Benarkah Sodium Lauryl Sulfate (SLS) Berbahaya untuk Kulit?

Penggunaannya pada produk langsung bilas dinilai aman

Akhir-akhir ini, kamu mungkin sering menjumpai iklan yang mempromosikan produk pembersih dan perawatan pribadi tanpa kandungan SLS (sodium lauryl sulfate). Kenapa ya kira-kira?

Dalam beberapa produk tersebut, SLS sering kali memang mendapat reputasi kurang baik. Hal ini bukan tanpa alasan, ada beberapa klaim populer yang menyebutkan bahwa SLS dapat mengiritasi kulit dan membuatnya kering. Bahkan, ia juga disebut dapat menyebabkan kanker atau karsinogenik.

Tak heran jika akhirnya banyak pihak mengampanyekan produk anti-SLS. Namun, benarkah produk dengan kandungan bahan kimia tersebut berbahaya bagi kulit dan harus dihindari?

Dirangkum dari jurnal Environmental Health Insights tahun 2015 dan sumber pendukung lainnya, inilah beberapa hal yang perlu kamu ketahui tentang SLS dan kontroversi terkait klaim kesehatannya. Simak sampai tuntas, ya!

1. Apa itu SLS?

Benarkah Sodium Lauryl Sulfate (SLS) Berbahaya untuk Kulit?ilustrasi mencuci tangan (pexels.com/Castorly Stock)

SLS merupakan surfaktan yang memiliki kemampuan menurunkan tegangan antar permukaan bahan, misalnya pada air dan minyak. Dengan begitu, ia mudah menyatukan air dan minyak ketika dicampurkan.

Karena kemampuannya inilah, SLS sering kali digunakan dalam rangkaian produk pembersih rumah tangga, seperti sampo, sabun, dan detergen. Berkat bantuan surfaktan, produk pembersih ini dapat bercampur dengan air sehingga dapat mengangkat minyak dan lemak secara maksimal. Tanpa surfaktan, sabun hanya menggulung air tanpa membersihkan, seperti dijelaskan laman Chemical Safety Facts

Tak hanya digunakan sebagai agen pembersih, sodium lauryl sulfate juga disebut sebagai agen pembusa. Ia dapat menghasilkan busa selama proses pembersihan sehingga bisa memberikan efek pembersihan yang terasa lebih memuaskan.

Menambahkan dari laman Byrdie, menurut seorang dokter kulit yang berbasis di Kota  New York, Debra Jaliman, MD, sodium lauryl sulfate juga merupakan bahan pengemulsi. Ia dapat menyatukan formula produk dengan baik dan mencegah pemisahannya. Selain itu, SLS juga disebut memiliki sifat antibakteri dan antimikroba.

2. Dimana dapat ditemukan SLS?

Benarkah Sodium Lauryl Sulfate (SLS) Berbahaya untuk Kulit?ilustrasi produk kosmetik (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Sodium lauryl sulfate, atau juga disebut dengan sodium dodecyl sulfate, dapat ditemukan di banyak produk rumah tangga. Mulai dari produk kebutuhan dapur, perawatan mandi, kosmetik, skincare, hingga makanan. 

Inilah beberapa produk yang sering ditemukan mengandung SLS:

  • Produk pembersih: pembersih lantai, pembersih mesin kendaraan bermotor (pelumas), sabun cuci piring, sabun cuci tangan, detergen, pencuci mobil.
  • Perawatan pribadi: sampo, facial wash, sabun mandi, pasta gigi, krim cukur, kondisioner, pewarna rambut, dan gel penata rambut.
  • Kosmetik: foundation, lip balm, makeup remover,  perawatan kuku, krim tangan, exfoliant, dan sunscreen.
  • Makanan: SLS terkadang juga digunakan sebagai bahan tambahan makanan, seperti pada marshmallow yang bisa membuatnya lebih pulen. Akan tetapi, penggunaan ini dilarang secara global. Di Amerika Serikat, penggunaan SLS pada pangan harus sesuai batas yang disetujui oleh Food and Drugs Administration (FDA). Sedangkan di Uni Eropa, penggunaannya dilarang sama sekali.

Baca Juga: Apa Manfaat Vitamin C dalam Produk Skincare bagi Kesehatan Kulit?

3. Benarkah SLS berbahaya untuk kulit dan harus dihindari?

Benarkah Sodium Lauryl Sulfate (SLS) Berbahaya untuk Kulit?ilustrasi cuci tangan (pexels.com/Jenny K.)

Mengutip dari jurnal Environmental Health Insights tahun 2015, paparan 24 jam dari SLS sebesar 1 hingga 2 persen dapat meningkatkan hilangnya air dari lapisan kulit terluar dan menyebabkan peradangan kulit ringan yang dapat disembuhkan. SLS pada konsentrasi lebih dari 2 persen juga dilaporkan dapat menyebabkan iritasi kulit normal. 

Namun, penggunaannya pada produk konsumen yang dirancang sebagai produk langsung bilas atau digunakan secara terputus-putus pada permukaan kulit disebut aman, seperti dilaporkan dalam International Journal of Toxicology tahun 1983 (studi penilaian paling baru). Sedangkan pada produk yang bertahan lebih lama di kulit hanya bisa memiliki konsentrasi SLS 1 persen.

Jadi, penggunaan produk kosmetik atau perawatan diri dengan kandungan SLS aman untuk kulit karena kebanyakan mengandung konsentrasi campuran yang rendah  Pada kebanyakan kasus, iritasi kulit mungkin terjadi ketika produk dibiarkan terlalu lama atau digunakan melebihi konsentrasi yang direkomendasikan. 

4. Klaim kesehatan lainya terkait SLS

Benarkah Sodium Lauryl Sulfate (SLS) Berbahaya untuk Kulit?ilustrasi gangguan mata (pixabay.com/nastya_gepp)

Seperti yang disinggung sebelumnya, SLS memiliki beberapa klaim negatif terkait penggunaannya pada produk konsumen sehari-hari. Selain menyebabkan iritasi kulit, SLS juga disebut dapat mengiritasi mata, karsinogenik, menyebabkan rambut rontok, dan katarak. Benarkah semua klaim tersebut? Mari kita kupas satu per satu!

  • SLS dan iritasi mata: SLS menyebabkan iritasi mata jika ia masih berupa bahan mentah industri. Dengan kata lain, iritasi ini bisa terjadi ketika terpapar SLS pada konsentrasi yang sangat tinggi. Konsentrasi ini tidak akan ditemui pada "produk jadi" konsumen sehingga tidak relevan jika penggunaan SLS disebut menyebabkan iritasi mata. 
  • SLS dan pembentukan katarak: klaim ini mengacu pada studi tahun 1987 dalam Journal of Biological Chemistry, yang melakukan pengujian pembentukan katarak dengan merendam lensa mata ke dalam larutan SLS pekat.
    Namun, SLS pekat ini hanya untuk uji iritasi ekperimental atau laboratorium, alias tidak akan ada dalam produk konsumen. Lagi pula, lensa mata dilindungi oleh lapisan mata yang kuat (kornea) yang tidak memungkinkan paparan bahan kimia dari penggunaan produk konsumen secara umum.
    Jadi, klaim SLS menyebabkan katarak merupakan klaim yang keliru yang terjadi akibat salah tafsir. Meskipun demikian, tetap harus hindari area mata saat menggunakan produk dengan SLS.
  • SLS dan efek karsinogenik: tidak ada bukti ilmiah apa pun yang menunjukkan sodium lauryl sulfate bersifat karsinogenik. Organisasi atau pusat penelitian kanker nasional maupun internasional juga tidak pernah melaporkan bahwa SLS dapat menyebabkan kanker.
  • SLS dan rambut rontok: sama seperti klaim sebelumnya, SLS sama sekali tidak dilaporkan dapat menyebabkan rambut rontok. Tidak ada penelitian ilmiah yang mendukung hal ini. 

5. Bagaimana penggunaan SLS untuk kulit sensitif?

Benarkah Sodium Lauryl Sulfate (SLS) Berbahaya untuk Kulit?ilustrasi seseorang mengalami masalah kulit (freepik.com/karlyukav)

Untuk kamu yang memiliki kulit sangat sensitif dan rentan mengalami ruam, mempertimbangkan produk tanpa SLS mungkin lebih baik. Misalnya, ketika kamu memiliki kondisi kulit seperti rosasea atau psoriasis.

Namun, sebetulnya tingkat iritan pada SLS biasanya juga tergantung pada formulasi produk. Produk dengan SLS mungkin bisa mengiritasi, sebagian lainnya mungkin tidak. Formulasi yang tepat, misalnya dengan penambahan kosurfaktan, biasanya dapat menurunkan efek samping iritasi dari penggunaan bahan kimia ini.

Jadi, kandungan sodium lauryl sulfate pada produk pembersih dan perawatan diri secara umum adalah aman untuk kulit. Namun, jika kamu memiliki kondisi kulit khusus dan khawatir akan efek negatifnya, mempertimbangkan produk tanpa SLS juga bisa kamu coba. Sebaiknya, konsultasikan dengan apoteker atau dokter kulit untuk menemukan produk yang cocok buat kesehatan kulitmu.

Baca Juga: 5 Kandungan Skincare untuk Perbaiki Skin Barrier, Bikin Kulit Kenyal!

Dwi wahyu intani Photo Verified Writer Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya