13 Pro dan Kontra Obat Aspirin bagi Kesehatan

Konsumsi setiap hari bisa cegah serangan jantung dan stroke?

Aspirin adalah obat umum untuk meredakan nyeri ringan, rasa sakit, dan demam. Obat ini juga digunakan sebagai antiinflamasi atau pengencer darah. Aspirin bisa dibeli tanpa resep dokter dan penggunaannya sehari-hari termasuk untuk meredakan sakit kepala, mengurangi pembengkakan, dan menurunkan demam.

Pada orang dengan risiko tinggi, aspirin dapat menurunkan risiko kejadian kardiovaskular, seperti serangan jantung atau stroke, jika diminum setiap hari. Dokter dapat memberikan aspirin segera setelah serangan jantung untuk mencegah pembekuan lebih lanjut dan kematian jaringan jantung.

Akan tetapi, mengutip laman MedShadow Foundation, serangkaian penelitian besar telah mempertanyakan manfaat aspirin untuk pencegahan kejadian kardiovaskular, dan banyak ahli medis yang makin tidak yakin akan kemampuan aspirin untuk membantu mencegah serangan jantung pertama atau diagnosis kanker.

Saat penelitian berjudul "Effect of Aspirin on All-Cause Mortality in the Healthy Elderly" dalam The New England Journal of Medicine tahun 2018 dipublikasikan, banyak para ahli yang mengevaluasi kembali rekomendasi minum aspirin setiap hari.

Lembaga kesehatan seperti American Heart Association (AHA) dan American College of Cardiology (ACC) mengeluarkan pedoman yang mengatakan bahwa aspirin tidak boleh digunakan untuk membantu mencegah serangan jantung dan stroke pada orang tanpa penyakit kardiovaskular yang diketahui.

Inilah yang perlu kamu tentang pro dan kontra obat aspirin bagi kesehatan.

1. Membantu mencegah serangan jantung dan stroke

Aspirin dapat mencegah serangan jantung kedua atau stroke. Dilansir U.S. News, obat ini mencegah pembentukan gumpalan di pembuluh darah dan menghalangi suplai darah ke jantung dan otak (serta bagian tubuh lainnya). Ini dapat membantu mencegah serangan jantung atau stroke. Masalahnya, siapa yang harus mengonsumsi aspirin setiap hari untuk mencegah penyakit dan kejadian kardiovaskular?

Sebelumnya, banyak dokter menganjurkan agar orang sehat pun mengonsumsi aspirin dosis rendah setiap hari untuk mencegah serangan jantung atau stroke untuk kali pertama. Namun, dengan adanya bukti bahwa risiko pendarahan lebih besar daripada manfaatnya bagi orang-orang dengan risiko rendah penyakit kardiovaskular, konsumsi rutin aspirin dosis rendah setiap hari tidak lagi disarankan untuk orang-orang tanpa riwayat atau peningkatan faktor risiko penyakit jantung.

Pada 26 April 2022 lalu, U.S. Preventive Services Task Force (USPTF) menyetujui rekomendasi untuk tidak memulai konsumsi aspirin setiap hari untuk pencegahan utama penyakit kardiovaskular pada orang dewasa berusia 60 tahun atau lebih. Untuk orang dewasa usia antara 40 dan 59 dengan risiko penyakit kardiovaskular 10 persen atau lebih tinggi dalam 10 tahun ke depan, keputusan individual harus dibuat oleh dokter dan pasien. Rekomendasi yang diperbarui juga menurunkan usia minimum untuk mempertimbangkan aspirin untuk pencegahan (yang sebelumnya dimulai pada usia 50 tahun).

AHA pun sejalan dengan rekomendasi tersebut, menyatakan bahwa aspirin harus jarang digunakan untuk mencegah serangan jantung dan stroke di antara orang dewasa usia 40 hingga 70 tahun tanpa penyakit kardiovaskular yang diketahui. Namun, rekomendasi ini tidak berlaku untuk orang yang telah mengalami serangan jantung atau stroke, atau memiliki stent di arteri. Mereka harus tetap menggunakan aspirin sesuai instruksi dokter.

2. Mungkin dapat menurunkan risiko preeklamsia selama kehamilan

13 Pro dan Kontra Obat Aspirin bagi Kesehatanilustrasi ibu hamil (IDN Times/Arief Rahmat)

Aspirin juga dikatakan dapat menurunkan risiko preeklamsia, yaitu tekanan darah dan kelebihan protein dalam urine setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu. USPSTF menegaskan kembali rekomendasinya untuk aspirin dosis rendah setelah 12 minggu kehamilan untuk mengurangi risiko preeklamsia di antara perempuan yang berisiko tinggi.

USPSTF melakukan tinjauan bukti dari 23 uji klinis acak yang melibatkan hampir 27.000 peserta. Penggunaan aspirin dikaitkan dengan risiko preeklamsia yang lebih rendah secara signifikan dan hasil seperti kelahiran prematur dan pembatasan pertumbuhan janin, menurut ulasan dalam Journal of American Medical Association tahun 2021.

Orang-orang yang berisiko tinggi mengalami preeklamsia antara lain:

  • Riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya.
  • Diabetes tipe 1 atau tipe 2.
  • Hipertensi kronis.
  • Ras berkulit hitam. 

3. Pencegahan primer vs sekunder

Faktor penentu besar apakah seseorang mengonsumsi aspirin setiap hari adalah jika tujuannya adalah untuk pencegahan primer atau sekunder.

Pencegahan primer mengacu pada pencegahan episode kardiovaskular pertama kali pada seseorang yang belum pernah mengalaminya, sedangkan pencegahan sekunder merujuk pada pencegahan kejadian kardiovaskular berulang pada seseorang yang sudah mengalaminya.

Para ahli cukup mantap menggunakan aspirin untuk pencegahan sekunder. Jadi, bila seseorang sudah mengalami aterosklerosis, kejadian kardiovaskular (seperti serangan jantung atau stroke, atau penyakit arteri perifer), itu termasuk pencegahan sekunder. Karena ketika seseorang mengalaminya, ia berisiko untuk mengalaminya lagi.

4. Aspirin disarankan untuk beberapa pasien diabetes

13 Pro dan Kontra Obat Aspirin bagi Kesehatanilustrasi diabetes (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Orang-orang tertentu dengan diabetes dapat mengambil manfaat dari konsumsi aspirin dosis rendah setiap hari untuk pencegahan primer. Namun, itu mungkin tergantung pada apakah pasien memiliki risiko kardiovaskular lainnya. 

Sebuah studi perbandingan melibatkan hampir 15.500 peserta dengan diabetes namun tanpa penyakit kardiovaskular pada awal penelitian. Ditemukan persentase yang jauh lebih rendah dari serangan jantung, stroke, serangan iskemik transien (stroke ringan), atau kematian dari sebagian besar penyebab vaskular untuk orang yang mengonsumsi aspirin dibandingkan mereka yang memakai plasebo dalam periode tindak lanjut sekitar 7,5 tahun.

Namun, aspirin juga menyebabkan pendarahan besar, sebagian besar gastrointestinal, sebagian besar mengimbangi manfaatnya, menurut penelitian dalam The New England Journal of Medicine tahun 2018.

American Diabetes Association (ADA) masih merekomendasikan penggunaan aspirin dosis rendah untuk pasien diabetes usia 50 tahun ke atas dan punya faktor risiko tambahan. Memiliki kolesterol tinggi, hipertensi, riwayat keluarga dengan penyakit vaskular aterosklerotik prematur, perokok, atau memiliki penyakit ginjal kronis dapat mengindikasikan rekomendasi konsumsi aspirin harian pada pasien ini, dengan catatan mereka tidak berisiko tinggi mengalami perdarahan.

5. Dapat mengurangi risiko kanker usus besar

Mengenai penggunaan aspirin untuk pencegahan kanker kolorektal atau kanker usus besar, ini merupakan keputusan kasus per kasus. Dokter dan pasien perlu membicarakan penggunaan aspirin yang tepat, mengingat riwayat dan situasi pasien, dan kekhawatiran pasien terkait pengembangan kanker kolorektal atau penyakit jantung.

Pada tahun 2016, studi skala besar dari Norwegia dalam Journal of Clinical Oncology mengonfirmasi manfaat aspirin bagi pasien kanker kolorektal setelah diagnosis. Dari hampir 23.000 peserta, mereka yang menggunakan aspirin selama lebih dari 6 bulan memiliki tingkat kelangsungan hidup kanker usus besar yang lebih baik dan kelangsungan hidup yang lebih baik secara keseluruhan. Dalam banyak penelitian, kanker kolorektal telah menunjukkan hasil yang paling pasti di antara semua jenis kanker untuk manfaat pencegahan aspirin.

6. Mungkin dapat menurunkan risiko kanker payudara dan kanker lainnya

13 Pro dan Kontra Obat Aspirin bagi Kesehatanilustrasi kanker payudara (pexels.com/Klaus Nielsen)

Laporan dalam Nurses' Health Study tahun 2010 menemukan bahwa perempuan dengan kanker payudara yang minum aspirin dosis rendah sebanyak dua hingga lima kali per minggu 71 persen lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami kekambuhan yang mematikan dibandingkan mereka yang mengonsumsi sedikit atau tanpa aspirin.

Studi lainnya yang lebih besar dalam jurnal Breast Cancer Research tahun 2017 menemukan bahwa perempuan yang mengonsumsi tiga atau lebih tablet aspirin dosis rendah per minggu lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan kanker payudara. Namun, menurut National Cancer Institute, manfaat pencegahan aspirin untuk kanker payudara masih belum diketahui.

Bukti terkuat aspirin untuk pencegahan adalah pada kanker kolorektal. Akan tetapi, ada pula bukti kuat bahwa ditemukan pula penurunan risiko kanker gastrointestinal lainnya, misalnya kanker esofagus dan kanker hati.

Baca Juga: Obat Aspirin: Manfaat, Dosis, Peringatan, dan Efek Samping

7. Meningkatkan risiko pendarahan otak

Aspirin adalah pengencer darah, membuat trombosit darah kurang lengket. Karenanya, obat ini membuat darah cenderung tidak menggumpal. Ini sangat berisiko jika terjadi pendarahan otak yang bisa berakibat fatal.

Sebuah studi berskala besar di Denmark yang terbit dalam Journal of American Medical Association tahun 2017 melihat data 10.000 orang dewasa yang telah didiagnosis pendarahan otak. Penggunaan obat antiplatelet, termasuk aspirin, berkontribusi pada risiko yang lebih tinggi pada kelompok ini.

8. Memengaruhi risiko pendarahan lambung

13 Pro dan Kontra Obat Aspirin bagi Kesehatanilustrasi aspirin (cancercenter.com)

Studi perbandingan terhadap lebih dari 19.000 orang dewasa yang lebih tua yang sehat, dengan usia rata-rata 74 tahun, tidak menemukan manfaat dari konsumsi aspirin setiap hari dibanding plasebo, dalam hal mencegah kecacatan terkait usia. Namun, peserta yang mengonsumsi aspirin memiliki tingkat pendarahan besar yang lebih tinggi selama periode studi sekitar lima tahun, seperti yang dilaporkan dalam The New England Journal of Medicine tahun 2018. 

Studi lainnya dalam jurnal Gut tahun 2021 melihat secara mendalam risiko pendarahan. Ditemukan risiko "sederhana" pendarahan serius pada inidividu yang lebih muda dan sehat. Penulis studi mengatakan bahwa sebagian besar pendarahan yang terkait aspirin adalah pendarahan gastrointestinal yang biasanya sembuh sendiri dan tidak mengancam jiwa.

Dalam hal pendarahan otak, insiden pendarahan neurologis sangat rendah dan pada beberapa pasien sebanding dengan manfaatnya sehubungan dengan pencegahan stroke atau kanker. Jadi, sangat sulit untuk mempertimbangkan risiko-manfaat ini dalam tingkat populasi.

9. Dapat meningkatkan risiko sindrom Reye pada anak

Aspirin dan obat salisilat lainnya telah dikaitkan dengan sindrom Reye, yaitu suatu kondisi langka namun berpotensi fatal yang memengaruhi anak-anak dan remaja pada khususnya. Sindrom ini dapat berkembang setelah infeksi virus, seperti cacar air atau flu.

Sindrom Reye paling sering melukai otak dan hati, tetapi dapat memengaruhi semua organ tubuh. Inilah alasan dokter menghindari penggunaan aspirin pada anak karena risiko tersebut.

10. Dapat menyebabkan reaksi pada beberapa pasien asma

13 Pro dan Kontra Obat Aspirin bagi Kesehatanilustrasi penderita asma (pexels.com/cottonbro)

Untuk sekitar 9 persen pasien asma, dan hingga 30 persen pasien asma dan polip hidung, mengonsumsi aspirin atau antiinflamasi nonsteroid (NSAID) lainnya dapat menyebabkan reaksi atau eksaserbasi asma.

Kondisi kronis, dikenal sebagai aspirin-exacerbated respiratory disease (AERD), dapat menyebabkan berbagai gejala pernapasan, kemerahan pada kulit, ruam, sakit perut, kehilangan kemampuan indra penciuman, menurut American Academy of Allergy, Asthma and Immunology.

11. Penggunaan jangka panjang aspirin telah dikaitkan dengan gangguan pendengaran pada pria

Studi dalam American Journal of Medicine tahun 2010 melaporkan bahwa penggunaan rutin aspirin, setidaknya dua kali seminggu, meningkatkan risiko gangguan pendengaran sebesar 12 persen pada pria. Pria yang berusia di bawah 50 tahun memiliki 33 persen peningkatan risiko gangguan pendengaran. Penggunaan NSAID atau asetaminofen lain juga meningkatkan risiko gangguan pendengaran.

Akan tetapi, studi dalam American Journal of Epidemiology tahun 2016 yang menggunakan data dari lebih dari 54.000 perempuan dalam Nurses' Health Study tidak menemukan hubungan yang signifikan antara gangguan pendengaran dan penggunaan aspirin dosis reguler jangka panjang pada perempuan.

Studi yang lebih baru mengecilkan hubungan antara aspirin dan gangguan pendengaran. Dalam studi perbandingan 182 pasien dengan penyakit jantung yang mengonsumsi aspirin jangka panjang dan 221 peserta dengan usia yang sama yang tidak mengonsumsinya, usia pasien ditemukan merupakan faktor yang lebih berkontribusi terhadap gangguan pendengaran daripada aspirin.

12. Aspirin dapat berinteraksi dengan obat lain

13 Pro dan Kontra Obat Aspirin bagi Kesehatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Seperti obat lainnya, aspirin juga dapat berinteraksi dengan obat-obatan lain, yaitu bisa meningkatkan atau mengurangi efeknya. Obat-obatan yang dapat berinteraksi dengan aspirin antara lain:

  • Pengencer darah seperti warfarin.
  • Direct-acting oral anticoagulant seperti Eliquis, Pradaxa, dan Xarelto.
  • Salisilat, yang juga seperti aspirin. Penggunaan bersamaan dapat memperbesar efek samping.
  • NSAID seperti ibuprofen, juga seperti aspirin. Food and Drug Administration (FDA) memperingatkan bahwa manfaat kardiovaskular aspirin dapat berkurang dengan ibuprofen.
  • Produk yang mengandung aspirin lainnya, seperti beberapa obat migrain, kafein, dan sedatif.

Ada pula kemungkinan aspirin terkandung dalam produk kombinasi yang dijual bebas tanpa tertera di kemasan.

13. Bisa menjadi pertolongan pertama darurat untuk serangan jantung

Beberapa dokter menyarankan orang yang mengira mereka mengalami serangan jantung untuk mengunyah aspirin dosis kuat setelah menelepon ambulans. Aspirin darurat dapat mengurangi tingkat kerusakan jantung akibat serangan jantung. Mengunyah tablet melepaskan bahan antiplatelet ke dalam aliran darah lebih cepat daripada menelannya. 

Kadang, di ambulans kadang sudah tersedia aspirin untuk pasien. Akan tetapi, pasien harus menjelaskan gejala yang dirasakan dan kapan gejala terjadi sehingga tenaga medis dapat menilai apakah itu konsisten dengan gejala serangan jantung, sehingga pasien bisa segera ditangani, misalnya diberikan aspirin atau perawatan lainnya.

Itulah pro dan kontra seputar aspirin. Memang, paling baiknya dalam mengonsumsi obat apa pun harus sesuai aturan pakai atau saran dari dokter, termasuk obat-obatan yang dijual bebas.

Baca Juga: 12 Fakta Perbedaan Obat Generik dengan Obat Paten, Kamu Wajib Tahu!

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya