singkat cerita, CDC merekomendasikan pria untuk mencukur kumis dan janggut secara rutin agar tidak melewati garis tepi masker. Dengan begitu, masker bisa menjalankan fungsinya secara maksimal. Lebatnya janggut juga memainkan peran penting pada efektivitas dalam melindungi penggunanya dari penularan penyakit.

Itulah penjelasan mengenai hubungan antara janggut dan risiko penularan COVID-19. Jadi, pertimbangkan untuk mencukur kumis dan janggut secara rutin atau cek panduan di atas, terutama di masa pandemi COVID-19. 

Janggut dan kumis lebat mungkin memiliki pesona tersendiri. Namun, untuk saat ini, utamakan perlindungan diri dan orang-orang di sekitarmu dengan merapikan rambut wajah tersebut, agar masker bisa melindungimu dengan sempurna. Tak lupa, tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan, ya!

Baca Juga: Wajah Laki-laki Berjanggut Lebih Kotor dan Penuh Bakteri, Benarkah?

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya