Mengenal Etilen Oksida, Benarkah Berbahaya?

Beragam manfaat, tapi paparan jumlah besar berdampak negatif

Baru-baru ini, etilen oksida tengah ramai diperbincangkan. Pada 25 April 2023 kemarin, Departemen kesehatan Taipei mengumumkan bahwa ada dua jenis mi instan, satu dari Malaysia dan satu dari Indonesia, yang terdeteksi memiliki kadar etilen oksida di luar standar yang sudah ditetapkan. 

Adanya berita tersebut membuat sebagian orang penasaran tentang etilen oksida. Apa itu etilen oksida? Apakah bahan tersebut berbahaya bagi kesehatan? Berikut penjelasannya!

1. Mengenal etilen oksida

Mengenal Etilen Oksida, Benarkah Berbahaya?ilustrasi industri (unsplash.com/Lalit Kumar)

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menerangkan bahwa etilen oksida adalah gas yang mudah terbakar dengan aroma agak manis. Gas dengan rumus kimia C₂H₄O ini digunakan dalam banyak industri, misalnya untuk membuat etilen glikol, yaitu produk yang digunakan untuk antibeku dan poliester.

Tingkat paparan gas etilen oksida tergantung dosis, durasi, dan pekerjaan yang dilakukan. Beberapa orang yang berisiko tinggi terpapar etilen oksida yaitu:

  • Pekerja pabrik yang memproduksi etilen oksida.
  • Pekerja pabrik yang menggunakan etilen oksida untuk memproduksi cairan pelarut, antibeku, tekstil, detergen, busa poliuretan, dan perekat.
  • Pekerja pertanian yang menggunakannya untuk mengendalikan serangga di tempat sampah.
  • Pekerja di rumah sakit yang menggunakan etilen oksida untuk mensterilkan beberapa peralatan medis.

2. Fungsi etilen oksida

Mengenal Etilen Oksida, Benarkah Berbahaya?ilustrasi memakai sarung tangan sebelum sterilisasi peralatan medis (pixabay.com/sweetlouise)

Dilansir National Cancer Institute, etilen oksida digunakan untuk memproduksi bahan kimia lain yaitu antibeku. Sementara itu, dalam jumlah kecil, etilen oksida dimanfaatkan sebagai agen sterilisasi. Etilen oksida dapat digunakan sebagai agen sterilisasi karena kemampuannya dalam merusak DNA.

Sementara itu, Food Standards Australia & New Zealand menerangkan, dalam bidang pertanian, etilen oksida juga digunakan sebagai pestisida fumigan untuk perawatan bahan pangan seperti bumbu dan rempah-rempah.

Kekhawatiran penggunaan etilen oksida pada makanan muncul karena adanya bukti paparan dalam jangka panjang meningkatkan risiko kanker. Karena kaitannya dengan residu yang mungkin tertinggal dalam bahan pangan tersebut, beberapa negara seperti Australia melarang penggunaan etilen oksida dalam pangan. Penggunaan etilen oksida untuk penanganan makanan masih digunakan di sebagian negara lainnya.

Baca Juga: 5 Fakta Penarikan Es Krim yang Mengandung Etilen Oksida oleh BPOM

3. Residu etilen oksida dalam makanan

Mengenal Etilen Oksida, Benarkah Berbahaya?ilustrasi es krim (pexels.com/ Jean Balzan)

Mengutip penjelasan Food Safety Authority of Ireland, etilen oksida juga digunakan sebagai fumigan. Fumigan adalah pestisida yang mudah menguap dan uapnya digunakan untuk membasmi jasad hidup. Sebagian negara memanfaatkan etilen oksida untuk melindungi produk tanaman, misalnya untuk proses sterilisasi biji dan rempah.

Adanya biji wijen asal India yang terkontaminasi etilen oksida membuat otoritas di Eropa pernah menarik produk tersebut. Adapula locust bean gum yang berfungsi sebagai bahan pengental makanan terkontaminasi etilen oksida yang dipasarkan di sejumlah negara.

Mengutip penjelasan V.M. Wilkinson dan G.W. Gould dalam Food Irradiation A Reference Guide (1996), rempah-rempah termasuk vanila mengandung sejumlah mikroorganisme yang menyebabkan pembusukan makanan. Tujuan mengolah rempah-rempah menggunakan etilen oksida untuk mengurangi kontaminasi mikroba tersebut. Negara-negara Uni Eropa melarang penggunaan etilen oksida untuk sterilisasi produk pangan karena bersifat toksik dan berpotensi sebagai karsinogen.

4. Efek paparan etilen oksida jangka pendek

Mengenal Etilen Oksida, Benarkah Berbahaya?ilustrasi sakit kepala (pexels.com/Mikael Blomkvist)

National Cancer Institute menjelaskan bahwa paparan etilen oksidan bisa masuk ke tubuh melalui rute inhalasi atau menghirup dan menelannya. Menurut Food Standards Australia & New Zealand, efek kesehatan akibat paparan etilen oksida sangat tidak mungkin terjadi di luar tempat kerja yang menggunakan etilen oksida.

Hal yang sama juga dijelaskan pada laman Food Safety Authority of Ireland yang menyebutkan mengonsumsi makanan yang mengandung etilen oksida tidak menimbulkan risiko akut bagi kesehatan. Namun, mengonsumsinya dalam jangka panjang meningkatkan risiko masalah kesehatan. Maka dari itu, paparan etilen oksida sebisa mungkin diminimalkan.

U.S. EPA menjelaskan bahwa efek kesehatan yang muncul akibat paparan etilen oksida jangka pendek atau akut membutuhkan konsentrasi atau dosis yang besar. Etilen oksida yang terhirup dalam jumlah besar dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, mual, muntah, kelelahan, batuk, hingga sesak napas.

5. Efek paparan etilen oksida jangka panjang

Mengenal Etilen Oksida, Benarkah Berbahaya?ilustrasi leukemia (pexels.com/Anna Tarazevich)

European Chemicals Agency (ECHA) mengklasifikasikan etilen oksida sebagai mutagen, karsinogen, dan racun bagi organ reproduksi, seperti dijelaskan Food Safety Authority of Ireland. U.S. EPA menjelaskan, etilen oksida bersifat mutagen, artinya dapat mengubah DNA di dalam sel.

Anak-anak merupakan kelompok yang rentan terhadap efek mutagenik ini. Beberapa bukti juga menunjukkan paparan etilen oksida dalam jumlah tinggi pada pekerja perempuan meningkatkan risiko keguguran.

International Agency for Research on Cancer juga memasukkan etilen oksida sebagai carcinogenic to humans atau karsinogen bagi manusia. Etilen oksida bisa memicu kanker karena kemampuannya yang dapat merusak DNA. Adanya paparan etilen oksida dalam jangka panjang meningkatnya risiko kanker sel darah putih dan kanker payudara.

Etilen oksida adalah gas yang digunakan untuk memproduksi antibeku, agen sterilisasi, serta ada pula yang memanfaatkannya sebagai pestisida fumigan untuk perawatan bahan pangan seperti bumbu dan rempah-rempah.

Penggunaan etilen oksida pada produk pangan tersebut dikhawatirkan meninggalkan residu yang tinggi, sehingga beberapa negara melarang penggunaannya untuk sterilisasi produk pangan.

Efek jangka pendek dalam jumlah besar menyebabkan sakit kepala, pusing, mual, muntah, kelelahan, batuk, hingga sesak napas, sedangkan efek jangka panjang meningkatkan risiko keguguran, kanker sel darah putih, dan kanker payudara.

Baca Juga: Manfaat Kesehatan Saponin, Senyawa Kimia dalam Tanaman

Dewi Purwati Photo Verified Writer Dewi Purwati

Health enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya