7 Masalah Kulit yang Banyak Dialami Orang dengan HIV, Patut Waspada!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tanda HIV sering kali tampak pertama kali pada kulit. Ya, sekitar 90 persen orang dengan HIV mengalami ruam atau kondisi kulit lainnya di beberapa titik. Ini karena virus melemahkan sistem kekebalan tubuh dan membuat kuman penyebab masalah kulit mudah masuk.
Selain itu, beberapa pengobatan HIV juga dapat menyebabkan ruam. Untungnya, saat ini mulai banyak dikembangkan obat-obatan HIV yang tidak menimbulkan masalah kulit.
Di sini, kita akan membahas apa saja masalah kulit yang banyak dialami orang dengan HIV.
1. Kutil kelamin
Human papillomavirus (HPV) menyebabkan benjolan kecil pada daerah pribadi, seperti penis, vagina, dan anus. Dijelaskan laman WebMD, orang yang memiliki HIV tubuhnya tidak dapat melawan HPV. Selain itu, kutil mungkin juga lebih sulit diobati.
Kutil kelamin biasanya dihilangkan dengan cara dibekukan, dibakar, atau dioleskan krim penghilang kutil. Kutil itu sendiri tidak berbahaya. Namun, virus yang menyebabkan kutil kelamin dapat meningkatkan risiko mengembangkan kanker serviks atau dubur.
2. Prurigo nodularis
Prurigo nodularis melibatkan munculnya benjolan yang gatal dan berkerak pada kulit. Gatal akibat prurigo nodularis bisa terasa intens dan parah.
Dilansir Johns Hopkins Medicine, prurigo nodularis paling umum terjadi di antara orang dengan sistem kekebalan yang sangat lemah, seperti pada orang dengan HIV/AIDS. Kondisi ini biasanya diatasi dengan steroid topikal. Selain itu, penanganan HIV dengan obat antiretroviral juga dapat mengobati kondisi tersebut.
3. Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik ditandai dengan kulit kepala gatal yang bersisik kuning atau putih. Kondisi ini mungkin juga disertai dengan kemerahan dan serpihan di area seperti wajah dan dada bagian atas.
Diterangkan laman WebMD, tidak jelas apa yang menyebabkan dermatitis seboroik. Namun, orang yang memiliki sistem kekebalan lemah lebih mungkin memilikinya. Untungnya, krim antijamur atau sampo obat dapat meredakan gejala ringan. Krim steroid juga dapat membantu meredakan pembengkakan dan kemerahan.
Baca Juga: 6 Masalah Kulit Ini Sering Menyerang Pasien Diabetes
4. Sarkoma kaposi
Editor’s picks
Sarkoma kaposi adalah jenis kanker yang dimulai di sel yang melapisi getah bening atau pembuluh darah. Sarkoma kaposi menyebabkan munculnya bercak berwarna cokelat, ungu, atau merah.
Terkadang, kulit juga mengalami pembengkakan. Lesi juga dapat memengaruhi organ, seperti paru-paru, hati, dan saluran pencernaan, yang dapat menyebabkan gejala yang berpotensi mengancam jiwa.
Sarkoma kaposi biasanya terjadi ketika sistem kekebalan sangat lemah. Ketika individu dengan HIV mengembangkan sarkoma kaposi, diagnosisnya berubah menjadi AIDS. Kabar baiknya, obat antiretroviral sangat mampu mengurangi sarkoma kaposi.
5. Herpes zoster
Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella-zoster, virus dasar yang sama dengan cacar air. Herpes zoster dapat menyebabkan lepuh pada kulit yang menyakitkan.
Mengutip laman Healthline, herpes zoster biasanya muncul ketika seseorang berada pada tahap awal atau akhir HIV. Herpes zoster pada orang yang hidup dengan HIV juga biasanya lebih parah. Orang yang mengembangkan herpes zoster disarankan melakukan tes HIV.
6. Folikulitis eosinofilik
Folikel ialah kantung kecil tempat tumbuhnya rambut. Apabila bakteri atau kuman lain masuk ke dalamnya, folikel bisa mengalami pembengkakan dan gatal. Terkadang, ini disertai munculnya benjolan seperti jerawat yang terasa gatal atau berisi nanah.
Folikulitis eosinofilik cukup umum dialami orang dengan HIV dan AIDS. Perawatan biasanya melibatkan krim antijamur, pil antijamur, atau antibiotik.
7. Leukoplakia
Leukoplakia adalah infeksi yang terkait dengan virus Epstein-Barr (EBV). Apabila seseorang pernah terinfeksi EBV, itu akan tetap ada di tubuh. Virus biasanya tidak aktif, tetapi dapat aktif kembali ketika sistem kekebalan melemah, seperti pada orang dengan HIV.
Leukoplakia ditandai dengan munculnya lesi putih tebal di lidah dan kemungkinan disebabkan oleh penggunaan tembakau atau merokok. Selanjutnya, lidah akan mulai tampak berbulu.
Leukoplakia biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Pengobatan biasanya melibatkan terapi antiretroviral untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu EBV menjadi tidak aktif.
Orang yang memiliki HIV mungkin akan mengalami satu atau lebih dari kondisi kulit ini. Untungnya, diagnosis dan pengobatan dini dapat membantu orang menghindari gejala yang lebih parah.
Baca Juga: Apakah Gigitan Nyamuk Dapat Menularkan HIV?