6 Penyakit Tiroid yang Paling Sering Terjadi di Segala Usia

Di antaranya hipertiroidisme dan hipotiroidisme

Kelenjar tiroid terletak di bagian leher, tepat di bawah jakun dan mengapit kerongkongan (trakea). Berbentuk kupu-kupu, kelenjar tiroid adalah bagian dari sistem endokrin yang bertanggung jawab mengatur fungsi tubuh.

Tugas kelenjar tiroid adalah memproduksi 20 persen hormon triiodotironin (T3) dan 80 persen tiroksin (T4) untuk metabolisme tubuh. Tujuannya adalah mengubah nutrisi makanan menjadi energi dan fungsi lainnya seperti mengendalikan jantung, otot dan fungsi pencernaan, perkembangan otak, serta pemeliharaan tulang.

Bagaimana cara kerjanya? Produksi dan sekresi hormon kelenjar tiroid dipicu oleh sinyal hormon perangsang tiroid (thyroid-stimulating hormone/TSH) dari kelenjar pituitari di bagian bawah otak.

Selain hormon tiroid dalam darah, kelenjar pituitari juga menanggapi sinyal hormon pelepas tirotropin (thyrotropin-releasing hormone/TRH) dari hipotalamus. TRH menstimulasi kelenjar pituitari untuk memproduksi TSH sehingga memengaruhi kinerja kelenjar tiroid.

Seluruh jaringan ini juga disebut sebagai aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid (HPT) dan beradaptasi dengan perubahan metabolisme dan kebutuhan tubuh. Agar kelenjar tiroid bekerja dengan baik, perlu konsumsi yodium yang cukup. Karena, sel pada kelenjar tiroid khusus mengekstraksi dan menyerap yodium dari darah dan memasukannya ke dalam hormon tiroid.

Pada dasarnya, TSH menjaga produksi hormon tiroid tetap seimbang dengan perubahan metabolisme dan kebutuhan tubuh. Namun, berbagai gangguan kesehatan bisa terjadi saat kelenjar tiroid memproduksi terlalu sedikit hormon tiroid atau terlalu banyak.

Apa sajakah gangguan kesehatan tersebut? Inilah beberapa penyakit tiroid yang paling sering terjadi di segala usia, dari anak-anak hingga orang dewasa.

1. Hipertiroidisme

6 Penyakit Tiroid yang Paling Sering Terjadi di Segala Usiailustrasi hipertiroidisme (scientificanimations.com)

Sesuai namanya, hipertiroidisme atau tirotoksikosis adalah situasi saat kelenjar tiroid memproduksi terlalu banyak hormon tiroid. Menurut National Health Service, perempuan 10 kali lebih rentan terkena hipertiroidisme, terutama pada usia dewasa muda pada 20–40 tahun.

Penyakit Graves adalah biang kerok hipertiroidisme paling umum, memengaruhi sekitar 70 persen pasien hipertiroidisme. Benjolan pada tiroid, disebut gondok nodular toksik atau gondok multinodular, juga dapat memicu kelenjar tiroid memproduksi hormon secara berlebihan. Dilansir Healthline, gejala-gejala hipotiroidisme antara lain:

  • Kegelisahan.
  • Jantung berdebar kencang (palpitasi).
  • Mudah marah.
  • Sensitif terhadap suhu panas.
  • Peningkatan produksi keringat.
  • Gemetar.
  • Susah tidur.
  • Kulit tipis.
  • Rambut dan kuku rapuh.
  • Kelemahan otot.
  • Penurunan berat badan.
  • Pembengkakan mata (dipicu penyakit Graves).

Selain penyakit Graves, hipertiroidisme pada anak dapat disebabkan oleh nodul tiroid hiperfungsi dan tiroiditis. Gejalanya pun mirip hipertiroidisme pada orang dewasa, ditambah dengan bertambahnya nafsu makan, gondok, dan peningkatan frekuensi buang air besar.

Jika hipertiroidisme tak ditangani, ada beberapa komplikasi yang mengintai, seperti masalah penglihatan, masalah kehamilan (dari lahir prematur hingga keguguran), dan badai tiroid yang akibatnya bisa fatal. Oleh karena itu, diagnosis dan pengobatan harus disegerakan.

Tes darah dibutuhkan untuk memonitor kadar T4 dan TSH dalam darah. Jika T4 terlalu tinggi sedangkan TSH terlalu rendah, maka positif hipertiroidisme.

Selain itu, dokter biasanya memberikan asupan yodium dengan level radioaktif rendah lewat oral atau suntikan, lalu mengukur seberapa banyak yang dapat diterima oleh kelenjar tiroid. Jika terlalu banyak yang diserap, juga positif hipertiroidisme.

Beberapa pengobatan untuk hipertiroidisme mencakup:

  • Obat antitiroid: Untuk mencegah kelenjar tiroid memproduksi hormon, seperti methimazole.
  • Pil yodium radioaktif dosis besar: Saat kelenjar tiroid menyerap yodium, ia juga menarik yodium radioaktif yang merusak kelenjar.
  • Pembedahan: Jika hipertiroidisme sudah tak tertolong, pembedahan dapat dilakukan untuk mengangkat kelenjar tiroid yang rusak.

Jika pasien telah menjalani opsi dua dan tiga, maka ia lebih rentan terkena hipotiroidisme dan butuh asupan hormon tiroid setiap hari karena kelenjar tiroid rusak atau telah diangkat.

Baca Juga: Kanker Tiroid: Jenis, Gejala, Penyebab, dan Penanganannya

2. Hipotiroidisme

6 Penyakit Tiroid yang Paling Sering Terjadi di Segala Usiailustrasi hipotiroidisme (scientificanimations.com)

Kebalikan dari hipertiroidisme, hipotiroidisme adalah situasi saat kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid terlalu sedikit.

Selain operasi pengangkatan tiroid dan terapi yodium radioaktif, kondisi hipotiroidisme sering kali dipicu oleh penyakit Hashimoto/tiroiditis Hashimoto, yaitu inflamasi pada kelenjar tiroid (tiroiditis), sehingga mengganggu produksi hormon tiroid.

Karena sel darah putih dan sistem imun berbalik menyerang kelenjar tiroid, produksinya pun menurun drastis. Gejala-gejala hipotiroidisme adalah sebagai berikut:

  • Kelelahan.
  • Penambahan berat badan.
  • Depresi.
  • Sensitif terhadap suhu dingin.
  • Kulit dan rambut kering.
  • Nyeri otot.

Hipotiroidisme juga dapat terjadi pada anak-anak. Terdapat tiga jenis kasus hipotiroidisme pada anak:

  • Hipotiroidisme kongenital: Saat perkembangan kelenjar tiroid pada janin tidak sempurna. Kondisi ini memengaruhi sekitar 1 dari 2.000 hingga 4.000 bayi baru lahir, mengutip MedlinePlus.
  • Hipotiroidisme autoimun: Kondisi yang sama dengan penyakit Hashimoto atau tiroiditis limfositik kronis (chronic lymphocytic thyroiditis), saat sistem imun menyerang kelenjar tiroid. Kondisi ini lebih sering menyerang remaja perempuan.
  • Hipotiroidisme latrogenik: Disebabkan oleh operasi pengangkatan kelenjar tiroid atau hancurnya kelenjar tiroid.

Jika tidak ditangani, NHS memperingatkan bahaya komplikasi hipotiroidisme yang menyebabkan gondok, komplikasi kehamilan (preeklampsia, anemia pada ibu hamil, kecatatan pada bayi, kelahiran prematur, dan keguguran), hingga penyakit jantung.

Bersifat jarang, hipotiroidisme juga menyebabkan koma miksedema, yang ditandai dengan gejala linglung, hipotermia, hingga sering mengantuk. Kalau sudah mengalami koma miksedema, harus segera dilarikan ke rumah sakit untuk diganti hormon tiroidnya lewat intravena.

Untuk diagnosis, tes darah akan dilakukan untuk mengukur kadar TSH dan hormon tiroid. Jika TSH tinggi dan T4 rendah, maka positif hipotiroidisme karena kelenjar pituitari melepaskan lebih banyak TSH untuk menstimulasi kelenjar tiroid yang kurang aktif.

Pengobatan utama untuk hipotiroidisme adalah minum pil hormon tiroid dengan dosis yang terukur. Bila terlalu banyak, malah dapat merangsang gejala hipertiroidisme.

3. Penyakit Hashimoto

6 Penyakit Tiroid yang Paling Sering Terjadi di Segala Usiailustrasi penyakit Hashimoto (thyroid.org)

Dikenal juga dengan nama medis tiroiditis limfositik kronis (chronic lymphocytic thyroiditis), penyakit Hashimoto adalah salah satu penyebab utama hipotiroidisme yang paling sering.

Merupakan penyakit autoimun, penyakit Hashimoto membuat sistem imun dan sel darah putih berbalik menyerang kelenjar tiroid, sehingga produksinya terhambat dan menyebabkan hipotiroidisme. Lebih sering menyerang perempuan, penyakit ini lebih sering menunjukkan gejalanya pada usia 40–60 tahun.

Beberapa orang dengan kasus tiroiditis Hashimoto ringan mungkin tidak menunjukkan gejala dan tetap stabil selama bertahun-tahun. Sering kali, gejala juga tidak kentara dan tidak spesifik, mirip gejala banyak kondisi medis lainnya.

Jika muncul gejala, ini bisa meliputi:

  • Kelelahan.
  • Kenaikan berat badan.
  • Sensitif terhadap suhu dingin.
  • Nyeri sendi dan otot.
  • Sembelit.
  • Rambut kering dan menipis.
  • Siklus haid tidak teratur hingga masalah kehamilan.
  • Depresi.
  • Gangguan memori.
  • Denyut jantung melambat (bradikardia).

Jika tak diobati, penyakit Hashimoto dapat menyebabkan hipotiroidisme sehingga mengarah pada komplikasi-komplikasi seperti gondok, penyakit jantung, masalah kehamilan, hingga koma miksedema.

Untuk diagnosis, akan dilakukan tes darah untuk memeriksa kadar TSH dan hormon T3 dan T4. Tidak jarang, karena ini merupakan penyakit autoimun, dokter juga akan memeriksa kadar antibodi anti tiroid yang bernama thyroperoxidase antibodies (TPO) abnormal, yang dapat ditemukan pada pasien penyakit Hashimoto.

Sejatinya, tak ada obat untuk mengobati penyakit Hashimoto. Kabar baiknya, penyakit ini berkembang secara perlahan. Oleh karena itu, konsumsi obat hormon sintetis seperti levothyroxine sering digunakan untuk meringankan gejala. Meski jarang terjadi, operasi bisa dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh kelenjar tiroid yang sudah rusak akibat penyakit Hashimoto tahap kronis.

Baca Juga: 7 Tanda Gangguan Tiroid pada Perempuan, Jangan Lengah!

4. Penyakit Graves

6 Penyakit Tiroid yang Paling Sering Terjadi di Segala Usiailustrasi penyakit Graves (aao.org)

Penyakit Graves adalah penyebab paling umum hipertiroidisme paling umum. Sama seperti penyakit Hashimoto, penyakit Graves juga merupakan penyakit autoimun yang menyerang kelenjar tiroid. Bedanya, karena menerima terlalu banyak imunoglobulin perangsang tiroid (thyroid-stimulating immunoglobulin/TSI), kelenjar tiroid malah memproduksi terlalu banyak hormon.

Diterangkan dalam laman Office on Women's Health, penyakit Graves bersifat diturunkan dan lebih rentan menyerang perempuan usia 20–30 tahun. Namun, faktor lain juga bisa berkontribusi, seperti stres, kehamilan, dan kebiasaan merokok maupun menjadi perokok pasif.

Gejala-gejala menyerupai hipertiroidisme, dengan sedikit tambahan seperti:

  • Mata bengkak (hanya pada penyakit Graves, disebut oftalmopati Graves/GO).
  • Kulit menebal dan berubah kemerahan, terutama pada tulang kering dan kaki bagian atas (hanya pada penyakit Graves, disebut dermopati Graves/miksedema pretibial).
  • Mood swing hingga cepat marah atau gugup.
  • Kelelahan.
  • Kelemahan otot.
  • Sensitif terhadap suhu panas.
  • Susah tidur.
  • Tangan gemetar.
  • Palpitasi jantung.
  • Diare.
  • Penurunan berat badan.
  • Gondok.

Jika tidak ditangani, ada beberapa komplikasi akibat penyakit Graves yang bisa terjadi, seperti penyakit kardiovaskular, kebutaan karena GO, tulang rapuh hingga osteoporosis, hingga dapat membahayakan ibu hamil dan janin. Penyakit Graves juga dapat memicu badai tiroid dalam tubuh yang mengancam nyawa.

Untuk diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik seperti mata bengkak, gondok, denyut jantung, serta tekanan darah. Tes darah untuk menguji rendahnya kadar T4 dan tingginya TSH juga dapat mengonfirmasi penyakit Graves. Selain itu, pemberian yodium juga dapat mengonfirmasi seberapa cepat penyerapannya oleh kelenjar tiroid. Jika terlalu cepat, maka positif penyakit Graves.

Walaupun tidak bisa disembuhkan, tetapi gejala-gejala penyakit bisa dikendalikan dengan prosedur yang sama untuk penanganan hipertiroidisme, yaitu:

  • Obat antitiroid: Agar kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon terlalu banyak.
  • Yodium radioaktif: Untuk menghancurkan kelenjar tiroid.
  • Operasi: Untuk mengangkat sebagian atau seluruh kelenjar tiroid yang rusak karena obat anti tiroid atau yodium radioaktif.
  • Beta-blocker: Untuk meringankan gejala palpitasi jantung, waswas, dan gemetar.

5. Gondok

6 Penyakit Tiroid yang Paling Sering Terjadi di Segala Usiailustrasi penyakit gondok atau goiter (commons.wikimedia.org/Dr. J.S.Bhandari, India)

Pembengkakan kelenjar tiroid, disebut penyakit gondok, kerap diasosiasikan dengan rendahnya konsumsi yodium, yang diperkirakan mempengaruhi sekitar 2,2 miliar orang, mengutip StatPearls. 

Selain itu, dirangkum dari Verywell Health, gondok juga bisa terjadi karena:

  • Penyakit Graves.
  • Penyakit Hashimoto.
  • Nodul tiroid.
  • Kanker tiroid.
  • Kehamilan.
  • Tiroiditis.

Perempuan lebih rentan terhadap gangguan tiroid dibandingkan laki-laki dan lebih mungkin terkena penyakit gondok. Penyakit gondok juga lebih sering terjadi setelah usia 40 tahun.

Jika tidak parah, gondok tidak menimbulkan gejala yang berarti. Namun, jika membesar, Healthline memaparkan bahwa gondok dapat menyebabkan gejala-gejala berikut:

  • Pembengkakan dan sensasi sesak pada leher.
  • Kesulitan bernapas atau menelan.
  • Batuk atau mengi.
  • Suara serak.

Selain itu, terdapat tiga jenis gondok yang paling umum:

  • Koloid (endemik): Akibat kekurangan yodium.
  • Nontoksik (sporadik): Akibat pengobatan, seperti litium untuk gangguan bipolar. Seperti namanya, gondok sporadik tidak berbahaya dan tidak merusak kelenjar tiroid.
  • Nodular/multinodular: Membentuk nodul tunggal atau jamak seiring ia membesar, yang memproduksi hormon tiroid sehingga menyebabkan hipertiroidisme.

Sejatinya, gondok tidak berbahaya. Namun, kalau dibiarkan membesar hingga menghasilkan nodul, maka dapat menyebabkan hipotiroidisme dan hipertiroidisme. Belum lagi, bengkaknya leher bikin susah bernapas dan menelan, serta suara menjadi serak.

Dokter akan mengecek daerah leher sambil memintamu untuk menelan. Selain itu, tes darah yang memeriksa kadar hormon tiroid, TSH, dan antibodi dalam darah juga adalah bagian diagnosis penyebab gondok. USG juga bisa dilakukan untuk memeriksa pembengkakan atau nodul yang muncul.

Kalau gondok masih kecil dan jinak, tidak perlu diobati. Namun, jika gondok sudah berpotensi menyebabkan gangguan lain, pengobatannya meliputi:

  • Obat: Jika hipotiroidisme atau hipertiroidisme terjadi, biasanya obat-obatan untuk kedua kondisi tersebut cukup untuk mengempiskan. Pemberian kortikosteroid dapat mengurangi inflamasi.
  • Operasi/tiroidektomi: Hanya jika pasien tidak merespons pengobatan.
  • Yodium radioaktif: Dikonsumsi secara oral, yodium radioaktif diedarkan oleh darah untuk menghancurkan jaringan tiroid yang overaktif.
  • Pengobatan rumah: Dengan cara mengurangi atau menambah asupan yodium sesuai kebutuhan.

6. Nodul tiroid

6 Penyakit Tiroid yang Paling Sering Terjadi di Segala Usiailustrasi penyakit tiroid (frontiersin.org/Volume 14 - 2023)

Berbeda dengan gondok, nodul tiroid adalah benjolan yang tumbuh di kelenjar tiroid. Bagi mereka, terutama perempuan, yang tinggal kawasan kaya akan yodium, nodul tiroid dapat tumbuh cukup besar hingga bisa dirasakan. Penyebab pastinya pun masih belum diketahui, tetapi kekurangan yodium dan penyakit Hashimoto diyakini dapat berkontribusi.

Nodul tiroid ini bisa keras atau berisi cairan, dan bisa berkembang menjadi kanker tiroid meskipun mayoritas kasusnya jinak. Biasanya asimtomatis, nodul tiroid dapat membesar hingga menyebabkan leher bengkak, sesak napas, sulit menelan, rasa sakit pada pangkal leher, dan gondok.

Karena dapat memproduksi hormon secara berlebih, maka gejala-gejala hipertiroidisme pun dapat terjadi, seperti:

  • Palpitasi jantung.
  • Susah tidur.
  • Nafsu makan meningkat.
  • Tremor.
  • Kelemahan otot.
  • Penurunan berat badan.
  • Kulit lembap.

Tak jarang juga, gejala-gejala hipotiroidisme pun dapat terjadi, seperti:

  • Kelelahan.
  • Kenaikan berat badan.
  • Sembelit.
  • Sensitivitas terhadap suhu dingin.
  • Kulit dan rambut kering.
  • Kuku rapuh.

Biasanya, nodul tiroid didiagnosis dengan pemeriksaan fisik lewat pencitraan USG, MRI, dan CT scan. Setelahnya, pengecekan kadar TSH dan pencitraan nuklir tiroid (pemindaian tiroid) juga dilakukan untuk memastikan hipotiroidisme atau hipertiroidisme. Biopsi aspirasi jarum halus juga dilakukan untuk mengambil sampel dari nodul untuk mengetahui keganasannya.

Nodul tiroid jinak biasanya tidak membutuhkan perawatan. Kemungkinan besar, dokter hanya menyarankan terapi yodium radioaktif untuk mengempiskan nodul jika ada potensi membengkak.

Berdasarkan keterangan dari National Cancer Institute, kasus nodul yang menjadi kanker cukup langka.

Perawatan nodul tiroid bergantung dari tipenya. Biasanya dengan pembedahan, tetapi terapi radioaktif juga ikut dilakukan. Jika nodul tersebut jadi kanker dan menyebar ke organ tubuh lain, maka harus dilakukan kemoterapi.

Itulah beberapa penyakit tiroid yang paling sering terjadi di segala rentang usia, dari usia belia hingga lanjut usia. Konsumsi yodium secara cukup dengan nutrisi dan gaya hidup sehat lainnya amat penting untuk mencegah penyakit-penyakit pada kelenjar tiroid. Mengetahui penyakit-penyakit tersebut penting sebagai upaya pencegahan. Skrining tiroid penting sebagai deteksi dini bila ada gangguan, sehingga penanganan bisa segera dilakukan.

Baca Juga: Penyakit Graves: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobatinya

Topik:

  • Nurulia
  • Jumawan Syahrudin
  • Bayu Aditya Suryanto
  • Bayu Nur Seto

Berita Terkini Lainnya