Tenesmus: Dorongan Palsu untuk Buang Air Besar atau Buang Air Kecil

Seperti perasaan tidak tuntas setelah BAK atau BAB

Pernah gak sih, kamu merasakan keinginan yang terus-menerus untuk buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK), padahal tidak ada tinja atau urine yang bisa dikeluarkan? Biasanya, ini juga digambarkan sebagai perasaan tidak tuntas setelah BAK atau BAB.

Dalam istilah medis, kondisi ini dikenal dengan tenesmus, yaitu dorongan palsu untuk segera mengosongkan usus atau kandung kemih meski tidak ada limbah sekresi yang perlu dikeluarkan. Kondisi ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan, seperti dorongan yang kuat untuk mengejan hingga mual atau muntah.

Apa yang menyebabkan seseorang mengalami tenesmus dan bagaimana cara mengatasinya? Simak terus informasinya di bawah ini.

1. Ada dua jenis tenesmus, yaitu rektal dan vesikal

Tenesmus: Dorongan Palsu untuk Buang Air Besar atau Buang Air Kecililustrasi buang air (unsplash.com/GIorgio Trovato)

Tenesmus terbagi menjadi dua jenis, yaitu tenesmus rektal dan vesikal. Tenesmus rektal adalah kondisi yang memengaruhi usus sehingga menyebabkan dorongan palsu untuk buang air besar. Sedangkan tenesmus vesikal adalah kondisi yang memengaruhi otot-otot kandung kemih sehingga menciptakan desakan palsu untuk BAK.

Tenesmus rektal berbeda dengan sembelit. Pada sembelit, terdapat penumpukan tinja dalam usus yang memang butuh dikeluarkan, tetapi sulit dikeluarkan karena beberapa hal, misalnya kekurangan serat. Namun, pada tenesmus rektal, tidak ada tinja yang butuh dikeluarkan atau usus dalam kondisi kosong (mungkin ada sedikit tinja) yang normalnya tidak menimbulkan desakan untuk BAB.

2. Penyebab tenesmus

Tenesmus: Dorongan Palsu untuk Buang Air Besar atau Buang Air Kecililustrasi bakteri usus (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)

Tenesmus merupakan kondisi yang tidak terjadi dengan sendirinya, tapi ada kondisi medis lain yang mendasari. Penyebab paling umum adalah adanya peradangan atau iritasi pada saluran pencernaan atau saluran kencing.

Peradangan tersebut mungkin akan menyebabkan bengkak atau menimbulkan sensasi "penuh" di area sekitarnya sehingga memicu sel-sel saraf menjadi lebih sensitif dan merespons secara berlebihan setiap informasi yang diterimanya. Termasuk dalam menginformasikan pada otak dan usus untuk mengosongkan saluran pencernaan atau saluran kencing meski tidak ada yang perlu dikosongkan.

Tenesmus rektal dan vesikal merupakan kondisi yang disebabkan oleh faktor berbeda. Adapun beberapa kondisi yang dapat menyebabkan tenesmus rektal, yaitu :

  • Penyakit radang usus, seperti kolitis ulserativa atau penyakit Crohn. Dilaporkan sekitar 30 persen orang dengan kondisi ini mengalami tenesmus.
  • Infeksi menular seksual, seperti klamidia.
  • Endometriosis yang menyebar ke usus.
  • Polip kolorektal atau tumor.
  • Kanker anus.
  • Kolitis radiasi dari terapi radiasi.
  • Penyakit celiac.
  • Wasir.
  • Abses dubur.
  • Divertikulitis, yaitu peradangan pada dinding usus besar.
  • Diare berat atau sembelit.
  • Proktitis, yaitu peradangan pada kulit yang melapisi rektum.

Sementara kondisi yang mungkin menyebabkan tenesmus vesikal, termasuk:

  • Infeksi saluran kemih.
  • Prostatitis (radang prostat).
  • Vaginitis (radang vagina).
  • Kanker kandung kemih.
  • Kanker prostat.
  • Obstruksi saluran keluar kandung kemih.
  • Prolaps kandung kemih.
  • Batu kandung kemih.
  • Kandung kemih neurogenik.

Baca Juga: Perlukah Buang Air Kecil Setelah Berhubungan? Ini Jawabannya

3. Gejala tenesmus

Tenesmus: Dorongan Palsu untuk Buang Air Besar atau Buang Air Kecililustrasi sakit ginjal (freepik.com/wayhomestudio)

Selain dorongan atau perasaan mendesak untuk BAK atau BAB, tenesmus juga dapat menimbulkan gejala seperti nyeri, tekanan, kram, atau ketegangan yang tidak disengaja. Ini bisa hadir terus menerus-menerus atau datang dan pergi yang menyebabkan ketidaknyamanan.

Selain itu, orang dengan tenesmus mungkin juga dapat mengalami sakit perut atau pendarahan pada dubur, tergantung penyebab yang mendasarinya. Jika kamu mengalami gejala, seperti demam, menggigil, mual dan muntah, atau adanya darah dalam urine atau tinja, segera hubungi dokter. Dengan begitu, kamu bisa mengetahui kondisi medis yang memicunya dan mendapatkan penanganan yang tepat.

4. Diagnosis tenesmus

Tenesmus: Dorongan Palsu untuk Buang Air Besar atau Buang Air Kecililustrasi konsultasi dokter (pexels.com/SHVETS production)

Pada dasarnya, proses diagnosis tenesmus adalah untuk menemukan faktor penyebabnya. Ini mungkin mencakup pemeriksaan riwayat kesehatan, gejala, atau gaya hidup (seperti pola makan atau kebiasaan buang air besar). Pengujian fisik atau laboratorium mungkin juga diperlukan, seperti:

  • Pemeriksaan rektum digital: pemeriksaan fisik anus dan rektum yang dilakukan dengan memasukkan jari yang bersarung tangan yang dilumasi. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk mengetahui adanya wasir, darah, keluarnya lendir, infeksi, atau pertumbuhan abnormal.
  • Anoskopi atau sigmoidoskopi fleksibel: pemeriksaan anus, rektum, atau usus besar bagian bawah menggunakan teropong fleksibel. Ini biasanya digunakan untuk mendeteksi gangguan usus dan kanker usus besar.
  • Kolonoskopi: pemeriksaan lebih luas dari seluruh usus besar menggunakan alat yang disebut dengan kolonoskop.
  • Tes darah lengkap: untuk menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan sel darah putih.
  • Pengujian sampel tinja: untuk menguji adanya bakteri patogen dalam tinja yang mendasari penyakit.
  • Skrining infeksi menular seksual: untuk mendeteksi penyebab tenesmus dari kondisi menular seksual, termasuk klamidia, gonore, sifilis, dan lainnya. 

5. Pengobatan tenesmus

Tenesmus: Dorongan Palsu untuk Buang Air Besar atau Buang Air Kecililustrasi minum obat (pexels.com/cottonbro)

Pengobatan tenesmus biasanya berfokus pada penyebab yang mendasarinya. Ini sangat beragam, beberapa di antaranya adalah: 

  • Pemberian antibiotik jika penyebabnya adalah infeksi.
  • Pemberian obat pencahar dan melakukan diet tinggi serat jika penyebabnya adalah sembelit parah.
  • Pemberian obat antiinflamasi, seperti kortikosteroid jika terjadi peradangan.
  • Pengobatan dengan menargetkan otot, seperti obat antikolinergik yang dapat membantu menghalangi pergerakan otot tak sadar. Pengobatan ini dapat membantu mengobati kandung kemih yang terlalu aktif, atau juga menangani tenesmus rektal.
  • Melakukan diet bebas gluten untuk tenesmus yang disebabkan oleh penyakit celiac.

Tenesmus adalah sensasi ingin buang air besar atau buang air kecil secara terus-menerus meski tidak bisa melakukannya. Penyebabnya beragam, mulai dari kondisi yang relatif tidak berbahaya hingga perlu diwaspadai, seperti diare hingga kanker. Umumnya, tenesmus akan membaik setelah kondisi yang mendasarinya diidentifikasi dan diobati. 

Baca Juga: Sulit Buang Air Besar? Ini 5 Tanda Kamu Mengalami Gastroparesis 

Dwi wahyu intani Photo Verified Writer Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya