7 Jenis Benjolan Non Kanker pada Payudara, Perlukah Diobati?

Benjolan payudara adalah pembengkakan lokal atau tonjolan pada payudara yang membuat area tersebut terasa berbeda dengan jaringan payudara di sekitarnya.
Benjolan payudara dapat berkembang pada laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering terjadi pada perempuan.
Saat menemukan benjolan di payudara, tentu kamu khawatir benjolan tersebut bersifat kanker, padahal sebagian besar tidak. Kendati demikian, beberapa benjolan tetap memerlukan pengobatan. Di sini, kita akan membahas apa saja jenis-jenis benjolan non kanker pada payudara.
1. Abses
Abses yang berkembang di payudara biasanya terjadi saat menyusui. Abses umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri dan tidak bersifat kanker.
Diterangkan laman Medical News Today, abses mungkin tampak seperti:
- Gumpalan.
- Nyeri.
- Pada kulit yang pucat, area sekitar benjolan tampak kemerahan. Pada kulit gelap, area sekitar benjolan tampak menggelap.
- Daerah sekitar abses terasa hangat.
- Keluar cairan dari puting.
- Mual dan muntah.
- Demam.
- Pembengkakan kelenjar getah bening.
Perawatan untuk abses biasanya meliputi:
- Menghilangkan abses.
- Pemberian antibiotik
- Menggunakan obat antiinflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen, untuk mengatasi rasa sakit dan peradangan.
Jika abses payudara terjadi saat seseorang tidak menyusui, dokter mungkin akan melakukan tes.
2. Kista
Kista ialah kantung berisi cairan yang biasanya tidak memerlukan perawatan. Namun, jika berukuran besar dan menimbulkan ketidaknyamanan, maka sebaiknya dikeluarkan.
Besar kista dapat bertambah dan berkurang saat menstruasi dan dapat hilang dengan sendirinya. Berbeda dengan benjolan kanker yang tidak akan berubah dengan siklus menstruasi.
Menurut Memorial Sloan Kettering Cancer Center, kista cukup umum terjadi pada perempuan muda. Kista di payudara dapat menurun dalam keluarga.
3. Lobular carcinoma in situ (LCIS)
Lobular carcinoma in situ (LCIS) adalah jenis perubahan payudara yang kadang tampak saat dilakukan biopsi payudara. Pada LCIS, sel-sel mirip sel kanker tumbuh di lapisan kelenjar penghasil susu payudara atau lobulus, tetapi tidak menyerang melalui dinding lobulus.
Menurut American Cancer Society, LCIS tidak dianggap sebagai kanker dan biasanya tidak menjadi kanker payudara invasif meskipun tidak diobati. Namun, memiliki LCIS meningkatkan risiko mengembangkan kanker payudara invasif di kedua payudara di kemudian hari.
Baca Juga: 5 Fakta Filler Payudara, Opsi Pembesaran Payudara Selain Implan
4. Fibroadenoma
Editor’s picks
Fibroadenoma payudara merupakan pertumbuhan jaringan kelenjar abnormal di payudara. Diterangkan laman Medical News Today, ini adalah tumor jinak dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Benjolan tampak bulat dan padat.
- Memiliki batas halus.
- Tidak disertai rasa sakit.
- Paling sering muncul pada perempuan berusia 14–35 tahun.
Fibroadenoma biasanya menyusut dan menghilang dengan sendirinya seiring waktu. Namun, fibroadenoma yang besar mungkin perlu diangkat melalui pembedahan.
5. Pseudoangiomatous stromal hyperplasia (PASH)
Pseudoangiomatous stromal hyperplasia (PASH) disebabkan oleh pertumbuhan berlebih sel-sel jinak yang ditemukan di jaringan ikat dan otot polos. Pertumbuhan ini bersifat jinak. Kondisi ini dipengaruhi oleh hormon dan dapat memicu pembesaran payudara, tetapi kasusnya jarang.
PASH bisa terasa seperti benjolan, tetapi sering kali orang yang memiliki PASH tidak merasakannya. PASH biasanya ditemukan secara kebetulan lewat pencitraan rutin atau biopsi payudara.
Dijelaskan Memorial Sloan Kettering Cancer Center, ini paling sering dialami perempuan berusia 30 hingga 50 tahun. Benjolan ini juga tidak berbahaya dan biasanya tidak memerlukan pengobatan, kecuali besar dan menimbulkan rasa tidak nyaman.
6. Nekrosis lemak
Nekrosis lemak terjadi saat jaringan lemak di payudara tidak menerima oksigen yang cukup. Akibatnya, jaringan tersebut mengalami kerusakan dari waktu ke waktu.
Ini bisa terjadi setelah operasi rekonstruksi payudara, trauma, biopsi, dan beberapa perawatan medis. Ciri nekrosis lemak meliputi:
- Benjolan.
- Payudara berubah bentuk.
- Kadang disertai nyeri.
7. Mastitis
Mastitis ialah peradangan atau pembengkakan pada payudara yang umumnya disebabkan oleh infeksi. Hal ini paling sering dialami oleh perempuan menyusui.
Menurut American Cancer Society, mastitis disebabkan oleh saluran susu yang tersumbat sehingga ASI tidak dapat mengalir sepenuhnya dari payudara atau pecahnya kulit puting yang dapat menyebabkan infeksi. Hal ini membuat sel darah putih melepaskan zat untuk melawan infeksi, yang selanjutnya menyebabkan pembengkakan dan peningkatan aliran darah.
Bagian payudara yang terinfeksi dapat mengalami pembengkakan, nyeri, merah, dan terasa hangat saat disentuh. Mastitis juga bisa menyebabkan demam, sakit kepala, atau gejala umum seperti flu.
Walaupun tidak semua benjolan pada payudara bersifat kanker, tetapi bukan berarti benjolan tersebut sudah pasti tidak berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan.
Tidak ada salahnya untuk menemui dokter jika melihat benjolan pada payudara. Akan lebih baik lagi jika kamu melakukan skrining payudara rutin.
Baca Juga: Studi: Benjolan Payudara Jinak Bisa Tingkatkan Risiko Kanker