Studi: Asam Folat Kurangi Risiko Kejadian Bunuh Diri

Risiko kejadian bunuh diri turun hingga 44 persen

Para ahli merekomendasikan banyak strategi dan perawatan untuk mengurangi risiko bunuh diri, termasuk psikoterapi, dukungan dari orang-orang sekitar, dukungan ekonomi, dan obat-obatan seperti antidepresan.

Tidak banyak yang memasukkan suplemen asam folat ke dalam daftar strategi dan perawatan tersebut. Namun, sebuah penelitian baru-baru ini yang dilakukan di University of Chicago, Amerika Serikat, bisa mengubahnya.

1. Risiko kejadian bunuh diri turun hingga 44 persen

Penelitian yang diterbitkan jurnal JAMA Psychiatry pada 28 September 2022 lalu menyelidiki apakah mengonsumsi vitamin asam folat bisa membantu mengurangi risiko bunuh diri.

Penelitian tersebut menggunakan data dari database klaim medis farmakoepidemiologi di Amerika Serikat (AS) untuk pasien yang diresepkan asam folat (vitamin B9) dari tahun 2012 hingga 2017. Proses ini kemudian diulangi dengan suplemen kontrol (vitamin B12).

Lebih dari 80 persen pasien dalam penelitian ini adalah perempuan, dan sedikit di atas 10 persen berusia 60 tahun atau lebih.

Para peneliti menemukan bawah pasien yang diresepkan asam folat mengalami penurunan dalam kejadian bunuh diri (usaha bunuh diri dan melukai diri dengan sengaja) sebanyak 44 persen.

Robert Gibbons, Ph.D., Profesor Biostatistik dan Kedokteran Blum-Riese di University of Chicago, penulis utama studi ini, berharap temuan ini dapat meningkatkan upaya pencegahan bunuh diri, terutama karena asam folat yang mudah diakses.

"Tidak ada efek samping yang nyata, tidak menghabiskan banyak uang, dan ini bisa didapat tanpa resep dokter," kata Gibbons seperti dilansir Neuroscience News. "Ini bisa berpotensi menyelamatkan puluhan ribu nyawa."

2. Penelitian sebelumnya yang mendukung studi baru ini

Studi: Asam Folat Kurangi Risiko Kejadian Bunuh Diriilustrasi suplemen asam folat (pexels.com/Artem Podrez)

Kepada Healthline, Naomi Torres-Mackie, PhD, seorang psikolog klinis di Lenox Hill Hospital, AS, mengatakan bahwa dampak kekurangan vitamin pada suasana hati telah dipelajari sebelumnya, dengan vitamin B yang paling sering diperiksa, terutama vitamin B12.

Para ahli menekankan bahwa studi lebih lanjut diperlukan dan bahwa orang-orang dalam krisis kesehatan mental atau yang memiliki pikiran untuk bunuh diri harus segera mencari bantuan medis.

Torres-Mackie mencatat bahwa penting bagi orang-orang yang memiliki pemikiran untuk bunuh diri dipantau oleh profesional kesehatan mental yang memiliki pelatihan dalam bunuh diri dan manajemen krisis.

"Cara spesifik bagaimana mana ide bunuh diri dirawat tergantung pada penyebab yang mendasarinya, karena pikiran untuk bunuh diri dapat dikaitkan dengan kondisi kesehatan mental, umumnya psikosis, atau depresi. Studi ini tampaknya menjanjikan,” kata Torres-Mackie.

Namun, ia mengingatkan bahwa studi lebih lanjut diperlukan sebelum asam folat dapat diterima sebagai cara baru untuk mencegah bunuh diri.

“Ada beberapa hambatan untuk mengakses bentuk pengobatan bunuh diri tradisional, tetapi jika asam folat dapat membantu mengurangi upaya bunuh diri, ia berpotensi untuk memberikan bantuan dalam skala besar kepada individu yang sangat membutuhkannya,” katanya.

Lebih banyak penelitian dibutuhkan sebelum sampai ke titik itu.

Mengenai studi baru dalam jurnal JAMA Psychiatry ini, uji klinis acak skala besar diperlukan sebelum hubungan sebab akibat dapat ditentukan atau sebelum rekomendasi pengobatan mencakup asam folat.

Baca Juga: Waspadai Depresi dengan Perasaan Bunuh Diri, Kenali Tandanya

3. Cara asam folat dapat membantu

Seperti dijelaskan dalam laman Winchester Hospital, penelitian telah menemukan bahwa kadar asam folat dalam darah jauh lebih rendah di antara orang-orang dengan depresi daripada orang-orang yang tidak mengalami depresi. Temuan ini menunjukkan adanya hubungan antara kadar asam folat yang rendah dan depresi. Jika kadar vitamin ini rendah menyebabkan gejala depresi, tampaknya logis untuk menyimpulkan bahwa memberikan suplemen asam folat kepada orang dengan depresi akan membantu pemulihan mereka. Namun, penelitian menunjukkan bahwa hubungannya tidak sesederhana itu.

Asam folat, yang dibutuhkan untuk membuat DNA dan RNA, bahan penyusun gen dan komponen penting sel, juga cukup aktif di otak dan sistem saraf pusat. Ini memengaruhi produksi senyawa esensial dan neurotransmiter tertentu—zat yang membawa pesan ke berbagai bagian otak.

Misalnya, kekurangan asam folat menyebabkan tingkat S-adenosylmethionine (SAMe) yang lebih rendah di otak. Beberapa penelitian telah menyarankan bahwa suplementasi SAMe dapat berperan positif dalam pengobatan depresi. Satu teori yang mungkin adalah bahwa kadar asam folat yang rendah menyebabkan SAMe rendah, yang meningkatkan gejala depresi. Dengan meningkatkan status asam folat, SAMe meningkat, dan gejala depresi menurun.

Sebuah tinjauan dari 11 studi yang melibatkan 15.315 orang menemukan hubungan antara kadar asam folat yang rendah dan depresi, menambah bukti bahwa kekurangan asam folat merupakan faktor risiko depresi.

Para peneliti juga berfokus pada orang-orang yang sedang dirawat karena depresi. Misalnya, dalam satu penelitian, 127 orang dengan depresi berat diacak untuk menerima 500 mikrogram (mcg) asam folat setiap hari atau plasebo bersama dengan obat antidepresan fluoxetine selama 10 minggu. Para partisipan perempuan dalam kelompok perlakuan mengalami peningkatan yang signifikan dalam gejala. Yang cukup menarik, laki-laki yang mengonsumsi asam folat tidak memiliki hasil yang sama. Meskipun sulit untuk mengatakan dengan tepat mengapa ini terjadi, para laki-laki mungkin tidak memiliki kadar folat yang rendah atau membutuhkan dosis asam folat yang lebih tinggi untuk merasakan manfaatnya.

Dalam penelitian lain, 909 orang dewasa yang lebih tua dengan depresi ringan secara acak menerima perawatan yang berbeda, termasuk kelompok yang mengonsumsi asam folat dan vitamin B12 setiap hari selama dua tahun. Bukti menunjukkan, bagaimanapun, bahwa dua vitamin tersebut tidak lebih baik daripada plasebo dalam memperbaiki depresi.

Depresi adalah kondisi serius yang memerlukan perawatan yang hati-hati dan berkelanjutan dengan psikoterapi, pengobatan, atau kombinasi keduanya. Penelitian yang meneliti asam folat dan depresi masih terus bermunculan. Tanyakan kepada dokter tentang asam folat karena mungkin ini berguna saat menggunakan obat selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI).

Studi: Asam Folat Kurangi Risiko Kejadian Bunuh Diriilustrasi psikoterapi (freepik.com/Prostooleh)

Penelitian terbaru menemukan bahwa asam folat dapat membantu mengurangi risiko melukai diri sendiri atau percobaan bunuh diri hingga 44 persen. Ini mungkin karena peran penting vitamin tersebut dalam kesehatan otak. Akan tetapi, lebih banyak penelitian diperlukan sebelum asam folat dapat direkomendasikan sebagai salah satu strategi perawatan untuk pencegahan bunuh diri.

Baca Juga: Mengapa Lebih Banyak Laki-laki yang Bunuh Diri daripada Perempuan?

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya