5 Mitos Urine yang Harus Diabaikan, Gak Terbukti secara Medis

Benarkah minum urine bisa menyembuhkan penyakit? 

Seperti yang kita ketahui, urine adalah produk limbah dari dalam tubuh yang “dibuang” melalui buang air kecil. Menariknya, banyak sekali mitos yang berkembang di masyarakat tentang “khasiat” urine sebagai alternatif pengobatan, bahkan untuk menjaga kesehatan tubuh.

Di beberapa negara, urine dipercaya dapat menyembuhkan beberapa kondisi medis, mulai rambut rontok hingga kanker. Padahal, jika dilihat dari asal muasalnya, cairan sisa ekskresi ini merupakan produk limbah yang memang seharusnya dibuang, bukan?

Nah, biar gak salah paham, yuk, ketahui beberapa mitos tentang urine beserta fakta medisnya berikut ini. Simak, ya!

1. Mitos 1: Urine adalah cairan yang steril atau bebas kuman

5 Mitos Urine yang Harus Diabaikan, Gak Terbukti secara Medisilustrasi urine (pixabay.com/frolicsomepl)

Banyak sekali yang beranggapan bahwa urine adalah cairan yang steril alias bebas kuman, seperti jamur dan bakteri. Faktanya, studi dalam Journal European Urology tahun 2015 menjelaskan bahwa urine mengandung kumpulan bakteri yang disebut dengan mikrobiota. Bakteri ini berada dalam urine dengan cara yang sama seperti bagaimana bakteri ada di dalam usus kita.

Dilansir ABC, bakteri dalam urine mungkin berada pada tingkat yang rendah atau sulit dideteksi pada orang yang sehat dan tidak memiliki infeksi saluran kemih. Hal ini memunculkan anggapan bahwa cairan itu steril. Namun pada kenyataanya, urine tidak steril atau “bersih” seperti yang dipercayai mitos.

Secara alami, tubuh adalah rumah dari berbagai kumpulan bakteri, termasuk pada saluran kemih. Ketika urine melewatinya, bakteri bisa mengontaminasi dan menyebabkan cairan tersebut jadi tidak steril.

2. Mitos 2: Minum urine bisa menjadi cara terapi untuk kesehatan

5 Mitos Urine yang Harus Diabaikan, Gak Terbukti secara Medisilustrasi orang memegang gelas berisi air (pexels.com/John Diez)

Kebiasaan minum urine memang sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Bahkan istilah seperti terapi urine, urophagia, atau urotherapy, umum digunakan untuk menyebut praktik ini di beberapa belahan dunia.

Melalui teks-teks kuno, terapi ini dipercaya dapat mengobati berbagai kondisi medis, seperti rambut rontok, jerawat, kanker, masalah kardiovaskuler, serta mencegah infeksi virus dan bakteri. Padahal, tidak ada bukti ilmiah di balik kepercayaan ini.

Urine bertugas untuk membuang cairan dan limbah yang sudah tidak digunakan oleh tubuh. Meminumnya hanya akan memasukkan bakteri dan zat berbahaya ke dalam aliran darah, bahkan menempatkan tekanan yang tidak semestinya pada ginjal.

Baca Juga: 5 Mitos Seputar Mandi yang Paling Banyak Dipercaya, Cek Dulu Faktanya

3. Mitos 3: Urine dapat digunakan untuk menghilangkan dehidrasi

5 Mitos Urine yang Harus Diabaikan, Gak Terbukti secara Medisilustrasi orang menuang air (pixabay.com/Pexels)

Urine adalah cairan terkonsentrasi yang diproduksi oleh ginjal. Ini terdiri dari sekitar 95 persen air dan beberapa komponen lain, seperti urea, klorida, sodium, kalium, dan limbah seperti kreatinin.

Komponen penyusunnya bisa berbeda pada setiap orang yang biasanya dipengaruhi oleh adanya infeksi atau kondisi medis tertentu. Pada kondisi tersebut, urine mungkin mengandung komponen tambahan, seperti protein, sel darah merah, dan glukosa.

Meski terdiri dari banyak air, faktanya urine mengandung garam dan mineral pekat. Meminumnya dengan tujuan menghilangkan dehidrasi hanya akan meningkatkan garam dalam tubuh. Untuk mengimbanginya, kamu harus lebih banyak buang air kecil. Hal ini justru menyebabkan urine lebih pekat dan mempercepat dehidrasi.

4. Mitos 4: Urine bisa menjadi pertolongan pertama saat tersengat ubur-ubur

5 Mitos Urine yang Harus Diabaikan, Gak Terbukti secara Medisilustrasi penyelam (pexels.com/Noz Urbina)

Urine memang mengandung zat seperti amonia dan urea yang dapat meredakan sengatan ubur-ubur. Namun, di dalamnya juga terdapat air yang mengencerkan kedua zat tersebut, sehingga membuatnya mirip dengan air tawar. Hal ini justru dapat memperburuk sengatannya.

Tak hanya itu, urine juga terdiri dari komponen natrium atau garam yang dapat mengaktifkan sel-sel pada tentakel ubur-ubur. Hal ini membuat tentakel ubur-ubur menyengat lebih dalam dan melepaskan lebih banyak racun.

Jika kamu mengalami sengatan ubur-ubur saat bermain di pantai, menggunakan air laut untuk melepaskan tentakel adalah pilihan yang lebih baik daripada dengan air kencing. Meskipun keduanya mengandung garam.

5. Mitos 5: Urine dapat mengobati penyakit kaki atlet (tinea pedis)

5 Mitos Urine yang Harus Diabaikan, Gak Terbukti secara Medisilustrasi merendam kaki (pexels.com/Valeria Boltneva)

Mitos unik lainnya dari urine adalah bahwa ia juga dipercaya dapat mencegah maupun mengobati "kaki atlet" atau jamur kaki. Kaki atlet atau dalam istilah medis disebut tinea pedis adalah infeksi jamur yang menyebabkan rasa gatal, kulit bersisik, dan kemerahan.

Urine yang mengandung urea dipercaya bekerja mengatasi masalah tersebut. Padahal, dibutuhkan urea dalam jumlah besar untuk mengatasinya. Hal ini sulit untuk didapatkan hanya dari urine.

Nah, itulah beberapa mitos tentang urine yang sering kali membuat kesalahpahaman dan sebaiknya mulai diabaikan. Semoga informasi dalam artikel ini membantu membuat keputusan terbaik tentang kesehatan kamu, ya!

Baca Juga: 5 Info Terkait Jamu Pelancar Haid, Bukan Sekadar Mitos!

Dwi wahyu intani Photo Verified Writer Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya