11 Faktor Risiko Artritis Reumatoid, Kenali Sedini Mungkin

Beberapa pilihan gaya hidup bisa mencegah artritis reumatoid

Artritis reumatoid atau rheumatoid arthritis adalah gangguan inflamasi kronis yang dapat memengaruhi lebih dari sekadar sendi. Pada beberapa orang, kondisi ini dapat merusak berbagai sistem tubuh, termasuk kulit, mata, paru-paru, jantung, dan pembuluh darah. Bentuk artritis yang paling umum ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan tubuh sendiri.

Ciri-ciri tertentu meningkatkan risiko seseorang dalam mengembangkan artritis reumatoid. Beberapa sifat ini melekat dan tidak dapat diubah, seperti gen, dan yang lainnya mungkin dipengaruhi oleh gaya hidup, seperti merokok.

Walaupun beberapa faktor risikonya telah diketahui, tetapi artritis reumatoid tidak dapat diprediksi. Memiliki satu atau bahkan beberapa faktor risikonya tidak menjamin seseorang akan mengembangkan penyakit ini.

Penting untuk dikenali sedini mungkin, inilah beberapa penyebab dan faktor risiko artritis reumatoid yang telah teridentifikasi.

1. Faktor genetik

Jika kamu memiliki orang tua atau saudara kandung dengan artritis reumatoid, risiko kamu mengembangkan penyakit 3–5 kali lebih besar daripada populasi umum (Arthritis & Rheumatology, 2015).

Memiliki kerabat tingkat dua dengan penyakit ini kurang lebih menggandakan risiko. Ini dapat membantu menggambarkan peran sentral yang dimainkan genetika dalam perkembangan gangguan autoimun.

Berdasarkan studi, antara 40 persen dan 60 persen risiko terkena artritis reumatoid adalah genetik (The Lancet, 2016). Sementara permutasi genetik yang tepat belum diidentifikasi, orang dengan penyakit autoimun diyakini memiliki satu atau lebih mutasi yang mengubah cara sistem kekebalan mereka mengenali dan menargetkan agen penyebab penyakit.

Salah satu tersangkanya adalah HLA-DR4, varian gen yang terkait dengan penyakit autoimun lainnya, seperti lupus, polymyalgia rheumatica, dan hepatitis autoimun. Penelitian telah lebih lanjut menyimpulkan bahwa orang dengan penanda genetik spesifik yang disebut epitop bersama HLA memiliki peluang lima kali lipat lebih besar untuk mengembangkan artritis reumatoid daripada orang tanpa penanda tersebut (Current Opinion in Rheumatology, 2010).

2. Jenis kelamin

11 Faktor Risiko Artritis Reumatoid, Kenali Sedini Mungkinilustrasi perempuan (IDN Times/Arief Rahmat)

Perempuan 2–3 kali lebih mungkin mengembangkan artritis reumatoid daripada laki-laki. Sementara ini masih dipelajari, tetapi hormon diyakini berperan. Ini dibuktikan oleh studi yang menunjukkan bahwa banyak perempuan mengembangkan penyakit ini setelah mengalami perubahan besar dalam hormon (Rheumatology, 2017). Ini kadang terjadi segera setelah kehamilan atau saat mengalami onset menopause. Estrogen, khususnya pengurangan estrogen, diyakini sebagai biang keladinya.

Oleh karena itu, penggantian estrogen mungkin menawarkan manfaat perlindungan bagi perempuan yang berusia lebih tua yang mungkin rentan terhadap artritis reumatoid.

Manfaat yang sama dapat diperluas untuk perempuan yang lebih muda yang menggunakan kontrasepsi oral kombinasi (pil KB). Menurut studi, perempuan yang telah menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen selama lebih dari tujuh tahun memiliki hampir 20 persen penurunan risiko jenis artritis reumatoid yang paling umum, dibanding perempuan yang tidak pernah minum pil KB (Annals of the Rheumatic Diseases, 2017).

3. Usia

Walaupun artritis reumatoid bisa menyerang usia berapa pun, tetapi timbulnya gejalanya biasanya dimulai antara usia 40 dan 60 tahun. Selain itu, risikonya meningkat seiring bertambahnya usia.

Secara keseluruhan, risiko mengembangkan artritis reumatoid akan lebih dari tiga kali lipat antara usia 35 dan 75 tahun, meningkat dari 29 kasus baru per 100.000 orang per tahun menjadi 99 kasus baru per 100.000 orang per tahun, menurut penelitian dari Mayo Clinic.

Baca Juga: Artritis Gout: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

4. Merokok

11 Faktor Risiko Artritis Reumatoid, Kenali Sedini Mungkinilustrasi perokok (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurut penelitian, para peneliti menemukan hubungan antara merokok dan peningkatan risiko mengembangkan artritis reumatoid, bahkan di antara orang-orang dengan paparan asap seumur hidup tingkat rendah (Journal of Molecular Sciences, 2014). Juga, perokok berat mungkin memiliki gejala artritis reumatoid yang lebih parah.

Merokok dapat menyebabkan stres oksidatif dan meningkatkan frekuensi respons inflamasi tubuh. Ini juga dapat membuat obat resep artritis reumatoid menjadi kurang efektif.

5. Stres

Beberapa penelitian meyakini bahwa stres memainkan peran dalam perkembangan artritis reumatoid. Sebagai contoh, cara tubuh bereaksi terhadap stres mungkin dapat memperburuk gejala, mengutip Medical News Today.

Orang-orang dengan kondisi reumatik sering kali melaporkan gejala mereka pertama kali muncul tak lama setelah pengalaman traumatis atau stres, dan banyak orang menemukan bahwa stres menyebabkan kemunculan tiba-tiba atau perburukan gejala penyakit atau kondisi (flare up).

6. Obesitas

11 Faktor Risiko Artritis Reumatoid, Kenali Sedini Mungkinilustrasi obesitas (pixabay.com/jarmoluk)

Mengutip Arthritis-health.com, secara umum, para peneliti telah menemukan bahwa orang yang kelebihan berat badan lebih berisiko terkena artritis reumatoid. Namun, hasil dari satu penelitian berskala besar menunjukkan bahwa sementara kelebihan berat badan meningkatkan risiko mengembangkan artritis reumatoid untuk perempuan, tetapi hal itu dapat menurunkan risiko untuk laki-laki. Diperlukan lebih banyak penelitian dalam bidang ini.

Meskipun faktor lingkungan dan gaya hidup dapat memengaruhi risiko terkena artritis reumatoid, tetapi tidak ada hubungan langsung. Kebanyakan orang yang merokok, kelebihan berat badan, dan makan makanan tinggi gula dan lemak trans tidak terkena artritis reumatoid.

7. Mikrobioma usus

Mikrobioma tubuh adalah kumpulan mikroba, seperti bakteri dan jamur, yang hidup di mulut, saluran pencernaan, saluran napas, dan di tempat lain. Mikrobioma tubuh, terutama di usus, dapat memengaruhi perkembangan artritis reumatoid.

Penelitian saat ini menunjukkan:

  • Mikrobioma usus memengaruhi kesehatan secara keseluruhan, termasuk metabolisme dan fungsi sistem kekebalan tubuh.
  • Mikrobioma ada saat lahir, berkembang pada masa kanak-kanak, dan dipengaruhi sepanjang hidup oleh hal-hal seperti lingkungan, pola makan, stres, olahraga, dan obat-obatan, terutama antibiotik.
  • Mikrobioma usus yang sehat mencakup susunan yang seimbang dan beragam dari ribuan spesies mikrobiota.
  • Ketika spesies mikrobiota usus tidak seimbang (terlalu banyak atau terlalu sedikit spesies tertentu), risiko mengembangkan penyakit autoimun, seperti artritis reumatoid, dapat meningkat.

Baca Juga: Artritis Reaktif: Gejala, Penyebab, Faktor Risiko, dan Pengobatan

8. Pola makan

11 Faktor Risiko Artritis Reumatoid, Kenali Sedini Mungkinilustrasi makan sehat (freepik.com/Freepik)

Perkembangan artritis reumatoid telah dikaitkan dengan minum soda manis dan mungkin dengan makanan tinggi gula dan lemak trans.

Meskipun ada hubungan antara pola makan dan artritis reumatoid, tetapi para ilmuwan masih mempelajari detailnya. Pola makan dapat memengaruhi perkembangan dan gejala artritis reumatoid dalam satu atau lebih cara. Misalnya, pola makan berpotensi memengaruhi:

  • Mikrobioma usus, yang memengaruhi fungsi sistem kekebalan dan kerentanan terhadap penyakit autoimun.
  • Sel-sel sistem kekebalan tubuh, yang dapat melepaskan molekul protein yang meningkatkan peradangan, yang disebut sitokin pro inflamasi.
  • Kehadiran jaringan lemak berlebih, yang dapat berkontribusi pada peradangan dan perkembangan penyakit autoimun.

Menggunakan pola makan untuk mengurangi risiko artritis reumatoid atau mengurangi gejala menjadi lebih umum, tetapi tetap merupakan strategi yang belum terbukti. Secara umum, studi menyarankan bahwa:

  • Peradangan dipicu oleh konsumsi minuman dan makanan kemasan yang tinggi gula dan lemak trans.
  • Peradangan dapat dikurangi dengan mengonsumsi  makanan utuh, pola makan nabati yang menekankan buah-buahan, sayuran, dan makanan yang tinggi serat dan asam lemak omega-3.
  • Rekomendasi mengenai makanan tertentu dapat saling bertentangan dan membingungkan. Makanan tertentu memengaruhi orang secara berbeda. Misalnya, produk susu dapat memicu peradangan artritis reumatoid pada satu orang namun tidak pada orang lain.

9. Infeksi sebelumnya

Dampak infeksi terhadap sistem kekebalan tubuh bisa memicu artritis reumatoid. Menurut penelitian, infeksi mungkin memiliki efek ini jika (Journal of Clinical & Cellular Immunology, 2013):

  • Bagian dari sistem kekebalan kehilangan kemampuannya untuk menangani mikroba tertentu, seperti bakteri atau virus.
  • Infeksi memicu produksi antigen baru, menyebabkan sistem kekebalan menjadi terlalu aktif.
  • Respons sistem kekebalan terhadap infeksi juga menyerang beberapa fungsi tubuh dalam proses yang disebut "bystander activation."

10. Paparan racun

11 Faktor Risiko Artritis Reumatoid, Kenali Sedini Mungkinilustrasi polusi udara (pixabay.com/marcinjozwiak)

Kualitas udara yang buruk di rumah, tempat kerja, atau di lingkungan tampaknya juga berdampak pada perkembangan artritis reumatoid. Paparan logam berat juga disebut-sebut dapat berperan.

11. Trauma masa lalu

Orang yang tumbuh dengan pelecehan, pengabaian, atau disfungsi dalam rumah tangga lainnya lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit autoimun. Studi menemukan bahwa anak-anak yang mengalami lebih dari satu peristiwa atau kondisi stres dua kali lebih mungkin untuk mengembangkan artritis reumatoid atau penyakit reumatik lainnya (Psychosomatic Medicine, 2009).

Contoh peristiwa masa kecil yang traumatis meliputi:

  • Kematian orang tua atau saudara kandung.
  • Pelecehan verbal.
  • Serangan seksual.
  • Perceraian orang tua
  • Orang tua dengan alkoholisme

Penelitian tentang topik ini masih berlangsung. Para ahli menduga bahwa stres akibat trauma masa kanak-kanak dapat memengaruhi fungsi sel kekebalan atau perilaku gaya hidup yang memengaruhi kesehatan, atau kombinasi keduanya.

Walaupun penyebab pasti artritis reumatoid masih belum jelas, tetapi para ahli telah mengidentifikasi beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkannya. Faktor risiko artritis reumatoid, seperti usia, tidak dapat dicegah. Namun, beberapa pilihan gaya hidup, seperti tidak merokok, dapat membantu mencegah kondisi tersebut.

Baca Juga: Artritis Septik: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya