Relapsing Polychondritis, Peradangan Langka pada Hidung dan Telinga 

Peradangan bisa berlangsung beberapa hari hingga minggu 

Relapsing polychondritis atau polikondritis kambuhan adalah peradangan berulang yang terjadi pada tulang rawan. Kondisi ini bisa memengaruhi telinga, hidung, persendian, saluran pernapasan, dan jantung. Namun, telinga adalah bagian tubuh yang paling sering terkena.

Bila kamu mengalami nyeri sendi dan melihat ada perubahan seperti peradangan pada telinga atau hidung, kondisi ini patut dicurigai. Untuk mewaspadainya, mari kenali penyebab, gejala, diagnosis, dan pengobatan dari relapsing polychondritis.

1. Gejala biasanya dimulai dengan nyeri tiba-tiba di telinga

Relapsing Polychondritis, Peradangan Langka pada Hidung dan Telinga freepik.com/cookie_studio

Tanda dan gejala relapsing polychondritis bervariasi dari orang ke orang. Ini juga bergantung pada area mana yang terkena. Semua bagian tubuh yang terdapat tulang rawan dapat terpengaruh oleh penyakit langka ini.

Menurut keterangan dari National Organization for Rare Disorder (NORD), gejala relapsing polychondritis dimulai dengan nyeri tiba-tiba, nyeri tekan, dan pembengkakan tulang rawan pada salah satu atau kedua telinga. Peradangan ini bisa menyebar ke bagian telinga yang lain dan bisa berlangsung hingga berminggu-minggu.

Peradangan pada telinga bagian dalam dapat menyebabkan gangguan pendengaran, keseimbangan, dan vertigo.

Ketika relapsing polychondritis memengaruhi hidung, biasanya ditandai dengan hidung pelana atau hidung pesek, hidung tersumbat atau penuh, dan mengeras.

Sementara itu, jika penyakit ini menyerang tenggorokan, dapat menyebabkan batuk kronis, kesulitan bernapas, ataupun kesulitan menelan.

Pada beberapa kasus, penyakit ini juga bisa menyebabkan radang dan disfungsi ginjal, peradangan pada tulang rusuk dan tulang dada, serta peradangan pada mata seperti skleritis dan uveitis.

2. Penyebabnya belum diketahui

Relapsing Polychondritis, Peradangan Langka pada Hidung dan Telinga Kondisi telinga dan hidung pada relapsing polychondritis. nejm.org

Hingga kini penyebab pasti dari relapsing polychondritis belum diketahui. Namun, para peneliti menduga bahwa kondisi ini merupakan gangguan autoimun

Beberapa faktor seperti genetik dan lingkungan juga dianggap memengaruhi gangguan ini. Melansir Verywell Health, ada bukti bahwa beberapa orang dilahirkan dengan kerentanan genetik terhadap relapsing polychondritis.

Seseorang dengan sifat genetik HLA-DR4 lebih mungkin mengembangkan kondisi ini. Akan tetapi, orang yang punya sifat genetik tersebut tidak selalu akan mengembangkan relapsing polychondritis.

Selain itu, faktor lingkungan seperti stres juga diperkirakan dapat memicu gejala ini.

Baca Juga: Mengenal Malformasi Chiari, Penyakit Langka yang Diidap Dayana

3. Gejala biasanya muncul pada usia antara 40 dan 60 tahun

Relapsing Polychondritis, Peradangan Langka pada Hidung dan Telinga freepik/rawpixel.com

Relapsing polychondritis memengaruhi laki-laki dan perempuan dalam jumlah yang sama. Gejalanya biasanya terdiagnosis pada usia antara 40 dan 60 tahun. Akan tetapi, kondisi ini juga dapat menyerang siapa saja dari usia berapa pun.

Berdasarkan laporan dalam jurnal Biomedicine tahun 2018, diperkirakan sekitar 3,5 dari 1.000.000 orang terdiagnosis penyakit ini setiap tahunnya di seluruh dunia, yang mana jumlah tersebut kurang dari 5 persen, memengaruhi anak-anak sejak 1 hingga 17 bulan, memengaruhi anak-anak sejak usia 1 hingga 17 bulan.

4. Diagnosis 

Relapsing Polychondritis, Peradangan Langka pada Hidung dan Telinga pixabay.com/nastya_gepp

Tidak ada tes khusus untuk menegakkan diagnosis relapsing polychondritis.  Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan gejala, atau tes darah untuk mengetahui tanda-tanda peradangan.

Diagnosis gangguan ini ditegakkan berdasarkan pada pemenuhan tiga atau lebih dari enam kriteria khusus di bawah ini:

  • Peradangan tulang rawan di kedua telinga
  • Radang tulang rawan hidung
  • Peradangan tulang rawan di jalan napas
  • Artritis pada setidaknya lima sendi pada saat bersamaan
  • Masalah pendengaran atau keseimbangan
  • Peradangan pada mata

Pada beberapa kasus, dokter mungkin juga melakukan uji biopsi dengan mengambil sejumlah kecil jaringan tubuh untuk dilihat di bawah mikroskop.

5. Pengobatan 

Relapsing Polychondritis, Peradangan Langka pada Hidung dan Telinga pexels.com/Polina Tankilevitch

Pengobatan relapsing polychondritis biasanya ditujukan untuk meredakan gejala dan menjaga tulang rawan di area yang terkena. Terapi kortikosteroid dengan prednison, aspirin, dan senyawa antiinflamasi nonsteroid seperti dapson dan/atau kolkisi umumnya digunakan untuk penanganan gejala penyakit ini.

Untuk kasus yang ekstrem, penggunaan obat-obatan yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh seperti siklofosfamid, 6-merkaptopurin, dan azathioprine biasanya direkomendasikan.

Itulah informasi seputar relapsing polychondritis. Bila kamu mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas tadi, sebaiknya periksakan diri ke dokter agar bisa diperiksa secara menyeluruh, diketahui penyebabnya, dan mendapat penanganan yang tepat.

Baca Juga: Mengenal Ichtyosis Vulgaris, Salah Satu Penyakit Kulit Langka

Dwi wahyu intani Photo Verified Writer Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya