Sindrom Pitt-Hopkins: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Bisa sebabkan gangguan bicara dan kelainan perilaku anak

Sindrom Pitt-Hopkins atau Pitt-Hopkins syndrome (PTHS) adalah gangguan perkembangan saraf yang mengakibatkan anak mengalami disabilitas intelektual, gangguan berbicara dan berjalan, serta perubahan beberapa fitur wajah. Pada beberapa kasus, sindrom ini juga bisa menyebabkan gejala autisme.

PTHS adalah kelainan langka yang pertama kali dijelaskan oleh D. Pitt dan I. Hopkins dalam sebuah literatur medis, Australian Pediatric Journal, pada tahun 1978. Diperkirakan, sekitar 500 individu mengidap gangguan ini di seluruh dunia. Namun, insiden pastinya tidak diketahui secara pasti karena PTHS sering kali tidak terdiagnosis atau salah diagnosis.

1. Penyebab sindrom Pitt-Hopkins

Sindrom Pitt-Hopkins: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi mutasi genetik (pixabay.com/madartzgraphics)

PTHS terjadi akibat perubahan tak terduga atau mutasi pada gen TCF4, yaitu gen yang menginstruksikan untuk memproduksi protein yang mengikat protein lain dan berikatan dengan DNA tertentu untuk membantu mengontrol aktivitas gen-gen lainnya.

Protein TCF4 memainkan peran penting dalam banyak fungsi tubuh, termasuk perkembangan otak dan diferensiasi saraf. Protein ini sangat diekspresikan selama masa perkembangan manusia. Adanya mutasi gen TCF4 menyebabkan protein tersebut tidak berfungsi dengan baik, rusak, atau bahkan tidak ada atau diproduksi berlebihan.

Kerusakan ini dapat mengganggu kemampuan protein mengikat DNA dan mengontrol aktivitas gen tertentu, seperti aktivitas gen yang terlibat dalam perkembangan dan fungsi sistem saraf. Kondisi tersebut menyebabkan timbulnya gejala PTHS.

2. Gejala dan tingkat keparahan sindrom Pitt-Hopkins sangat bervariasi dari orang ke orang

Sindrom Pitt-Hopkins: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi bayi dengan sindrom Pitt-Hopkins (pitthopkins.org)

Pasien PTHS memiliki tanda dan gejala yang bervariasi. Berikut ini adalah beberapa gejala yang bisa dialami pasien dengan PTHS, walaupun tidak semua pasien mengalami semua gejalanya.

  • Memiliki tonus otot yang rendah (hipotonia) dan terkulai secara tidak normal. Ini dapat memengaruhi kemampuan makan, berjalan, dan motorik lainnya pada anak.
  • Beberapa bayi memiliki ukuran kepala yang kecil (mikrosefali).
  • Keterlambatan perkembangan seperti terlambat berbicara, berjalan, duduk, atau mengangkat kepala.
  • Anak mungkin belajar berjalan berbulan-bulan atau bertahun-tahun lebih lambat dari yang diharapkan. Beberapa ada yang tidak bisa berjalan sendiri atau memiliki kemampuan berjalan yang tidak stabil dengan gaya berjalan yang lebar.
  • Kemampuan bicara juga tertunda, beberapa mungkin belajar mengucapkan beberapa kata, sedangkan sebagian lainnya mungkin tidak memiliki keterampilan berbicara. Namun, mereka memiliki reseptif bahasa yang baik, artinya dapat memahami lebih banyak informasi yang diucapkan kepada mereka daripada mengucapkannya sendiri.
  • Gangguan perilaku, seperti sering tertawa dan tersenyum pada momen yang tidak tepat, memiliki disposisi bahagia, mudah bergaul, ledakan agresif, kecemasan, menggigit tangan dan membenturkan kepala, serta melakukan gerakan tangan dan kepala stereotip lainnya.
  • Beberapa juga dapat menunjukkan gangguan spektrum autisme yang ditandai dengan gangguan komunikasi dan keterampilan sosialisasi.
  • Fitur wajah yang khas, seperti mulut lebar abnormal dengan bibir bawah penuh, jarak gigi lebar, lubang hidung lebar, jembatan hidung lebar, ujung hidung tajam dan menunduk, telinga agak berbentuk cangkir, mata yang dalam, serta dagu yang menonjol. Ciri ini biasanya makin terlihat jelas seiring bertambahnya usia.
  • Masalah pernapasan, termasuk episode pernapasan cepat (hiperventilasi episodik) yang diikuti episode kesulitan bernapas atau berhenti bernapas sejenak (krisis apnea). Krisis apnea dapat menyebabkan kebiruan tidak normal pada kulit karena kekurangan oksigen. Masalah ini biasanya timbul pada anak usia sekitar 7 bulan hingga 7 tahun.
  • Kejang, yang terjadi pada hampir setengah penderita PTHS. Kejang bisa dimulai kapan saja selama masa kanak-kanak atau remaja.
  • Gangguan tidur, seperti teror malam
  • Gangguan pencernaan, seperti sembelit, masalah makan dini, atau refluks
  • Masalah penglihatan, termasuk rabun jauh, mata juling atau strabismus, dan astigmatisme
  • Fitur kerangka: skoliosis, telapak kaki rata, kaki pengkor, tangan dan kaki kecil, ujung jari lebar atau jari meruncing, jari bengkok atau melengkung (klinodaktili), dan jari kaki tumpang tindih.

Baca Juga: Super Langka, 7 Penyakit Ini Cuma Diderita oleh Sedikit Orang di Dunia

3. Sindrom Pitt-Hopkins umumnya terjadi karena mutasi baru, bukan diturunkan dari orang tua

Sindrom Pitt-Hopkins: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi keluarga dengan anak yang mengalami sindrom Pitt-Hopkins (pitthopkins.org)

Menurut keterangan dari National Organization for Rare Disorders, PTHS hampir selalu terjadi sebagai mutasi baru (sporadis atau de novo). Ini menunjukkan bahwa kelainan genetik ini biasanya tidak diwariskan oleh orang tua.

Namun, jika mutasi ini diteruskan dari orang tua ke anak, akan terjadi secara autosomal dominan, yaitu pewarisan sifat yang hanya membutuhkan satu salinan gen abnormal untuk menyebabkan penyakit. Kemungkinan anak mewarisi sifat tersebut adalah 50 persen, terlepas dari jenis kelamin anak.

4. Diagnosis sindrom Pitt-Hopkins

Sindrom Pitt-Hopkins: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi anak dengan sindrom Pitt-Hopkins (commons.wikimedia.org/Taddeucci, G., Bonuccelli, A., Mantellassi, I. et al.)

Diagnosis PTHS sering kali tumpang tindih dengan beberapa gangguan perkembangan saraf lainnya, seperti sindrom Angelman, sindrom Rett, dan sindrom Mowat-Wilson.

Sindrom Angelman adalah gangguan perkembangan saraf yang memiliki gejala paling mirip dengan PTHS. Namun, PTHS dikaitkan dengan fitur wajah berbeda yang tidak ditemukan pada sindrom Angelman, termasuk penyempitan bitemporal, jembatan hidung lebar dan lubang hidung melebar, dan mulut besar dengan bibir atas berbentuk M yang menonjol, mengutip laman Cambridge University Press.

Sindrom Rett sering kali juga dikaitkan dengan PTHS. Namun, sindrom Rett biasanya muncul sebagai ensefalopati progresif, dengan kemunduran bahasa dan keterampilan motorik yang diperoleh sebelumnya, yang mana ini bukanlah ciri khas dari PTHS.

Sementara itu, sindrom Mowat-Wilson juga memiliki gejala yang serupa dengan PTHS dalam hal sembelit parah. Namun, sindrom ini menyebabkan malformasi mayor yang tidak ditemukan pada PTHS, termasuk kelainan jantung, kelainan genitourinari, serta adanya pola khas anomali wajah (yaitu konfigurasi cuping telinga yang terangkat, hipertelorisme, dan lengkung rahang bawah linier).

Diagnosis PTHS biasanya bergantung pada riwayat kesehatan yang terperinci, pemeriksaan klinis yang menyeluruh, dan identifikasi gejala khas. Selain itu, pengujian genetik molekular mungkin juga diperlukan untuk mengonfirmasi hasil temuan.

5. Pengobatan sindrom Pitt-Hopkins

Sindrom Pitt-Hopkins: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi perawatan kesehatan anak (ucsf.edu)

Pengobatan PTHS biasanya memerlukan koordinasi tim ahli, seperti dokter spesialis anak, ahli genetika medis, ahli saraf anak, ahli gastroenterologi, dokter mata, ahli paru, ahli patologi bicara, psikolog, dan profesional kesehatan lainnya untuk merencanakan perawatan yang sistematis dan komprehensif.

Terapi okupasi, terapi fisik, terapi bicara, serta penilaian perkembangan biasanya disarankan setelah diagnosis awal. Diet tinggi serat kadang juga direkomendasikan untuk mengatasi sembelit yang umum dialami pasien PTHS.

Penggunaan obat-obatan seperti obat antiepilepsi atau acetazolamide juga dilaporkan dapat membantu mengatasi masalah hiperventilasi dan/atau apnea. Melakukan konseling genetik juga akan bermanfaat untuk individu yang terkena serta keluarganya.

Itulah sederet fakta medis sindrom Pitt-Hopkins. Segera konsultasikan dengan dokter jika menemukan gejala-gejalanya supaya mendapat penanganan yang tepat. Memberikan dukungan psikososial juga penting untuk keluarga yang berjuang dengan penyakit ini.

Baca Juga: Sindrom Timothy: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Dwi wahyu intani Photo Verified Writer Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya