Anosognosia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Membuat seseorang tidak dapat mengenali kondisi kesehatannya

Anosognosia ialah kondisi saat seseorang tidak dapat mengenali kondisi kesehatannya sendiri. Ini terjadi ketika otak tidak dapat mengenali atau memproses apa yang dikatakan pancaindra.

Kondisi ini biasanya terjadi bersama dengan penyakit mental, membuat seseorang dengan kondisi mental, seperti skizofrenia, tidak menyadari bahwa mereka memiliki kondisi ini dan perlu minum obat. Anosognosia juga bisa terjadi bersama dengan kondisi yang memengaruhi tubuh, seperti stroke.

Kali ini, kita akan membahas informasi penting seputar anosognosia.

1. Gejala

Anosognosia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi laki-laki anosognosia tidak mengenali kondisinya (unsplash.com/shttefan)

Orang dengan anosognosia biasanya tidak dapat mengenali masalah medis yang mereka miliki, baik melalui tindakan atau apa yang mereka katakan. Terkadang, orang dengan kondisi ini akan merasionalisasi apa yang terjadi pada mereka atau mencoba menutupi gejalanya. 

Mereka mungkin mengenali beberapa gejala, tetapi tidak yang lain. Dijelaskan Cleveland Clinic, orang dengan anosognosia tidak dapat melakukan satu atau lebih hal berikut:

  • Mengakui bahwa mereka memiliki penyakit atau masalah medis.
  • Mengenali gejala dari kondisi yang mereka alami.
  • Memahami dan setuju bahwa kondisinya serius dan membutuhkan perawatan.

Dalam banyak kasus, orang dengan anosognosia mungkin sengaja mengingkari kebenaran tentang kondisinya.

2. Penyebab

Anosognosia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi otak manusia (unsplash.com/Robina Weermeijer)

Lobus frontal otak adalah area otak yang bertanggung jawab untuk mengendalikan citra diri seseorang. Citra diri ialah citra mental yang setiap orang bentuk dari dirinya sendiri, dan itu terus berubah. Misalnya, setelah seseorang mendapatkan gaya rambut atau mempelajari keterampilan baru, citra diri dapat menyesuaikan.

Dijelaskan Medical News Today, kondisi kesehatan mental tertentu, seperti gangguan bipolar, skizofrenia, atau demensia dapat merusak lobus frontal dan memicu anosognosia. Demikian pula cedera otak, seperti akibat stroke atau cedera otak traumatis, juga bisa menyebabkan anosognosia.

Saat lobus frontal tidak dapat berfungsi dengan baik, itu dapat menyebabkan seseorang tidak mampu memperbarui citra diri mereka, termasuk penyakit mental yang mereka miliki.

Baca Juga: Stroke Batang Otak: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

3. Diagnosis

Anosognosia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi rontgen otak (pexels.com/Anna Shevts)

Untuk mendiagnosis anosognosia, dokter akan memberikan beberapa pertanyaan kepada orang yang bersangkutan tentang kondisinya. Ini bertujuan untuk menilai tingkat kesadaran orang tersebut.

Dijelaskan laman Medical News Today, dokter mungkin menggunakan skala peringkat anosognosia untuk mengukur tingkat kesadaran dan seberapa mudah mereka mengakui gejalanya. Selanjutnya, dokter mungkin melakukan pemeriksaan status mental untuk menilai wawasan.

Seseorang mungkin dicurigai memiliki anosognosia jika memenuhi kriteria berikut:

  • Orang tersebut sepenuhnya menyangkal penyakitnya.
  • Memiliki sedikit kesadaran tentang kondisinya dan membutuhkan pertolongan, tetapi terus menyangkalnya.
  • Memiliki kesadaran akan penyakitnya, tetapi menyalahkan orang lain atau faktor eksternal.
  • Ada bukti wawasan intelektual tentang kondisi tersebut.
  • Orang tersebut memiliki wawasan emosional yang benar ke dalam kondisi mereka.

Skala penilaian juga bertujuan untuk membantu dokter membedakan antara anosognosia dan penyangkalan. Penyangkalan sendiri merupakan mekanisme pertahanan seseorang untuk menanggapi diagnosis yang sulit secara emosional. 

Anosognosia umumnya dihasilkan dari kerusakan fisik pada otak, yang berarti bahwa itu berasal dari anatomi, sedangkan penyangkalan bersifat psikologis. Apabila pasien mengalami cedera otak, dokter mungkin melakukan pemindaian otak untuk melihat area mana yang terdampak kerusakan. Pemeriksaan ini dapat membantu dokter mendiagnosis anosognosia, karena kondisi ini biasanya terkait dengan kerusakan di bagian otak tertentu.

4. Pengobatan

Anosognosia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi dokter dan pasien (pixabay.com/RazorMax)

Anosognosia adalah kondisi yang sulit diobati dan tidak mungkin disembuhkan. Jika itu terjadi karena cedera pada otak, mengobati cedera yang mendasarinya dapat membantu kondisi ini dari waktu ke waktu. Namun, pada beberapa orang, efek yang ditimbulkan mungkin bertahan lama atau bahkan permanen.

Anosognosia juga tidak dapat diobati bila terjadi karena penyakit degeneratif. Namun, beberapa bentuk terapi dan program perawatan bisa membantu seseorang dengan kondisi ini.

5. Komplikasi

Anosognosia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi orang dengan anosognosia (pexels.com/Andrew Neel)

Komplikasi yang mungkin ditimbulkan dari anosognosia bergantung pada kelainan yang dimiliki orang tersebut, tetapi tidak dapat dikenali. Ini karena orang dengan anosognosia tidak sadar dirinya memiliki masalah, yang membuat mereka tidak mencari pengobatan.

Penting untuk berbicara dengan dokter guna mendapatkan informasi yang lengkap tentang komplikasi yang mungkin ditimbulkan. Nantinya, tim perawatan akan menyesuaikan penjelasan dan informasi dengan situasi spesifik yang memengaruhi pasien.

Orang lain mungkin melihat orang dengan anosognosia sebagai pribadi yang keras kepala atau suka menyangkal. Padahal, kenyataannya kondisi ini memengaruhi kemampuan seseorang untuk memahami apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Jika kamu atau orang di sekitarmu memiliki anosognosia, penting untuk bersabar sebisa mungkin.

Baca Juga: Perbedaan Mental Health dan Mental Illness, Jangan Keliru!

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya