Kemenkes Minta Masyarakat Waspada, Seberapa Bahaya Virus Marburg?

Virus Marburg masih berkerabat dengan virus Ebola

Virus Marburg baru-baru ini kembali menjadi perhatian karena adanya laporan penyakit tersebut di Guinea Ekuatorial, Afrika Tengah. Diketahui, Marburg merupakan virus yang berbahaya yang dapat menular dari manusia maupun hewan.

Meski kasusnya jarang terjadi, penyebaran virus Marburg dapat memicu wabah serius yang mengancam kesehatan masyarakat. Karena tingkat fatalitasnya tinggi, Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat agar waspada terhadap penyakit tersebut. Lantas, seberapa bahaya virus Marburg? Berikut pembahasannya!

1. Kemenkes meminta masyarakat waspada terhadap penyakit virus Marburg

Kemenkes Minta Masyarakat Waspada, Seberapa Bahaya Virus Marburg?ilustrasi virus (pexels.com/Monstera)

Mengutip penjelasan laman Kemenkes, Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. Mohammad Syahril meminta agar masyarakat lebih waspada terhadap virus Marburg. Pemerintah juga telah mengeluarkan Surat Edaran tentang Kewaspadaan terhadap penyakit virus Marburg.

Peningkatan kewaspadaan tersebut menyusul adanya laporan yang diterima Badan Kesehatan Dunia (WHO) tentang adanya kasus penyakit virus Marburg di Guinea Ekuatorial. Penilaian risiko cepat penyakit Marburg di Indonesia telah dilakukan pada tanggal 20 Februari 2023.

Berdasarkan penilaian tersebut, kemungkinan dan dampak adanya importasi kasus atau kasus baru penyakit virus Marburg di Indonesia adalah rendah. Meski dinilai rendah, perlu dilakukan kewaspadaan dini dan antisipasi terhadap penyakit tersebut.

2. Apa itu virus Marburg?

Kemenkes Minta Masyarakat Waspada, Seberapa Bahaya Virus Marburg?ilustrasi peneliti menggunakan mikroskop (pexels.com/Artem Podrez)

Mengutip penjelasan pada laman Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan, penyakit virus Marburg merupakan penyakit demam berdarah yang disebabkan oleh virus Marburg. Virus tersebut masih sejenis dengan Ebola, yaitu termasuk dalam famili Filoviridae.

Meski keduanya merupakan virus yang berbeda, akan tetapi penyakit yang disebabkan kedua virus tersebut ada kemiripan secara klinis. Keduanya juga dapat menyebabkan wabah dengan tingkat fatalitas yang tinggi, mengutip penjelasan WHO. 

Virus Marburg bukanlah virus baru. Virus ini telah teridentifikasi pertama kali saat adanya wabah yang bersamaan di Marburg dan Frankfrut di Jerman, dan di Belgrade di Serbia tahun 1967. Setelah kejadian tersebut, terjadi wabah dan kasus sporadis di Angola, Republik Demokratik Kongo, Kenya, Afrika Selatan, dan Uganda.

Baca Juga: Dikenal Ganas, 8 Fakta Virus Marburg yang Kini Tengah Disorot

3. Bagaimana cara penularan virus Marburg?

Kemenkes Minta Masyarakat Waspada, Seberapa Bahaya Virus Marburg?ilustrasi berkeringat (pexels.com/cottonbro studio)

Seseorang dapat tertular virus Marburg melalui darah dan cairan tubuh lain, seperti urine, air liur, keringat, tinja, bekas muntahan, ASI, dan cairan sperma dari orang yang terinfeksi. Virus yang ada di cairan tubuh tersebut masuk melalui kulit yang luka atau membran mukosa, seperti mata, hidung, dan mulut. Virus Marburg juga dapat menular melalui benda yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh seseorang yang terinfeksi, seperti pakaian, tempat tidur, dan jarum suntik.

Beberapa kelompok lebih berisiko tertular virus Marburg antara lain keluarga dan petugas kesehatan yang merawat pasien yang mengidap penyakit tersebut. Mereka dapat tertular melalui kontak dekat jika tidak menerapkan tindakan pencegahan penularan.

Seseorang juga berisiko tertular apabila memiliki riwayat perjalanan ke negara endemik di Afrika. Pernah kontak dengan kelelawar buah (Rousettus aegyptiacus) atau memasuki goa tempat tinggal kelelawar tersebut juga membuat seseorang berisiko tertular virus Marburg.

4. Seberapa bahaya virus Marburg?

Kemenkes Minta Masyarakat Waspada, Seberapa Bahaya Virus Marburg?ilustrasi pasien di rumah sakit (unsplash.com/Olga Kononenko)

Penyakit virus Marburg relatif jarang terjadi. Akan tetapi, penyakit tersebut dapat menyebabkan wabah dengan tingkat kematian yang tinggi. WebMD menjelaskan, seseorang yang tertular virus Marburg dapat mengalami perdarahan hebat antara 5 sampai 7 hari sejak muncul gejala.

Darah dapat muncul dari tinja atau saat muntah. Selain itu, darah juga dapat mengalir dari hidung, gusi, atau vagina. Kasus yang fatal dapat terjadi karena pasien kehilangan banyak darah dan syok.

Menurut WHO, tingkat kematian kasus penyakit virus Marburg rata-rata sekitar 50 persen. Tingkat kematiannya bervariasi antara 24 sampai 88 persen dari wabah sebelumnya, tergantung dari strain virus dan manajemen kasus.

Saat ini, wabah penyakit virus Marburg sedang terjadi di dua negara, yaitu Guinea Ekuatorial dan Tanzania. Belum pernah ada laporan kasus konfirmasi penyakit virus Marburg di Indonesia sampai saat ini, menurut laman Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan.

5. Pengobatan penyakit virus Marburg

Kemenkes Minta Masyarakat Waspada, Seberapa Bahaya Virus Marburg?ilustrasi perawatan di rumah sakit (unsplash.com/Hiroshi Tsubono)

Meski virus dan penyakitnya sudah ada sejak lama, belum ada pengobatan spesifik untuk mengobati penyakit virus Marburg hingga saat ini. Pengobatan yang diberikan kepada orang yang terinfeksi lebih bersifat suportif dan mengobati gejala yang muncul.

Begitu pula dengan vaksin. Hingga saat ini, masih belum ada vaksin yang digunakan untuk mencegah penyakit virus Marburg. European Medicines Agency (EMA) telah memberi izin terhadap vaksin Zabdeno dan Mvabe untuk melawan ebola pada Mei 2020. Keduanya disebut berpotensi memberi perlindungan terhadap penyakit virus Marburg, tapi efektivitasnya belum terbukti melalui uji klinis.

Virus Marburg dapat menyebabkan wabah dengan tingkat kematian yang tinggi. Tingkat kematiannya tinggi, antara 24 sampai 88 persen dari wabah sebelumnya, tergantung dari strain virus dan manajemen kasus. Untuk saat ini, penyakit virus Marburg belum ada di Indonesia dan kemungkinan adanya importasi kasusnya dinilai rendah.

Baca Juga: Makin Menyebar, Guinea Khatulistiwa Laporkan 8 Kasus Virus Marburg

Dewi Purwati Photo Verified Writer Dewi Purwati

Health enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya