Kalsifilaksis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Kerusakan kulit akibat penumpukan kalsium

Kalsifilaksis atau calciphylaxis adalah penyakit serius akibat penumpukan kalsium dalam pembuluh darah yang menyebabkan penggumpalan darah, lesi kulit menyakitkan, hingga infeksi yang mengancam jiwa.

Kondisi yang juga dikenal sebagai arteriolopati uremik kalsifikasi ini biasanya terjadi pada orang-orang dengan penyakit ginjal kronis. Kondisi ini diperkirakan terjadi pada satu 1 persen per tahun pada orang yang menjalani dialisis atau cuci darah. Namun, ini juga bisa terjadi pada orang tanpa penyakit ginjal.

1. Gejala kalsifilaksis

Kalsifilaksis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi gejala kalsifilaksis (wikipedia.org/Niels Olson)

Gejala kalsifilaksis yang paling sering dan jelas adalah kerusakan kulit dengan adanya lesi berwarna ungu yang menyakitkan. Gejala ini biasanya tidak bisa disembuhkan.

Tanda dan gejala kalsifilaksis, meliputi:

  • Lesi kulit terutama pada tungkai bawah atau area yang memiliki kandungan lemak tinggi, seperti payudara, bokong, paha, dan perut, meskipun bisa terjadi di mana saja. Penyakit ini juga dapat memengaruhi jaringan lemak, organ dalam, atau otot rangka.
  • Lesi memiliki pola besar seperti jaring ungu pada kulit.
  • Benjolan dalam dan sangat nyeri yang memborok menciptakan luka terbuka dengan kerak hitam kecokelatan yang gagal sembuh.
  • Infeksi dari luka yang tidak kunjung sembuh.
  • Gejala lain, termasuk kelelahan, kelemahan, kram, depresi, dan pegal-pegal.

2. Penyebab kalsifilaksis

Kalsifilaksis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi penumoukan kalsium dalam pembuluh darah (pixabay.com/Vector8DIY)

Kalsifilaksis terjadi akibat penumpukan kalsium dalam pembuluh darah. Namun, tidak diketahui secara jelas mekanisme penyebab penumpukan tersebut. Kemungkinan ini terjadi karena adanya masalah metabolisme mineral dan hormon, seperti kalsium, fosfat, dan hormon paratiroid.

Dilansir Mayo Clinic, terdapat penelitian yang melaporkan bahwa orang dengan kalsifilaksis memiliki kelainan pada faktor pembekuan darah. Kondisi tersebut dapat menyebabkan pembentukan gumpalan darah kecil yang lebih sering dari biasanya.

3. Siapa yang berisiko mengalami kalsifilaksis? 

Kalsifilaksis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi penderita diabetes (pexels.com/photoMIX Company)

Menurut keterangan dari laman Healthline, orang dengan kondisi gagal ginjal lanjut berada pada risiko tertinggi mengalami kalsifilaksis. Ini dilaporkan pada sekitar 1 hingga 4,5 persen pasien yang menjalani dialisis.

Beberapa kondisi medis tertentu juga dilaporkan dapat meningkatkan risiko penyakit ini pada orang yang menjalani dialisis, seperti:

  • Diabetes
  • Kegemukan (obesitas)
  • Menggunakan obat warfarin (Caumadin) untuk mencegah pembekuan darah
  • Menggunakan suplemen kalsium yang mengandung pengikat fosfat
  • Memiliki penyakit hati

Mereka yang tidak mengalami penyakit ginjal juga berisiko mengembangkan kalsifilaksis apabila memiliki kondisi di bawah ini:

  • Kanker
  • Penyakit radang usus
  • Hiperparatiroidisme primer
  • Kondisi autoimun, seperti lupus, penyakit Crohn, atau artritis reumatoid
  • Kondisi hiperkoagulasi seperti kekurangan protein C dan protein S
  • Hepatitis alkoholik, yaitu peradangan hati akibat terlalu banyak konsumsi alkohol selama bertahun-tahun.

Tak hanya itu, kalsifilaksis juga diketahui dua kali lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Orang yang berusia di atas 50 tahun juga dilaporkan lebih sering mengidapnya.

Baca Juga: Neurodermatitis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

4. Diagnosis penyakit kalsifilaksis

Kalsifilaksis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi pemeriksaan dokter (pexels.com/Birdie Wyatt)

Pemeriksaan gejala, fisik, dan riwayat kesehatan dapat membantu dokter dalam menegakkan diagnosis kalsifilaksis.

Beberapa tes mungkin dibutuhkan, seperti:

  • Biopsi kulit (pengangkatan sedikit jaringan)
  • Tes darah
  • Studi pencitraan sinar-X (untuk menunjukkan endapan kalsium dalam pembuluh darah)

5. Pengobatan kalsifilaksis 

Kalsifilaksis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Pengobatan efektif untuk kalsifilaksis masih belum diketahui. Pengobatan akan difokuskan pada perawatan lesi kulit, mencegah infeksi, serta perbaikan kadar kalsium dan fosfor dalam darah. Ini bisa meliputi:

  • Enzymatic debriding agents: terapi luka menggunakan enzim
  • Pembalut hidrokoloid atau hydrogel
  • Antibiotik sistemik
  • Terapi oksigen hiperbarik
  • Obat-obatan, seperti natrium tiosulfat intravena (zat pengkelat untuk kalsium dan zat besi), dan cinacalcet (Sensipar)
  • Operasi paratiroidektomi, untuk pengangkatan satu atau lebih kelenjar paratiroid. Ini dilakukan jika obat-obatan tidak bisa mengontrol kadar kalsium dan fosfor
  • Dukungan nutrisi, psikologis, serta manajemen nyeri mungkin juga diperlukan

Itulah penjelasan seputar kalsifilaksis yang sering kali bisa berakibat fatal. Deteksi dan pengobatan dini mungkin akan memberikan hasil yang lebih baik.

Kalsifilaksis sering kali merupakan kondisi yang fatal. Menurut sebuah penelitian dalam American Journal of Kidney Diseases tahun 2015, orang dengan kondisi ini memiliki tingkat kelangsungan hidup satu tahun kurang dari 46 persen. Kematian umumnya diakibatkan oleh komplikasi, seperti infeksi dan sepsis.

Pemulihan adalah hal yang mungkin, serta diagnosis dan pengobatan dini dapat membawa hasil yang lebih baik.

Baca Juga: Sindrom Goodpasture: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Dwi wahyu intani Photo Verified Writer Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya
  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya