Mengintip Sejauh Mana Perjalanan Calon Vaksin COVID-19

Siapa saja kandidat dalam fase uji praklinis dan uji klinis?

Sudah hampir 9 bulan lamanya semenjak kasus pneumonia misterius yang terdeteksi di Wuhan, Tiongkok, pertama kali dilaporkan ke Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 31 Desember 2019 lalu, yang selanjutnya dikenal sebagai COVID-19.

Pada 11 Maret 2020, WHO menetapkan status penyakit ini sebagai sebuah pandemi. Bersama dengan perjalanan COVID-19, para peneliti di berbagai belahan dunia "bertualang" menciptakan vaksin.

Dalam rilis berjudul Draft Landscape of COVID-19 Candidate Vaccines, WHO mencatat pada 25 September 2020, setidaknya sudah ada 40 calon vaksin yang telah masuk fase uji klinis dan 149 yang masuk uji praklinis.

1. Kandidat vaksin yang telah masuk uji klinis fase 4

Mengintip Sejauh Mana Perjalanan Calon Vaksin COVID-19The Jakarta Post

Laman International Standard Randomized Controlled Trial Number (ISRCTN), merangkum penjelasan tentang uji klinis fase 4 bersumber dari WHO (diakses pada 29 September pagi). Menurut laman tersebut, uji klinis fase 4 menunjukkan suatu obat (termasuk vaksin) telah memiliki izin edar, sehingga dapat diresepkan. Meski begitu, keamanan, efek samping, dan efektivitas dari obat tersebut masih tetap dimonitor selama digunakan dalam praktik klinis.

Berdasarkan laporan perkembangan dari WHO, saat ini belum ada vaksin yang masuk dalam tahap ini. Sehingga, bisa diartikan bahwa belum ada vaksin untuk penyakit COVID-19 yang sudah diproduksi masal, memiliki izin edar, dan dapat diresepkan.

2. Kandidat vaksin yang telah masuk uji klinis fase 3

Mengintip Sejauh Mana Perjalanan Calon Vaksin COVID-19Outsourching-pharma.com

Masih dari laman ISRCTN, yang dimaksud dengan uji klinis fase 3 adalah fase di mana suatu obat memiliki lisensi untuk dapat diproduksi berskala besar. Walaupun demikian, uji klinis secara acak masih dibutuhkan untuk melihat perbandingan dengan pengobatan lain yang sudah ada dan/atau dibandingkan dengan plasebo. Efektivitas obat baru, efek samping, dan semua efek jangka panjang yang mungkin muncul dilihat dalam uji klinis pada fase ini.

Menurut laporan WHO per 25 September 2020, ada 9 kandidat vaksin yang telah masuk dalam uji klinis fase 3 dan memiliki lisensi untuk diedarkan secara masal, di mana 4 di antaranya menggunakan material vaksin dari vektor virus yang tidak bereplikasi, 3 menggunakan virus yang diinaktivasi, dan 2 menggunakan asam riboknukleat (RNA). Ke-9 kandidat vaksin tersebut digunakan melalui injeksi intramuskular atau melalui otot.

Ke-9 kandidat vaksin tersebut dikembangkan atau dibuat oleh:

  1. University of Oxford, Inggris, dan AstraZeneca, Inggris
  2. CanSino Biological Inc., Tiongkok, dan Beijing Institute of Biotechnology, Tiongkok
  3. Gamaleya Research Institute, Rusia
  4. Janssen Pharmaceutical Companies, Belgia
  5. Sinovac, Tiongkok
  6. Wuhan Institute of Biological Products, Tiongkok, dan Sinopharm, Cina
  7. Beijing Institute of Biological Products, Tiongkok, dan Sinopharm, Cina
  8. Moderna, Amerika Serikat (AS), dan NIAID, AS
  9. BioNTech, Jerman; Fosun Pharma, Tiongkok; dan Pfizer, AS

Baca Juga: Relawan Vaksin AstraZeneca Mengalami Kondisi Neurologis Langka

3. Kandidat vaksin yang telah masuk uji klinis fase 2

Mengintip Sejauh Mana Perjalanan Calon Vaksin COVID-19cosmosmagazine.com

Uji klinis fase 2 berarti telah digunakan pada manusia sesuai yang ditargetkan, dengan tujuan untuk mengetahui keamanan pada pasien dan dosis efektif yang sesuai.

Berdasarkan unggahan dari WHO, per 28 September 2020, terdapat 3 kandidat vaksin yang telah masuk dalam uji klinis fase 2. Dua dari kandidat vaksin tersebut menggunakan material protein subunit dan digunakan melalui otot, sementara satu lagi menggunakan material RNA. Kandidat-kandidat tersebut dikembangkan oleh:

  1. Novavax, US
  2. Anhui Zheifei Longcom Biopharmaceutical, Tiongkok, dan Institute of Microbiology, Chinese Academy of Sciences, Tiongkok
  3. Curevac, Jerman

4. Kandidat vaksin yang telah masuk uji klinis fase 1 ke 2

Mengintip Sejauh Mana Perjalanan Calon Vaksin COVID-19American Oncology Network

Uji klinis fase ini dimaksudkan untuk melihat keamanan obat secara umum dan perkiraan dosis yang sesuai dengan target terapi, kadang menjadi kurang etis untuk memaparkan sukarelawan sehat dengan obat yang diprediksi memiliki efek samping, seperti obat-obatan kemoterapi kanker.

Berdasarkan laporan WHO, saat ini ada 11 kandidat yang masuk dalam tahap ini. Sebanyak 3 kandidat menggunakan virus yang diinaktivasi dengan jalur pemberian intramuskular, 4 menggunakan DNA dan 2 di antaranya menggunakan jalur pemberian intradermal atau dalam kulit, dan 2 lainnya menggunakan intramuskular.

Selain itu, ada 2 kandidat yang menggunakan material protein subunit dengan jalur pemberian intramuskular, 1 kandidat dengan RNA, dan 1 kandidat dengan virus-like particles, atau penggunaan multiprotein yang strukturnya menyerupai suatu virus.

Kandidat-kandidat tersebut dikembangkan oleh:

  1. Institute of Medical Biology, Chinese Academy of Medical Sciences
  2. Research Institute of Biological Safety Problems, Kazakhtan
  3. Inovio Pharmaceutical, US, dan International Vaccine Institute, Korea Selatan
  4. Osaka University, Jepang; AnGes, Jepang; dan Takara Bio, Jepang
  5. Cadila Healthcare Limited, India
  6. Genexine Consortium, Korea Selatan
  7. Bharat Biotech, India
  8. Kentucky Bioprocessing, AS
  9. Sanofi Pasteur, Prancis, dan Glaxo Smith Kline, Inggris
  10. Arcturus dan Duke-NUS, Singapura
  11. SpyBiotech dan Serum Institute of India

5. Kandidat vaksin yang telah masuk uji klinis fase 1

Mengintip Sejauh Mana Perjalanan Calon Vaksin COVID-19pharmaceutical-journal.com

Merangkum dari keterangan WHO, uji pada tahap ini dilakukan pada sedikit orang yang seringnya adalah orang sehat untuk melihat rentang dosis yang aman untuk suatu obat, serta melihat efek samping yang terjadi.

Saat ini terdapat 17 kandidat vaksin yang tercatat oleh WHO telah memasuki uji klinis fase 1 ini. Sebanyak 3 kandidat menggunakan material vektor antivirus yang tidak bereplikasi dan diberikan melalui otot, sebanyak 9 kandidat menggunakan protein subunit (yang mana salah satunya diberikan dengan cara subkutan atau di bawah kulit dan lainnya melalui otot), sebanyak 2 kandidat menggunakan vektor virus yang bereplikasi, serta 1 kandidat menggunakan RNA.

Pengembang dari kandidat-kandidat tersebut adalah:

  1. ReiThera, LEUKOCARE, dan Univercells
  2. Institute of Biotechnology, Academy of Military Medical Science, PLA of China
  3. Vaxart
  4. Clover Biopharmaceuticals Inc, Glaxo Smith Kline, dan Dynavax
  5. Vaxice Pty. Ltd. dan Medytox
  6. University of Queensland, CSL, dan Sequirus
  7. Medigen Vaccine Biologics Corporation, NIAID, dan Dynavax
  8. Instituto Finlay de Vacunas, Cuba
  9. FBRI SRC VB Vector, Rospotrebnadzor, Koltsovo
  10. West China Hospital, Sinchuan University
  11. University of Tuebigen
  12. COVAXX
  13. Institute of Pasteur, Themis, Univ. of Pittsburg CVR, dan Merck Sharp & Dohme
  14. Beijing Wantai Biological Pharmacy dan Xiamen University
  15. Imperial College London

 

6. Kandidat vaksin yang memasuki fase uji praklinis

Mengintip Sejauh Mana Perjalanan Calon Vaksin COVID-19nutraingredients.com

Dalam guideline WHO tentang evaluasi klinis dari evaluasi vaksin, disebutkan bahwa penelitian praklinis dilakukan di laboratorium dan menggunakan teknik in vitro (menggunakan mikroorganisme), atau jika dibutuhkan menggunakan teknik in vivo pada hewan.

Penelitian praklinis dan data laboratorium, termasuk detail dari pengembangan dan produk dari suatu vaksin bersama dengan hasil dari pengujian yang cukup kuat, diperlukan sehingga dapat dilakukan uji lanjutan secara klinis pada manusia.

Saat ini, terdapat 149 kandidat vaksin yang masih dalam tahap uji praklinis. Kandidat-kandidat tersebut dikembangkan baik oleh universitas, lembaga penelitian, atau industri farmasi yang berasal dari berbagai negara seperti Inggris, Swedia, Turki, Tiongkok, Jepang, India, AS, Spanyol, Mesir, Thailand, Vietnam, Argentina, Israel, Rusia, Hong Kong, dan Belanda.

7. Kandidat vaksin yang belum masuk uji

Mengintip Sejauh Mana Perjalanan Calon Vaksin COVID-19sinerga.it

Di luar dari data tersebut, kemungkinan masih banyak kandidat vaksin yang masih masuk dalam tahap drug development. Pada masa digitalisasi saat ini, salah satu yang terpengaruh adalah penggunaan perangkat-perangkat lunak untuk uji in silico.

Uji tersebut dimaksudkan untuk melihat kemungkinan efektivitas struktur dari suatu obat termasuk vaksin terhadap target. Uji ini juga dimaksudkan untuk menurunkan biaya penelitian, baik in vitro maupun in vivo pada hewan. Selain itu, uji ini juga sebagai salah satu cara kemanusiaan untuk mengurangi jumlah hewan coba yang terpapar dan berisiko menyebabkan kematian.

Itu dia perjalanan calon vaksin COVID-19 berdasarkan data dari WHO. Sambil menunggu sampai diproduksinya vaksin secara massal, tetap pastikan patuh pada protokol kesehatan dengan jaga jarak, pakai masker, sesering mungkin cuci tangan, hindari menyentuh wajah, terapkan pola hidup sehat, kelola stres dengan baik, dan jangan keluar rumah bila tak ada kepentingan mendesak.

Baca Juga: Catat! Ini Cara Membedakan Batuk Biasa dengan Batuk COVID-19

Amalia Rizki Photo Writer Amalia Rizki

Proud to be your pharmacist

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya