Dysgeusia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa kalian pernah merasakan logam pada makanan?

Rasanya tidak enak bukan jika makan makanan yang kita suka tetapi ketika dikunyah rasanya aneh menyerupai logam? Bila pernah merasakannya, ada kemungkinan kamu mengalami gangguan pada indra pengecap. Ada banyak gangguan yang bisa menyerang, salah satunya adalah dysgeusia.

Dysgeusia adalah gangguan persepsi rasa, yang mana ketika kamu sedang merasakan makanan yang sebetulnya manis, tetapi makanan tersebut rasanya berubah menjadi asam, pahit, atau bahkan seperti logam. Ini tentu saja sangat mengganggu.

1. Apa itu dysgeusia?

Dysgeusia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi menjilat es krim cokelat di bibir (pexels.com/Karolina Grabowska)

Dilansir Enhealth, dysgeusia adalah kondisi ketika persepsi seseorang saat merasakan makanan menjadi manis, asam, pahit, atau metalik seperti logam. Kondisi ini bisa memengaruhi nafsu makan dan pola makan.

Menurut laporan "The Impact of Aging and Medical Status on Dysgeusia" dalam The American Journal of Medicine tahun 2016, National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) tahun 2011–2012 melaporkan bahwa lebih dari 5 persen dari 142 juta responden di Amerika Serikat (AS) mengalami gangguan pada indra pengecap, dan lebih dari 10 persen mengalami gangguan pada indra penciuman selama 12 bulan terakhir.

Jenis kelamin tidak berhubungan dengan dengan prevalensi kedua gangguan tersebut, tetapi pertambahan usia dihubungkan dengan peningkatan prevalensi gangguan pada indra pengecap maupun penciuman.

2. Gejala

Dysgeusia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi sakit kepala (pexels.com/Olly)

Dilansir Verywell Health, perubahan pada indra perasa bisa memengaruhi saat makan dan minum, bahkan saat sedang tidak mengonsumsi apa-apa. Beberapa orang mengeluhkan rasa logam, rasa pahit, rasa asin, atau rasa manis yang tidak menyenangkan.

Gangguan ini dapat mengganggu kenikmatan terhadap semua atau beberapa makanan, tetapi jarang menyebabkan mual. Selain itu, dysgeusia sering menyebabkan rasa enggan terhadap makanan tertentu.

Dengan dysgeusia, kemungkinan akan ada gejala lain yang dirasakan. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyebab yang mendasari dysgeusia dan bukan disebabkan oleh distorsi rasa. Gejala-gejala tersebut antara lain:

  • Bau mulut.
  • Hidung tersumbat.
  • Sakit tenggorokan.
  • Mual.
  • Sakit perut.
  • Sakit kepala.
  • Kelelahan.
  • Demam.
  • Mulut kering.
  • Nyeri di dalam mulut.

3. Penyebab

Dysgeusia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi lidah (pexels.com/Oleg Magni)

Dilansir Health Grades, ada tiga kategori penyebab dysgeusia, yakni:

1. Akibat dari gangguan saluran cerna, seperti:

  • Esofagitis.
  • Gastroesophageal reflux disease (GERD).
  • Perut kembung akibat gas.
  • Tukak lambung.

2. Penyebab lain dysgeusia juga bisa karena kondisi lain seperti:

  • Infeksi bakteri.
  • Dehidrasi.
  • Obat-obatan (misal: obat diuretik, hipertensi, dan diabetes).
  • Seriawan atau terdapat abses.
  • Kebersihan mulut yang buruk.
  • Infeksi sinus.
  • Sindrom Sjogren (penyakit autoimun yang ditandai dengan mata dan mulut kering).
  • Penggunaan tembakau (merokok).
  • Infeksi virus.

3. Penyebab dysgeusia yang serius atau mengancam jiwa

Dalam beberapa kasus, dysgeusia mungkin merupakan gejala dari kondisi serius atau mengancam jiwa yang harus segera mendapat penanganan medis, seperti:

  • Kanker mulut.
  • Infeksi parah.
  • Stroke.

Baca Juga: Tinea Nigra: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

4. Diagnosis

Dysgeusia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan PengobatanIustrasi konsultasi dokter (pexels.com/cottonbro)

Dokter akan memeriksa pasien dan menanyakan gejala. Bila memang pasien mengalami dysgeusia, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi penyebabnya. Dalam banyak kasus, mengobati akar penyebabnya dapat meredakan gejala dan membantu indra perasa kembali normal.

Pasien mungkin perlu menjalani tes diagnostik untuk mengevaluasi lebih lanjut perubahan indra perasa. Untuk tahap awal, dokter mungkin akan memulai dengan tes identifikasi bau untuk melihat apakah dysgeusia terkait dengan anosmia (kehilangan indra penciuman). Dokter juga dapat melanjutkan dengan penilaian ambang rasa atau diskriminasi rasa.

Jika dokter mencurigai bahwa kekurangan nutrisi menyebabkan dysgeusia, mungkin pasien akan direkomendasikan untuk melakukan tes darah, seperti hitung darah lengkap. Dokter juga mungkin akan memesan tes untuk mengukur kadar kalium, kalsium, zat besi, dan vitamin B12.

Apabila dokter khawatir terdapat pertumbuhan atau kelainan struktural yang menyebabkan perubahan indra perasa, maka dokter mungkin melakukan tes pencitraan, seperti sinar-X, pemindaian CT, atau MRI.

5. Pencegahan

Dysgeusia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi menyikat gigi (pexels.com/Cottonbro)

Menurut laporan dalam Encyclopedia of the Human Brain tahun 2020, pencegahan yang bisa dilakukan agar terhindar dari dysgeusia di antaranya:

  • Menggunakan peralatan perak non.logam.
  • Menghindari makanan yang terasa seperti logam atau pahit.
  • Mengonsumsi makanan tinggi protein.
  • Menyajikan makanan dingin untuk mengurangi rasa atau bau yang tidak sedap.
  • Rajin menyikat gigi.
  • Menggunakan obat kumur.
  • Mengunyah permen karet bebas gula.

6. Komplikasi yang bisa terjadi

Dysgeusia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi menimbang berat badan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Apabila mengalami dysgeusia untuk waktu yang singkat, kemungkinan akan terjadi penurunan nafsu makan. Penderitanya mungkin kehilangan berat badan jika masalah ini berlangsung beberapa hari. Bahkan, ibu hamil yang mengalami dysgeusia sering kali kehilangan beberapa kilogram. Namun, pada orang yang sehat, nafsu makan dipulihkan setelah dysgeusia sembuh, dan kebanyakan orang bisa menambahkan berat badan kembali.

Ketika distorsi rasa disebabkan oleh kondisi jangka panjang, seperti diabetes, penyakit gastrointestinal (GI), atau stroke, itu dapat menyebabkan kekurangan gizi. Beberapa orang mengalami penurunan berat badan.

Dysgeusia tidak selalu membuat berat badan menyusut, tetapi penderitanya dapat mengembangkan preferensi untuk makan makanan yang tidak sehat yang dapat menyebabkan kekurangan gizi, bahkan tanpa ada penurunan berat badan.

7. Pengobatan

Dysgeusia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi minum obat (pexels.com/Jeshoots)

Opsi pengobatan dysgeusia bergantung pada penyebab yang mendasarinya. Bila penyebabnya karena kekurangan mineral atau vitamin, konsumsi vitamin atau multivitamin seperti vitamin B12, B kompleks, dan zink dapat membantu. 

Jika karena obat-obatan, beralih ke obat lain dapat membantu memulihkan indra perasa yang normal.

Menangani gangguan lain yang dapat memicu hilangnya rasa, seperti diabetes, gangguan tiroid, atau masalah ginjal juga dapat membantu perbaikan.

Mengurangi atau berhenti merokok atau bentuk penggunaan tembakau lainnya serta mengelola refluks asam baik dengan obat-obatan atau modifikasi pola makan juga bisa membantu. Minum banyak air juga bisa berguna untuk mengatasi mulut kering akibat sindrom Sjogren, terapi radiasi, atau hilangnya rasa terkait usia.

Dysgeusia sering kali ringan, tetapi bisa sangat mengganggu. Kondisi ini dapat memengaruhi kenikmatan makanan dan mungkin mengganggu bahkan ketika kamu tidak makan. Bicarakan dengan dokter jika mengalami gangguan indra perasa yang berlangsung lebih dari beberapa hari.

Baca Juga: Mengenal COVID Tongue, Bercak di Lidah yang Jadi Gejala Baru COVID-19

Derinda Astri Irdiyana  Photo Verified Writer Derinda Astri Irdiyana

Jual hamster Bergas Ungaran Kabupaten Semarang Instagram @dekyrahamster030721

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya