Sindrom Dressler: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Komplikasi, Pengobatan

Waspadai nyeri dada pascaoperasi jantung

Sindrom Dressler atau Dressler's syndrome adalah jenis peradangan pada kantung yang mengelilingi jantung (perikardium). Kondisi ini biasanya terjadi setelah seseorang mengalami peristiwa serangan jantung, operasi jantung, atau trauma tumpul di dada.

Gangguan yang juga disebut sebagai sindrom pasca-infark miokard, perikarditis pasca-trauma, atau sindrom cedera pasca cedera jantung ini bisa berakibat fatal jika tidak diobati, meski kondisi ini biasanya dapat sembuh sendiri.

Apa yang menyebabkan terjadinya peradangan setelah serangan atau operasi jantung tersebut? Berikut ulasan medis sindrom Dressler yang telah dirangkum dari berbagai sumber, termasuk gejala, penyebab, diagnosis, serta pengobatannya.

1. Gejala sindrom Dressler

Sindrom Dressler: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Komplikasi, Pengobatanilustrasi nyeri dada setelah operasi (freepik.com/jcomp)

Seseorang yang mengalami sindrom Dressler biasanya mengalami gejala setelah berminggu-minggu hingga berbulan-bulan setelah serangan jantung, operasi jantung, atau cedera traumatis. Ini mungkin terjadi sekitar dua sampai lima minggu setelah mengalami  peristiwa tersebut.

Gejalanya mungkin meliputi:

  • Nyeri dada yang lebih buruk saat berbaring
  • Nyeri dada yang memburuk saat pernapasan dalam atau batuk (nyeri pleuritik)
  • Demam
  • Suit bernapas atau sesak napas
  • Kelelahan
  • Detak jantung cepat (takikardia)
  • Nafsu makan menurun
  • Efusi perikardial (penumpukan cairan antara perikardium dan jantung itu sendiri)

2. Penyebab sindrom Dressler

Sindrom Dressler: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Komplikasi, Pengobatanilustrasi jantung (freepik.com/kjpargeter)

Penyebab sindrom Dressler tidak diketahui dengan jelas. Namun, para ahli menduga bahwa kondisi ini disebabkan oleh respons sistem kekebalan tubuh terhadap kerusakan jantung, yang mana tubuh bereaksi terhadap jaringan yang rusak atau terluka dengan mengirimkan sel-sel kekebalan dan antibodi untuk memperbaiki area tersebut.

Respons ini terkadang dapat memicu peradangan berlebihan pada perikardium, yang disebut perikarditis. Reaksi kekebalan ini biasanya membutuhkan waktu untuk berkembang. Oleh karena itu, sindrom Dressler tidak terjadi segera setelah ada kerusakan, tetapi berminggu atau berbulan-bulan sesudahnya.

Dilansir Healthline, beberapa peristiwa yang diketahui memicu sindrom Dressler meliputi operasi jantung, intervensi koroner perkutan, implantasi alat pacu jantung, ablasi jantung, isolasi vena pulmonalis, dan trauma di dada.

Baca Juga: Manfaat Puasa untuk Kesehatan Jantung, Sayang untuk Dilewatkan!

3. Komplikasi yang mungkin terjadi pada sindrom Dressler

Sindrom Dressler: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Komplikasi, Pengobatanilustrasi pasien mengalami komplikasi jantung (freepik.com/freepik)

Selain perikarditis, reaksi sistem kekebalan tubuh juga dapat menyebabkan penumpukan cairan di jaringan sekitar paru-paru, yang disebut dengan efusi pleura. Pada kasus yang jarang, sindrom Dressler juga dapat menyebabkan beberapa komplikasi, seperti:

  • Tamponade jantung, yaitu kondisi ketika cairan yang menumpuk di perikardium (efusi perikardia) memberi tekanan pada jantung, memaksanya bekerja lebih keras dan mengurangi kemampuan jantung untuk memompa darah secara efisien. Ini dapat menyebabkan kegagalan organ, syok, atau bahkan kematian

  • Perikarditis konstriktif, yaitu kondisi di mana kantung jantung menebal dan bekas luka akibat peradangan yang berulang dan kronis. Ini juga dapat mengurangi kemampuan jantung untuk memompa darah

4. Diagnosis sindrom Dressler

Sindrom Dressler: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Komplikasi, Pengobatanilustrasi pemeriksaan dengan MRI (amitahealth.org)

Dilansir laman National Center for Biotechnology Information (NCBI), sindrom Dressler harus dipertimbangkan jika pasien mengalami malaise atau kelelahan persisten setelah operasi jantung atau serangan jantung, terutama jika gejala muncul lebih dari dua minggu setelah kejadian.

Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan riwayat medis dan pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk pemeriksaan detak jantung dengan stetoskop. Suara spesifik, yang disebut "gosok perikardial" dapat menunjukkan peradangan.

Jika dicurigai menderita sindrom Dressler, dokter mungkin akan merekomendasikan beberapa tes seperti:

  • Hitung darah lengkap. Kebanyakan orang dengan gangguan ini memiliki peningkatan jumlah sel darah putih.
  • Tes darah untuk menunjukkan adanya peradangan.
  • Elektrokardiogram untuk merekam sinyal listrik jantung. Perubahan pada persinyalan jantung dapat menunjukkan tekanan pada jantung.
  • Rontgen dada untuk mendeteksi cairan di sekitar jantung atau paru-paru.
  • Pencitraan resonansi magnetik (MRI) jantung yang dapat membantu menunjukkan penebalan perikardium.

5. Pengobatan untuk meredakan gejala

Sindrom Dressler: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Komplikasi, Pengobatanilustrasi pasien minum obat (pexels.com/Michelle Leman)

Pengobatan sindrom Dressler difokuskan untuk meredakan gejala. Ini mungkin melibatkan obat-obatan dan pembedahan, jika terjadi komplikasi.

Dokter mungkin akan merekomendasikan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti aspirin, ibuprofen (advil, motrin IB), atau kolkisin. Jika obat-obatan tersebut tidak membantu, dokter mungkin akan meresepkan kortikosteroid (umumnya ini hanya digunakan jika pengobatan lainnya tidak berhasil).

Sementara itu, jika terjadi komplikasi, tindakan medis seperti perikardiosentesis (penyedotan cairan dari perikardium) atau perikardiektomi (pembedahan untuk mengangkat perikardium), mungkin akan dilakukan.

Itulah beberapa informasi medis seputar sindrom Dressler. Kondisi ini termasuk sangat jarang terjadi. Diagnosis dan pengobatan dini dapat memberikan kelangsungan hidup yang baik dan mencegah komplikasi.

Baca Juga: Perempuan Lebih Rentan Terkena Penyakit Jantung? Berikut 5 Faktanya!

Dwi wahyu intani Photo Verified Writer Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya