Terlalu Sering Stres? Hati-hati, Ini 5 Dampak Buruknya bagi Otak

Salah satunya, otakmu bisa menyusut, lho!

Stres merupakan bagian yang melekat dalam kehidupan seseorang. Stres bisa dialami setiap hari dan dalam berbagai bentuk. Mulai dari persoalan kecil hingga besar, tergantung cara kita menyikapinya. Tak cuma mental, stres juga bisa memengaruhi fisik. Salah satunya berdampak buruk bagi otak kita.

Sebuah penelitian berjudul "Emotional Stress Induces Structural Plasticity in Bergmann Glial Cells via an AC5–CPEB3–GluA1 Pathway" yang terbit dalam Journal of Neuroscience April 2020 lalu mengungkap bahwa satu peristiwa stres bisa dengan cepat menyebabkan perubahan jangka panjang pada astrosit.

Saat kita stres, astrosit menyusut dari sinapsis yang mengakibatkan gangguan komunikasi saraf. Sinapsis adalah struktur yang memungkinkan informasi berpindah dari satu sel ke sel lain melalui neurotransmiter. Astrosit memiliki peran penting dalam aktifivas neurotansmiter, menyatukan antar neuron, dan perbaikan cedera otak

Meski penelitian ini dilakukan pada tikus, tetapi kemungkinan hal yang sama juga terjadi pada manusia. Nah, supaya lebih bijak dalam mengelola stres, kamu perlu tahu apa saja efek buruk stres bagi kesehatan otak. Berikut ini penjelasannya.

1. Memori akan terganggu

Terlalu Sering Stres? Hati-hati, Ini 5 Dampak Buruknya bagi Otakmedicalnewstoday.com

Sering lupa menaruh barang? Misalnya kunci, kartu ATM, dan sebagainya. Bahkan, kadang belum semenit barang tersebut diletakkan, kamu sudah lupa di mana menaruhnya. Jika pernah mengalaminya, bisa jadi kamu sedang mengalami stres.

Studi berjudul "A critical review of chronic stress effects on spatial learning and memory" dalam jurnal Progress in Neuro-Psychopharmacology and Biological Psychiatry tahun 2010 mengemukakan bahwa stres kronis memiliki dampak negatif pada apa yang dikenal sebagai memori spasial atau kemampuan untuk mengingat informasi lokasi objek di lingkungan serta orientasi spasial. Subjek penelitian ini adalah tikus muda jantan.

Untuk tikus yang lebih tua, makin tinggi tingkat hormon stres kortisol, maka memori jangka pendek akan mengalami penurunan. Ini tertuang dalam penelitian berjudul "Adrenocortical Status Predicts the Degree of Age-Related Deficits in Prefrontal Structural Plasticity and Working Memory" dalam Journal of Neuroscience tahun 2014.

Studi terbaru dilakukan pada manusia dengan melakukan perjalanan virtual lewat fMRI. Studi berjudul "Stress Disrupts Human Hippocampal-Prefrontal Function during Prospective Spatial Navigation and Hinders Flexible Behavior" dalam jurnal Current Biology yang terbit pada Mei 2020 lalu menemukan, stres dapat menghalangi kemampuan untuk mengembangkan rencana yang tepat, dengan mencegah membuat keputusan berdasarkan ingatan.

Setelah partisipan studi akrab dengan medan kota virtual, tiba-tiba mereka mendapat sengatan listrik ringan yang sebenarnya tidak berpengaruh pada sistem kerja. Begitu, mereka ditempatkan di posisi awal, peserta yang stres akibat sengatan listrik cenderung bingung memilih arah yang mana.

Hal tersebut terjadi karena adanya gangguan jaringan lobus hipokampus-frontal, di mana hipokampus memainkan peran penting dalam konsolidasi informasi dari memori jangka pendek ke panjang, serta dalam memori spasial yang memungkinkan untuk navigasi.

2. Otak akan menyusut

Terlalu Sering Stres? Hati-hati, Ini 5 Dampak Buruknya bagi Otakbrightside.me

Stres bisa memicu beragam penyakit kronis, misalnya hipertensi dan penyakit kardiovaskular. Tak hanya itu, otak yang terkait dengan pengaturan emosi, metabolisme, dan memori pun juga terkena imbas dari stres.

Tim peneliti dari Universitas Yale, Amerika Serikat (AS), menemukan fakta bahwa terlalu sering stres menyebabkan hilangnya koneksi sinaptik antara sel-sel otak, yang dapat mengakibatkan penurunan massa otak di korteks prefrontal (bagian otak tepat di belakang dahi yang bertanggung jawab untuk mengatur perilaku).

Diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine tahun 2012, penelitian tersebut mengamati 100 partisipan sehat yang memberi informasi tentang peristiwa stres dalam hidup mereka. Didapat hasil bahwa apa yang membuat mereka stres menyebabkan materi abu-abu yang lebih kecil di korteks prefrontal, wilayah otak yang terkait dengan hal-hal seperti pengendalian diri dan emosi.

Stres kronis sehari-hari tampaknya hanya berdampak kecil pada volume otak, tetapi dapat membuat orang lebih rentan terhadap penyusutan otak ketika mereka dihadapkan pada stresor (pemicu stres) traumatis yang intens.

Jenis stres yang berbeda memengaruhi otak dengan cara yang berbeda pula. Peristiwa stres yang dialami (misalnya kehilangan pekerjaan atau kecelakaan mobil) memengaruhi kesadaran emosional. Peristiwa traumatis (kematian orang yang dicintai atau terdiagnosis penyakit serius) berdampak lebih besar pada pusat suasana hati.

Baca Juga: 6 Alasan Kenapa Stres Dampak Stres pada Laki-Laki Lebih Parah

3. Bisa mengubah struktur otak

Terlalu Sering Stres? Hati-hati, Ini 5 Dampak Buruknya bagi Otakpixabay.com/ElisaRiva

Tim peneliti dari University of California, Berkeley, AS, menemukan bahwa stres kronis memicu perubahan jangka panjang dalam struktur dan fungsi otak. Penemuan yang diterbitkan dalam jurnal Molecular Psychiatry tahun 2014 ini menjelaskan tentang bagaimana orang muda yang mengalami stres kronis di awal kehidupan rentan terhadap masalah mental, seperti kecemasan dan gangguan mood, di kemudian hari.

Penyakit yang berhubungan dengan stres, seperti gangguan stres pasca trauma (PTSD), mengakibatkan perubahan dalam struktur otak, termasuk perbedaan volume materi abu-abu versus materi putih, dan ukuran serta konektivitas amigdala.

Otak terdiri dari neuron dan sel pendukung, yang dikenal sebagai materi abu-abu, yang bertanggung jawab atas pemikiran tingkat tinggi seperti pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Namun, otak juga mengandung apa yang disebut dengan materi putih, yang terdiri dari semua akson yang terhubung dengan daerah lain di otak untuk mengomunikasikan informasi.

Dinamai materi putih karena selubung putih berlemak (disebut mielin) yang mengelilingi akson yang mempercepat sinyal listrik yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi ke seluruh otak. Melansir Verywell Mind, akson adalah serat yang memanjang dari bagian badan sel ke ujung terminal dan mengirimkan sinyal saraf. Semakin besar diameter akson, semakin cepat ia mengirimkan informasi.

Peneliti menemukan, produksi mielin yang berlebihan karena stres kronis tidak cuma mengakibatkan perubahan jangka pendek dalam keseimbangan antara materi putih dan abu-abu, tetapi juga dapat menyebabkan perubahan dalam struktur otak.

4. Bisa berperan dalam gangguan mental

Terlalu Sering Stres? Hati-hati, Ini 5 Dampak Buruknya bagi OtakUnsplash/Lacie Slezak

Stres mungkin berperan dalam perkembangan gangguan mental seperti depresi dan berbagai gangguan emosi.

Penelitian berjudul "Stress and glucocorticoids promote oligodendrogenesis in the adult hippocampus" dalam jurnal Molecular Psychiatry tahun 2014 menemukan bahwa terlalu sering stres menyebabkan perubahan jangka panjang di otak.

Perubahan tersebut membantu menjelaskan kenapa orang-orang yang mengalami stres kronis juga lebih rentan terhadap gangguan mood dan kecemasan di kemudian hari. Nggak cuma itu, stres memengaruhi otak dengan cara yang mungkin membuat seseorang menjadi tertutup.

Sebuah laporan dalam jurnal Nature Communications tahun 2014 mengemukakan bahwa keseringan stres mengakibatkan kadar kortisol menjadi berlebihan. Kondisi ini bisa menghancurkan fungsi sinaps (tempat sel-sel otak berkomunikasi satu sama lain). Inilah yang menyebabkan seseorang menjadi kurang sosial atau lebih terisolasi.

5. Bisa menurunkan neuron

Terlalu Sering Stres? Hati-hati, Ini 5 Dampak Buruknya bagi Otakcedars-sinai.org

Laporan berjudul "Stress Effects on Neuronal Structure: Hippocampus, Amygdala, and Prefrontal Cortex" dalam jurnal Neuropsychopharmacology tahun 2016 menunjukkan bahwa stres menyebabkan penurunan neuron (sel saraf yang mengirimkan informasi).

Dengan uji coba pada hewan, penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa peristiwa stres sosial dapat membunuh neuron baru di hipokampus otak. Hipokampus adalah salah satu wilayah otak yang berhubungan dengan memori, emosi, dan pembelajaran. Ini juga salah satu dari dua area otak di mana neurogenesis, atau pembentukan sel-sel otak baru, terjadi sepanjang hidup.

Itulah dampak buruk terlalu sering stres pada otak. Kita memang tak akan benar-benar bisa menghindari stres. Namun, setidaknya kelola stres dengan baik dengan berbagai cara seperti meditasi, olahraga rutin, atau melakukan hobi. Bila merasa dampak stres cukup signifikan, konsultasilah dengan dokter agar tak makin memburuk dan dampaknya makin parah.

Baca Juga: Jaga Kesehatan Mental, Ini 5 Cara Ampuh untuk Menurunkan Hormon Stres

Dyan Yudhistira Photo Verified Writer Dyan Yudhistira

IG: @dyanyudhis // Terima kasih sudah mau membaca. Semoga bahagia selalu. Aamiin..

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya