5 Fakta Medis Marasmus, Rendahnya Jumlah Kalori dalam Tubuh

Ikuti pedoman diet gizi seimbang untuk mencegahnya

Karbohidrat, lemak, dan protein, ketiganya adalah makronutrien penting yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar. Masing-masingnya, menyediakan sejumlah kalori yang penting untuk menghasilkan energi dan menunjang aktivitas tubuh yang normal.

Namun, apa jadinya ketika tubuh kekurangan semua elemen tersebut? Yaps, ini bisa menyebabkan kondisi yang disebut dengan marasmus.

Marasmus adalah jenis malnutrisi atau kondisi kekurangan gizi yang parah hingga  menyebabkan tubuh menjadi kurus, bahkan sangat kurus. Kabar buruknya, kondisi ini lebih sering dialami oleh anak-anak, terutama bayi, meskipun orang dewasa juga dapat mengembangkannya.

Apa saja fakta medis tentang marasmus yang penting untuk diketahui? Simak dalam ulasan berikut ini, yuk!

1. Penyebab marasmus

5 Fakta Medis Marasmus, Rendahnya Jumlah Kalori dalam Tubuhilustrasi diet (pixabay.com/Bru-nO)

Marasmus terjadi karena rendahnya asupan makronutrien dalam tubuh sehingga menurunkan jumlah kalori yang diperlukan tubuh untuk mempertahankan fungsinya dengan baik. Tak hanya nutrisi makro, rendahnya asupan nutrisi mikro, seperti vitamin dan mineral, juga turut memicu kondisi tersebut.

Penyebab marasmus sangat bervariasi, mulai kondisi sosial ekonomi hingga faktor kesehatan tertentu. Pada anak-anak, ini sering kali terjadi karena:

  • pemberian ASI yang tidak cukup
  • penyapihan dini, dan
  • penelantaran anak

Sedangkan pada orang dewasa atau kondisi secara umum, marasmus dapat terjadi karena faktor, seperti:

  • kemiskinan dan kelangkaan pangan
  • menderita penyakit, seperti AIDS
  • adanya infeksi yang menyebabkan diare kronis
  • gangguan penyerapan nutrisi (malabsorpsi), seperti penyakit celiac dan masalah pankreas.
  • gangguan makan, seperti anoreksia
  • demensia pada orang yang lebih tua
  • penelantaran
  • diet yang buruk.

2. Gejala

5 Fakta Medis Marasmus, Rendahnya Jumlah Kalori dalam Tubuhilustrasi gizi buruk (pixabay.com/aamiraimer)

Gejala utama marasmus adalah penurunan berat badan yang sangat signifikan. Kondisi ini menyebabkan hilangnya massa lemak dan jaringan otot yang mengakibatkan indeks massa tubuh (BMI) sangat rendah.

Selain penurunan berat badan, gejala lain dari marasmus bervariasi, tergantung keparahan dan ada tidaknya infeksi atau penyakit yang menyertai. Di antaranya:

  • kerangka tulang terlihat menonjol
  • kulit kering dan terlihat kendur
  • wajah tampak tua dan keriput
  • rambut kering, rapuh, dan rontok
  • fontanel (bagian lunak di area tengkorak) cekung pada bayi
  • terlihat tidak bersemangat dan lemah
  • pada anak-anak, marasmus dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun pemikiran.
  • menurunnya sistem kekebalan tubuh
  • menyebabkan rakitis karena kekurangan kalsium dan vitamin D
  • anemia karena kekurangan zat besi
  • atrofi perut karena jarang digunakan untuk mengolah makanan
  • tekanan darah rendah atau hipotensi. 

Baca Juga: Mengenal Polio, Penyakit yang Ditakuti pada Masanya

3. Diagnosis

5 Fakta Medis Marasmus, Rendahnya Jumlah Kalori dalam Tubuhilustrasi diskusi kesehatan pasien (pexels.com/Klaus Nielsen)

Ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan dokter untuk mendiagnosis marasmus. Di antaranya adalah:

  • Pemeriksaan fisik untuk melihat gejala fisik yang muncul. Marasmus sering kali terlihat jelas pada penampakan tubuh yang sangat kurus. 
  • Pemeriksaan ukuran tubuh. Misalnya meliputi pengukuran rasio tinggi-ke-berat badan dengan lengan atas untuk mengetahui tingkat keparahan kekurangan gizi. Selain itu, juga mengukur rasio tinggi badan-ke-umur untuk mengetahui keterlambatan pertumbuhan.
  • Tes darah untuk mengetahui kekurangan nutrisi secara spesifik sehingga bisa menentukan jenis nutrisi apa yang ditambahkan untuk proses pemberian makan kembali (refeeding). Selain itu, hitung darah juga dapat membantu mengidentifikasi adanya infeksi atau penyakit yang berkontribusi menyebabkan marasmus.

4. Pengobatan

5 Fakta Medis Marasmus, Rendahnya Jumlah Kalori dalam Tubuhilustrasi perawatan medis (pexels.com/Muskan Anand)

Penanganan marasmus harus dilakukan secara tepat dan hati-hati. Sebab, kondisi ini berisiko menyebabkan sindrom refeeding, yaitu komplikasi kekurangan gizi yang mengancam jiwa karena pemberian makan ulang yang terlalu cepat. Idealnya, pengobatan untuk marasmus melalui tiga tahapan berikut:

  • Tahap 1: resusitasi dan stabilisasi. Resusitasi yaitu pemberian cairan rehidrasi untuk menyeimbangkan jumlah elektrolit yang hilang. Ini bisa diberikan melalui suntikan atau secara oral. Setelah kondisi pasien stabil, proses stabilisasi atau pemberian makan dilakukan secara bertahap. 
  • Tahap 2: rehabilitasi gizi, yaitu pemberian makan secara hati-hati dan berkelanjutan. Ini biasanya dimulai dengan pemberian makanan dalam formula cair untuk menyeimbangkan karbohidrat, lemak, dan protein. 
  • Tahap 3: tindak lanjut dan pencegahan. Marasmus dapat kambuh kembali sehingga perlu adanya pengawasan dan pemantauan ketat untuk diet gizi seimbang. 

Selama masa pengobatan, penempatan pasien di ruang yang hangat biasanya juga diperlukan. Hal ini bertujuan untuk mencegah kedinginan akibat hipotermia. 

5. Prognosis

5 Fakta Medis Marasmus, Rendahnya Jumlah Kalori dalam Tubuhilustrasi makanan sehat (pexels.com/Alex Green)

Individu dengan marasmus yang mendapatkan perawatan dengan tepat, biasanya dapat pulih setelah 42 hari. Namun, seperti yang disampaikan sebelumnya, kondisi ini harus diawasi dan dipantau dengan baik untuk mencegah kekambuhan.

Selain itu, pada anak-anak, marasmus dapat  berpengaruh pada perkembangan fisik dan kognitifnya. Sering kali, ini membutuhkan upaya lebih untuk mengejar ketertinggalannya.

Sedangkan marasmus yang tidak diobati dengan tepat, ini bisa berisiko menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang. Misalnya, kelainan elektrolit, gagal jantung, infeksi, malabsorpsi gastrointestinal, atau disfungsi endokrinologis.

Marasmus adalah kondisi kekurangan gizi serius yang terjadi karena rendahnya jumlah kalori tubuh. Oleh sebab itu, sebaiknya selalu menjaga asupan makanan yang sehat dan bergizi seimbang untuk mencegah kondisi tersebut.

Baca Juga: Kurangi Risiko Diabetes dengan Menjaga  Asupan Kalori Harian

Dwi wahyu intani Photo Verified Writer Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya